5 Hal yang Dibutuhkan Anak-anak dalam Kehidupannya

Hadiah terindah untuk anak
Pexel.com
Boneka atau mainan. Biasanya dua benda tersebut yang saya hadiahkan pada Najwa saat dia masih menjadi anak semata wayang. Maklumlah, namanya juga anak pertama, rasanya semua hal pengin saya berikan untuk membuatnya senang. Apalagi saat itu saya masih berpenghasilan tetap. Asal sampai akhir bulan, pengeinya quality time berdua sambil menikmati tanggal gajian.
Saat dia bertambah usia, mainan edukatif atau activity book yang biasanya saya sasar. Baju, sepatu atau hiasan rambut lucu juga tak luput dari perhatian. Tapi sepertinya itu hanya obsesi saya sebagai ibu muda penggila barang-barang lucu. Karena kenyataannya, Najwa biasa aja. begitu sudah bosen, ya dibiarkannya semua barang lucu itu di lemari atau keranjang-keranjang mainannya.
Saat memiliki anak kedua, obsesi saya terhadap barang dan aksesoris lucu mulai berkurang. Alasan yang pertama, karena anak kedua saya laki-laki. Jadi merasa kurang cocok saja kalau beli barang yang bikin gemes gitu. Ayahnya juga pasti enggak setuju.
Alasan kedua, ya karena saya sudah jadi freelancer. Kadang merasa sayang saja kalau belanja karena terobsesi sama barang lucu. Mendingan dikumpulin ya, buat jajan es krim sama anak-anak, hehehe.
Tapi, belakangan justru suami saya yang seneng banget beli-beliin mainan buat anaknya. Padahal ya, kadang-kadang tuh mainan nggak sampai 2 hari sudah hancur sama si bocah laki-laki. Najib memang beda banget sama Najwa dalam hal merawat mainan. Kalau Najwa bisa awet sampai bosen malahan. Kalau Najib, hanya sekejap saja. Dia pun tipenya enjoy aja kalau mainannya rusak. Tinggal BukNaj yang ngomel-ngomel nggak jelas sambil menyesali mainan yang rusak.

Apakah Anak-anak Butuh Lebih Banyak Hadiah?

Hadiah terindah untuk anak
Pexel.com
Kalau saya pikir-pikir lagi. Sepertinya anak-anak saya nggak butuh banyak mainan atau hadiah. Setidaknya itu yang saya alami dengan DuoNaj. Setiap ada yang baru, biasanya mereka cenderung melupakan yang lama. Meskipun ada 1 atau 2 mainan  yang menurut saya kenangannya luar biasa. Tapi ya tetap saja, kalau mereka sudah bosan, ya iletakkan begitu saja di keranjang mainannya.
Begitu pun baju, sepatu atau buku aktivitas. Nampaknya saya akan mulai  mengurangi pembelian barang-barang konsumtif seperti itu.
Untuk baju, DuoNaj cenderung menyukai pakaian yang nyaman dan memang mereka suka. Makanya di beberapa foto yang kami koleksi, baju mereka ya itu-itu saja, persis kayak emak bapaknya. Beda dengan sepatu yang cenderung lebih sering diganti dengan yang baru. Karena ukuran kaki mereka tergolong cepat bertambah.
Nah, buku bacaan pun saya mulai mengurangi buku yang bergenre terlalu anak-anak. Maksudnya nih, model buku-buku Halo Balita gitu saya memang tidak mengoleksi. Alasanya karena hal-hal seperti pembiasaan anak, sebisa mungkin saya aplikasikan langsung dalam aktivitas sehari-hari.
Sebagai gantinya, kami lebih banyak mengoleksi buku cerita atau dongeng yang menyasar anak dan bisa dinikmati orang tua. Sehingga bisa menjadi koleksi barengan. Biasanya buku seperti ini lebih long lasting. Misalnya Toto Chan atau Buku Kumpulan Dongeng Disney.
Berdasarkan pengalaman dengan hadiah atau apapun yang saya beli sebagai ungkapan sayang, ciyehh sok-sokan BukNaj. Saya pun mulai mengamati, apa sih yang sebenarnya  anak-anak saya butuhkan? Apa sih yang bikin mereka selalu excited? Apa sih yang membekas banget dalam kenangan mereka?
Beruntung saya ketemu satu artikel yang oke banget nih, intinya tentang hal yang benar-benar anak butuhkan dalam hidupnya. Dan okenya lagi semua itu GRATIS! Wah, girang banget BukNaj sama yang gratis-gratis gini, hehehe. Tapi, saya rasa al-hal tersebut sangat masuk akal. Dan di sini, saya

 

5 Hal yang Benar-benar Dibutuhkan Anak dalam Masa Perkembangannya

Hadiah terindah untuk anak
1. Bermain di alam dan menghirup udara segar

Ya, anak-anak butuh udara segar dan bermain di alam bebas. Mereka butuh menapak di tanah, menggenggam pasir, memetik daun, memanjat atau berlari tanpa khawatir kendaraan lalu-lalang.Mereka butuh lebih banyak berinterksi di alam bebas selama masa pertumbuhannya. Mereka butuh angin segar, udara dingin yang berhembus di antara pepohonan, bukan hasil pendingin ruangan.

Bermain di alam bebas diklaim sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan sisi kreatif pada diri anak. Cara ini juga dipercaya memberikan banyak kesempatan bagi mereka untuk meng-explore segala hal yang tidak dapat dilihat di balik dinding rumah.
2.  Bermain yang bebas aturan
Anak-anak butuh waktu bermain yang benar-benar bebas. Bebas dari instruksi dan larangan, bebas dari ekspektasi dan teori orang tua. Mereka butuh bermain dengan keleluasan meng-explore segala hal yang ingin diketahuinya. mencoba hal-hal baru untuk kemudian melakukan sebuah penemuan.
3. Unconditional love
Bukan hanya anak-anak, saya pun ingin dicintai apa adanya, tanpa syarat. Anak-anak selalu ingin dicintai apapun kondisinya. Entah saat menjadi anak yang manis, atau pada saat mereka melakukan kesalahan.
Cinta bagi mereka merupakan hal yang sangat murni. Tak perlu dinodai dengan pamrih atau syarat apapun agar seseorang bisa dicintai. Tapi terkadang, orang dewasa khilaf dan menuntut syarat yang terlalu banyak pada mereka.
Hm, saya pun hanya bisa menghela napas. Karena kenyataannya, unconditional love tak semudah diucapkan. Tapi demi kebaikan anak-anak, saya yakinkan diri sendiri harus bisa.
Hadiah terindah untuk anak
Pexel.com
4. Bebas bereksperimen
Noda, kotor dan berantakan adalah sebuah proses yang menyenangkan bagi anak. Tapi tidak selalu begitu bagi orang tua.
Kebebasan dalam melakukan segala hal coba-coba sangat dinantikan anak. Bagi mereka, ini lebih dari sekedar mainan termutakhir atau hadiah paling indah. Melakukan eksperimen merupakan cara anak untuk mengembangkan kecerdasannya. Maka membebaskan mereka untuk mencoba-coba hal baru yang positif merupakan pemberian yang tak bernilai harganya.
5. Perhatian
Hidup di tengah-tengah dunia yang penuh distraksi. Mau tak mau menuntut kita untuk lebih pandai memberikan perhatian kepada anak. TV, gadget dan social media hanyalah sebagian distraksi yang dapat merenggangkan kebersamaan. Yang sangan mungkin berdampak pada psikologis anak.
Perhatian tetap menjadi hadiah istimewa untuk anak. Sekecil apapun bentuknya, mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang yang mereka kasihi memberikan kebahagiaan tersendiri. bahkan mampu menjadi sebuah kenangan yang mengkristal bagi diri anak.
Ternyata benar, 5 Hal tersebut sebenarnya sangat sederhana dan gratis. Meskipun tak semudah yang  saya ucapkan atau tuliskan. Kesimpulan saya, anak-anak lebih membutuhkan kehadiran dan waktu dari orangtuanya. Sedangkan bagaimanapun bentuk kebersamaannya, bolehlah disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing keluarga. Bukankah kondisi setiap keluarga berbeda? Begitu pun setiap keluarga adalah unik. Just take best for our kids!

26 thoughts on “5 Hal yang Dibutuhkan Anak-anak dalam Kehidupannya”

  1. Tertampar ya rasanya baca ini. Sering mengira anak – anak butuh mainan dan hadiah, padahal anak cuma butuh perhatian ibu dan ayahnya. Makasih mbak sharingnya, langsung peluk anak

    Reply
  2. Setuju, Mbak. Kalaupun anak-anak saya dibeliin mainan, biasanya mereka juga mengajak bundanya main bareng. Jadi sebetulnya kebersamaan yang mereka inginkan 🙂

    Reply
  3. Serupa dengan anak-anak saya. Dulu yang sulung banyak sekali koleksi mainnya, maklum anak pertama. Untuk anak kedua pun sama, karena anak laki-laki, barangkali Pak Su merasa ada teman, jadi asyik beli barang yang cocok untuk mereka berdua.Walaupun setelahnya hanya teronggok di kotak mainan :((Sekarang harus membatasi,supaya gak boros.

    Reply
  4. setuju banget mba dengan tulisannya. karena dalam pertumbuhan anak yang paling penting dan mereka butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang dari orang tua.Begitu juga bonding-nya lebih dapat saat bermain bersama mereka langsung.terus menginspirasi tulisannya yaa mba 🙂

    Reply
  5. Wah saya belum pernah ngajak Erysha jalan-jalan ke alam bebas. Pengen sih tapi blum ada kesempatan. Aduh semoga segera ya soalnya emaknya juga butuh piknik hahaha

    Reply
  6. Aku suka tulisan ini. Sepakat banget. Makasih mbak udah diingatkan, bahwa bermain gratis pun bikin anak bahagia. Asal ortu juga perhatian dan memberikan cinta kasih sayang 🙂

    Reply
  7. Wahhh… Sharing yang keren mbak! Terkadang saya lupa, bukan mainan yang paling penting untuk anak saya. Semoga bisa merubah diri menjadi lebih baik. Terimakasih mbak!

    Reply
  8. Bener mbak, aku loh sama anakku nggak banyak ngomel mau dia main seharian tapi dengan syarat mainannya harus dirapikan sendiri, meskipun ada kebebasan tetap saya menerapkan disiplin untuk anak2

    Reply
  9. Mantap, Buk Naj. Kadang daripada duitnya hanya untuk semua beli mainan, lebih baik mainan secukupnya lantas diajak traveling juga ke alam dan tempat2 edukatif lainnya ya 🙂

    Reply

Leave a Comment