Senyumku mengembang, saat garis dua terpampang nyata di alat tes kehamilan yang kubeli delapan tahum silam. Aku akan segera menjadi ibu, begitu gumamku saat itu. Lekas-lekas aku memotretnya dengan kamera handphone. Kemudian mengirimkannya pada suami yang kala itu berada jauh di seberang kota.
Tangis dan tawa kami pun pecah dalam sambungan telepon seluler. Kami bahagia, terharu sekaligus ada sedikit perasaan khawatir karena aku harus menjalani kehamilan pertama ini sendiri, tanpa suami siaga.
Menjadi Ibu Hamil Sehat dan Bahagia, Investasi Awal 1000 Hari Pertama Kehidupan
Tiba-tiba saja hidupku berubah tak seperti sedia kala. Menyadari ada “makhluk kecil” yang menggantungkan hidupnya padaku, aku pun mulai mejauhi pola hidupku “gila kerja” yang biasa kulakukan sebagai “pembunuh sepi” akibat tak ada pendamping hidup di rumah. Jam istirahat mulai mendapat porsi lebih banyak. Begitu pula dengan asupan perut yang mulai kuperhatikan baik jenis maupun jumlahnya.
Berteman dengan morning sickness selama trimester pertama tak menyurutkan semangatku untuk mengasup aneka jenis bahan pangan lokal. Delapan tahun yang lalu, aku memang tak mengenal istilah 1000 hari pertama kehidupan. Tapi, dalam keyakinanku, semakin variatif bahan makanan yang masuk dalam tubuhku, maka semakin lengkap juga nutrisi untuk tumbuh kembang janin di rahimku.
Aku termasuk “bandel”, karena sering kali tak percaya dengan mitos kehamilan yang dinasihatkan orang-orang tua di sekitarku. Misalnya tentang konsumsi ikan yang dianggap membuat janin lahir berbau amis. Aku tak pernah menghiraukannya, tapi justru rajin mengonsumsinya karena yakin pada manfaat protein dan folat yang sangat berguna untuk janin yang sedang tumbuh.
Bersyukur sifat “bandelku” ini membawa perkembangan yang sangat positif pada janinku. Berat dan panjangnya terus bertambah dari bulan ke bulan. Begitu pula dengan gerakannya dalam rahimku. Semakin bertambah umur, semakin aktif ia menendang perut ibunya.
Perkembangan ini membuatku semakin bahagia. Long distance married tak sedikit pun menyurutkan langkahku untuk mempersiapkan 1000 hari pertama kehidupan calon jabang bayiku. Meskipun jauh, suami pun tak pernah lupa mengirimkan support-nya. Ia selalu mensugesti positif, bahkan tak pernah absen mengajak janin kami bercerita saat jadwal pulang kampung tiba.
Sembilan bulan sepuluh hari kulalui dengan gaya hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Aku pun tak pernah bosan mengonsumsi setiap jenis vitamin yang diberikan bidan. Tak hanya memperhatikan asupan kami, aku juga rutin membacakan buku cerita dan mengajak janin di rahimku melakukan olahraga ringan, seperti jalan pagi dan senam kehamilan.
ASI Pertama hingga Tuntas 1000 Hari Pertama Kehidupan
Sempat khawatir karena kontraksi pertama tak kunjung tiba. Akhirnya, setelah lewat 10 hari dari HPL yang ditentukan, bayi perempuanku lahir dengan berat 3,8 kilogram dan panjang 52 sentimeter melalui bedah caesar. Aku memang tak sempat merasakan “nikmatnya” melahirkan dari jalan kelahiran. Tapi statusku sebagai seorang ibu kukuh tak terbantahkan. Begitu pula keinginanku untuk memberikan ASI pertama untuknya.
Memberikan ASI adalah hak dan impian bagi setiap ibu. Menyadari betapa berharga nutrisi dari setiap tetesnya, rasanya tak ada satu pun ibu di dunia ini yang rela melewatkannya.
Tapi, sering kali kenyataan memang tak semudah teori. Memberikan ASI memang mudah bagi sebagian ibu, tapi tak selalu untuk yang lainnya. Aku termasuk salah satu yang mengalami banyak kesulitan itu. Mulai puting lecet hingga volume ASI sangat sedikit saat dipompa, semua pernah terjadi padaku.
Aku hampir menyerah, tapi lekas-lekas kuurungkan niatku saat menyadari pentingnya manfaat ASI untuk kami berdua. Tak hanya untuk memenuhi asupan pertama bayi, memberikan ASI merupakan cara setiap ibu untuk lebih bahagia dan sehat.
Menyusui tidak sekedar menyalurkan ASI dari payudara hingga ke lambung bayi. Menyusui adalah cara seorang ibu untuk berkomunikasi dengan si kecil. Dengan cara ini pula orangtua dapat memulai pengasuhan sedini mungkin. Menstimulus otak dan fungsi dari beberapa anggota tubuh bayi yang lainnya.
MPASI Seimbang Melengkapi 1000 Hari Pertama Kehidupan
Enam bulan pertama kulalui dengan terus memperhatikan asupan utama untukku, dan asuhan untuk menstimulus perkembangan bayiku. Seperti ibu-ibu lainnya, aku pun tak sabar menantikan suapan pertama untuk mulut kecilnya. Berbekal aneka resep MPASI yang kupelajari dari berbagai buku dan portal berita ibu anak, MPASI untuk si kecil menjadi sangat berwarna karena berasal dari variasi berbagai bahan segar.
Pagi hari sebelum berangkat ke kantor, satu porsi puree buah segar sudah kusiapkan untuk si kecil. Sengaja kupilih menu buah untuk sarapannya, karena organ pencernaan butuh asupan ringan di awal hari. Kemudian bubur sayur saring untuk siang dan sore menjelang malam. Dengan diselingi 2 kali finger food, baik buah potong atau biskuit sebagai variasi camilan.
Pemberian MPASI juga kulakukan secara bertahap baik jumlah, jenis maupun teksturnya. Awalnya, untuk pemberian protein hewani hanya diberikan dalam bentuk kaldu saja. Tapi seiring bertambahnya usia anak, aku mulai menghaluskan dan mencampurkan daging ayam, sapi atau ikan teri kering yang diblender halus, langsung pada bubur yang dikonsumsinya. Bahan makanan yang kupilih juga tak selalu yang mahal. Tapi kupastikan seimbang komposisi karbohidrat, protein, lemak, serat dan vitamin dalam setiap sajinya.
Sanitasi Sehat Menunjang 1000 Hari Pertama Kehidupan
Untuk urusan kebersihan beda lagi ceritanya. Bisa dibilang aku termasuk cerewet untuk urusan kebersihan anak. Menurutku baik baju, mainan atau peralatan makan anak tak harus yang mahal atau paling bagus kualitasnya. Tapi harus bersih dan steril saat digunakan.
Khusus pakaian anak, sejak bayi hingga usia 2 tahun selalu kupisahkan dari pakaian dewasa. Tujuannya agar kontaminasi kuman yang menempel pada pakaian dewasa tak sampai bercampur dengan baju anak.
Begitu pun halnya dengan peralatan makan. Biasanya aku selalu menyediakan ember khusus untuk mandi juga menampung peralatan makan bayi yang belum dibersihkan. Setelah dicuci pun langsung disterilkan dengan air panas. Tapi begitu suami menghadiahkan sterilizer, aku tak perlu repot-repot lagi merebus air setiap selesai mencuci gelas dan mangkuk milik si kecil.
Di samping itu, mencuci tangan adalah kebiasaan yang terus dilakukan hingga sekarang. Setiap masuk rumah entah dari mana kami datang, hal pertama yang kami lakukan adalah mencuci kedua tangan dan kaki sebelum berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya. Bagi kami ini sangat penting, karena kita nggak pernah tahu virus atau kuman yang menempel dari luar dapat berpindah pada siapa saja, terutama sangat rentan untuk bayi dan anak.
Sekarang anak pertamaku sudah berusia 7 tahun. Tinggi badanya sudah 132 sentimenter, hampir sama dengan ibunya yang hanya 1,5 meter lebih sedikit saja. Semua hal yang berkaitan dengan 1000 hari pertama kehidupan si sulung kembali kulakukan saat mengandung dan melahirkan anak kedua.
Aku bersyukur tak banyak masalah terkait tumbuh kembang keduanya. Hal ini menyadarkanku untuk mengajak setiap calon orangtua bersikap peduli pada 1000 hari pertama kehidupan anak. Karena hanya cara inilah yang paling mungkin untuk melahirkan generasi baru Indonesia yang sehat dan berkualitas.
Betul banget ini bun. Saya baca ini jadi banyak belajar. Nanti kalo punya anak emang penting banget ya 1000 hari pertama untuk anak. Makasih banyak sharingnya bun.
Bener ya Mba 1000 hari pertama itu begitu penting untuk si kecil. Jadi kita bener-bener memperhatikannya dari segala aspeknya baik dari nutrisinya sampai ke bondingnya anak dengan kita. Semoga anak kita tumbuh menjadi anak yang sholeh, sehat dan juga cerdas ya. Aaaminnn
Subhanallah…mb Damar nunggunya 8 tahun ya? Alhamdulillah 1000 hari pertama putrinya dijaga asupan gizi, kesehatan dan kebersihannya.
Happy parenting Mbak…
sharing dan infonya lengkap banget Sayangnya dulu aku tidak sedetail itu, sekarang anak-anak udah pada besar. Gpp inshaallah ilmunya akan bermanfaat. Makasih ya mbak.
Story tellingnya bagus dan udah mewakili nih, Mbak. Keren. Gak harus pake data tapi enak dibaca karena pengalaman nyata, ya. Sip. 1000 hari pertama ananda emang waktu yg krusial. Harus tetap mengusahakan yg terbaik walopun biasanya di anak pertama itu lebih banyak tantangannya, misalnya: masih bekerja. Saya ngalamin juga yang ini.
Sip. Yuk jadi ibu unggulan agar anak2 kita juga jd generasi unggulan. Aamiin
wah lengkap banget info dan sharingnya. Sayangnya dulu saya belum seperti itu , sekarang anaknya udah pada besar. makasih ya mba sangat bermanfaat
Masa penting 1000 hari dari sejak dinyatakan hamil. Wah butuh perhatian khusus karena berdampak pada masa berikutnya. Makasih infonya bermanfaat.
Dulu akuoun belum mengenal 1000 HPK ini Mbak Damar tapi paling tidak karena merasa ada makhluk bernyawa yang ada di rahim ya dengan sepenuh hati berusaha memberikan yang terbaik untuk tumbuh kembangnya. Apalagi setelah lahir.. Alhamdulillah bisa ASI sampai 2 tahun juga.
Semoga saja sosialisasi 1000 HPK ini sampai ke segala lapisan ya.. Sehingga akan lahir generasi penerus bangsa yang mumpuni dalam memperjuangkan cita-cita bangsa ini
Senang saya mengetahui ibu2 jaman now sdh mengerti untuk 1000 hari pertama. Dgb berbagai pengetahui, jaman saya dulu belum ada kalau ga cari swndiri. Semiga lahir generasi bangsa yg sehat & unggul.
1000 hari pertama kehidupan memang sangat penting Bagus sharingnya
Kalau daku memang belum mengenal lewat praktek mengenai 1000 pertama kehidupan, baru kenal lewat teori, alhamdulillah wawasan nambah pastinya, karena 1000 pertama kehidupan sangat krusial untuk si kecil dan ibunya
Aku dulu piye yo? Hahaha malah lali