Menumbuhkan kepercayaan Diri Anak Perempuan

Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
www.damaraisyah.com

Saya bukan perempuan dengan kepercayaan diri tinggi. Ya, butuh waktu yang tidak sebentar bagi saya untuk menumbuhkan kepercayaan diri dengan cara saya sendiri.Saya bukan sosok yang menonjol dan tidak menarik. Dua hal yang terus menghantui saya sewaktu kecil. Melihat teman-teman saya yang menarik secara fisik, bertalenta dan memiliki segudang prestasi. Saya merasa tak ada apa-apanya di dunia ini. Ibarat remekan rempeyek di dasar toples, hehehe.

Perasaan minder, kurang percaya diri dan inferior ini kemudian mulai berkurang saat saya belajar di Jogja. Hidup di lingkungan baru, tanpa seorang pun yang mengetahui asal-muasal saya jauh lebih ringan. Tak ada bayang-bayang teman atau saudara yang selalu dibandingkan. Akhirnya, pada Jogja dan kampus birulah saya mulai berterima kasih. Karena di sinilah saya mulai menemukan kepercayaan pada diri sendiri.
Tapi bukan hidup jika cobaan berhenti begitu saja. Selepas menyandang predikat sebagai ibu rumah tangga murni tanpa embel-embel apapun. Saya kembali terjerumus dalam lubang inferior. Segala hal bisa dengan mudah menjadikan saya kembali tidak percaya diri. Mulai body sampai eksistensi diri.
Kini, saat saya harus membesarkan seorang anak perempuan. Desakan untuk  menjadi figur yang dapat diteladani tak dapat saya tolak lagi. Saya memang tidak ahli dalam menumbuhkan kepercayaan diri. Tapi saya tidak mau Najwa tumbuh seperti saya.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
PIXABAY
Ya, secara spesifik saya menyebut nama Najwa. Karena saya tahu masalah kepercayaan diri pada anak perempuan sangat krusial ketimbang anak laki-laki. Karena sejauh ini perempuan selalu menjadi obyek di masyarakat. Selalu dibanding-bandingkan dengan sesama perempuan lain.
Itulah mengapa saya dan suami konsen dengan kepercayaan diri Najwa. Memupuknya sedini mungkin agar Najwa menemukan kenyamanan pada dirinya sendiri. Tanpa perlu mengkhawatirkan warna kulitnya yang sedikit gelap. Atau parameter lain yang biasa digunakan untuk menilai perempuan secara lahirnya saja.

Kami sadar, sebenarnya dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada anak (khususnya anak perempuan), ada dua hal yang menjadi kunci utamanya.  Yang pertama adalah karakter atau kepribadian si anak. Sedangkan yang kedua, sudah pasti teladan dari orangtuanya. 

Kemudian, saya dan suami mulai sering berdiskusi tentang 2 hal tersebut. Memecahnya menjadi poin-poin kecil yang kami rasa sangat bermanfaat jika dibagikan dalam postingan berikut. Nah, apa sajakah poin-poin tersebut.

1. Role model

Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
www.damaraisyah.com
Lagi-lagi sosok yang bisa dijadikan teladan adalah hal yang sangat penting untuk anak. Orangtua terlebih ibu, adalah contoh nyata yang paling mudah dilihat kemudian diduplikasi oleh anak perempuannya.
Saya pun merasakan pengalaman serupa. Dalam pengamatan saya, Najwa memang lebih suka meniru saya. Ketika dia mampu mengidentifikasi bahwa dirinya seorang perempuan, sama seperti ibunya. Maka saat itu pula dia mulai menduplikasi segala hal yang saya lakukan.Urusan bercermin mungkin belum seberapa. Najwa pun mulai suka meniru gaya bicara saya. Cara saya bersikap, bahkan dia mulai mengamati keluhan-keluhan yang sering terucap dari mulut saya.Tentu saja sebagai role model saya masih jauh dari sempurna. Tapi saya tak mungkin mundur dan memutar waktu untuk memperbaiki segalanya. Terus berproses adalah satu-satunya pilihan yang dapat saya lakukan. Sekali lagi, saya yakin hasil tak akan mengkhianati usaha.
2. Berbicara hal positif tentang tubuh kita
Najwa pernah merasa tidak percaya diri karena kulitnya lebih gelap dari teman-temannya. Ya, saya pun pernah mengalaminya. Parahnya saya pernah menganggap warna kulit dan bentuk tubuh saya adalah salah satu kekurangan yang menjadi alasan menjadi tidak percaya diri. Hm… keseleo lidah.
Suami sering mengingatkan saya untuk tidak mengeluhkan kondisi tubuh yang kita miliki, terutama saya. Karena mau tak mau Najwa pasti mengidentifikasi dirinya sama seperti saya.
Apapun itu, baik warna kulit, bentuk tubuh, bentuk rambut, hidung, mata. Semua adalah keunikan ciptaan Tuhan yang membuat setiap manusia terlahir berbeda. Begitu suami selalu menjelaskan pada Najwa. Ya, sebenarnya saya juga paham hal tersebut. Tapi bagaimana lagi, sudah terlanjur keseleo lidah, hehehe.  Janji, deh, enggak lagi.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
VIA GIPHY
Kepada Najwa, kami terus menekankan bahwa semua perempuan itu cantik, sedangkan ketampanan hanya milik laki-laki. Selain itu, ketika saya sedang melakukan diet. Saya berusaha menjelaskan bahwa menjaga pola makan itu tujuannya agar sehat, bukan karena ingin langsing. Maksudnya agar Najwa fokus pada kesehatan, bukan keindahan bentuk tubuh semata.
Kami berharap cara ini bisa mengubah cara pandang Najwa tentang kepercayaan dirinya. Bukan tentang kulit yang putih atau tubuh yang langsing. Tapi karakter dan kepribadian positif yang harus terus diupayakan.
3. Tampilan luar bukan segalanya 
Masalah penampilan memang tidak bisa dihindari oleh perempuan. Semua perempuan pasti ingin tampil cantik, menarik dan enak dipandang. Saya pun tidak menafikannya.
Tapi, berapa banyak perempuan yang akhirnya terjebak dalam rendahnya kepercayaan diri hanya karena masalah yang satu ini? Berapa banyak yang terpaksa harus mengikuti trend pakaian atau aksesories terkini demi dapat tampil percaya diri? Bahkan tak jarang kita melihat perempuan yang berani mengambil risiko tinggi di meja operasi atau memakai krim wajah berbahaya hanya demi tampilan luar yang menarik.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
VIA GIPHY
Melihat fenomena ini, kami merasa sangat perlu untuk sedini mungkin mengenalkan Najwa pada istilah inner beauty. Sikap yang ramah, sopan santun, mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, berintegritas, tidak mudah menyerah, cermat dan berbagai karakter positif pada seorang perempuan jauh lebih penting dibanding penampilan luar.
Kamipun mulai membiasakan diri untuk memuji tindakan atau sifat baik yang ditunjukkannya. Sekaligus meminimalisir pujian fisik untuk mengalihkan fokus kepercayaan dirinya.
4. Mengajak anak menghargai proses 
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
PIXABAY
Menumbuhkan kepercayaan diri seseorang atau anak yang cenderung berprestasi jelas lebih mudah ketimbang yang biasa-biasa saja. Pasti, dong, yang namanya punya prestasi sudah pasti bisa jadi kebanggaan tersendiri. Mungkin tanpa ditumbuhkan pun kepercayaan diri mereka sudah tumbuh dengan sendirinya.
Tapi, apa lantas anak-anak yang biasa saja harus hidup dalam krisis kepercayaan diri?
Nah, di sinilah tantangannya. Bagaimana agar anak tetap optimis dan percaya diri, meskipun minim prestasi.
Ternyata jawabannya sederhana saja. Orangtua harus membiasakan diri mengajak anak melalui dan menghargai setiap proses yang telah mereka jalani. Bahwa prestasi dan kemenangan hanya bisa diraih melalui proses yang tak pernah berhenti.
Kebiasaan ini sangat penting untuk ditanamkan pada anak. Apalagi kita hidup di dunia yang serba instan. Amit-amit jabang bayi,  jangan sampai ya, anak-anak kita tergoda untuk mengambil jalan pintas.
5. Jauhkan dari kebiasaan bergosip
Great minds discuss ideas; average minds discuss events, small minds discuss people 
-Eleanor Roosevelt –
Hal yang paling sulit dari menjadi role model bagi anak anak adalah menghindari, atau bahkan berhenti melakukan kebiasaan buruk seperti bergosip. Ehem…
Saya perempuan dan saya akui ada keasyikan tersendiri dalam bergosip. Eh, jangankan bergosip. Nonton acara gosip aja asyik banget, wkwkwk.
Tapi harus saya akui, sebagian besar dari aktivitas bergosip pasti membicarakan keburukan orang lain. Atau,  blak-blakan saja, ya. Kalau perempuan yang ngegosip, pasti yang digosipin perempuan lain. Iya atau iyes? Hehehe.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
VIA GIPHY
Memang susah menghindar dari kebiasaan yang satu ini. Tapi demi menjadi role model bagi gadis cilik di rumah, seberat apapun harus diusahakan.
Sekarang, saya dan Najwa lebih sering  membicarakan perempuan hebat yang ada di sekitar kami. Mendiskusikan karakter positif yang bisa kami teladani. Prestasi, usaha dan kerja keras yang mereka lakukan. Atau sekali waktu mengajaknya berada dalam posisi perempuan lain untuk menumbuhkan  empati.
Fokus pada segala hal positif pada perempuan lain akan membentuk citra diri positif pada anak perempuan. Sebaliknya, ketika kita berbicara keburukan, mereka tidak hanya meniru. Tapi  berusaha mengidentifikasi hal negatif pada diri mereka.
6.  Mendukung passion anak
Biasanya anak-anak akan lebih percaya diri ketika mampu melakukan suatu hal yang mereka sukai. Untuk itu, dukung dan dampingi anak perempuan kita untuk menyalurkan passion-nya.
Saya melihat perkembangan yang sangat positif pada kepercayaan diri Najwa ketika dia mampu memperagakan dan hapal satu set Tari Ragam Dasar Betawi. Dia sangat puas atas keberhasilannya, setelah melalui masa latihan selama hampir 3 bulan. Sejak itu, Najwa menunjukkan keyakinannya untuk terus belajar menari. Dia pun meyakinkan saya bahwa dia bisa, dan ingin terus didukung untuk menari.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
VIA GIPHY
Saya tidak menyangka, kepercayaan diri Najwa berkembang drastis setelah mengikuti extrakurikuler tari di sekolahnya. Selain lebih mudah beradaptasi di tempat baru. Najwa jadi terbiasa menyampaikan pendapatnya. Lebih menghargai proses belajar dan dapat menerima kekalahan.
“Ya, nggak pa pa sekarang nggak menang. Kalau belajar terus juga pasti nanti bisa menari dengan baik. Nah, kalau sudah baik baru bisa menang,” begitu kata Najwa pada suatu waktu.
7. Membatasi interaksi dengan media 
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak Perempuan
VIA GIPHY
Sebenarnya apapun jenis medianya, baik televisi, media sosial atau majalah. Semuanya lebih banyak menampilkan sosok perempuan  “yang terlalu”. Misalnya terlalu cantik, terlalu seksi, terlalu cerdas atau bertalenta.  Sedangkan di sisi lain, banyak juga yang menampilkan perempuan yang terlalu lemah,terlalu menderita, terlalu mudah dibohongi dan segala hal negatif lainnya.
Kadang ngeri juga kalau anak-anak melihat sesuatu yang tidak semestinya. Seperti kekerasan, bullying, film horor. Yang kadang-kadang bisa diselipkan di jenis tontonan apapun.
Oleh sebab itu orangtua memang harus perhatian pada tontonan anak-anak. Sebisa mungkin mendampingi sehingga dapat memberikan penjelasan. Membatasi, atau sekalian saja meniadakan sama sekali. Berani?
Oalah BukNaj, kalau cuma nulis doang, sih, gampang. Lha mbok coba dipraktekin. Susah kali!
Ya, saya juga enggak bilang gampang. Lagian memang enggak ada yang gampang di dunia ini, kecuali bermimpi. Tapi kalau buat anak, orangtua mana yang enggak mau bersusah-susah? Teman-teman termasuk salah satu yang mau bersusah-payah demi anak, kan?
Semoga bermanfaat, ya!

23 thoughts on “Menumbuhkan kepercayaan Diri Anak Perempuan”

  1. mbaaa, role model anak itu bener2 deh mbaa… anak aku selalu jiplak yg aku lakukan dan katakan hahajadi aku klo nggak cerdas emosi, dia akan ikut. Pengaruhnya 99.9 % jadi harus hati2 sabar2 haa

    Reply
  2. Yup, saya termasuk orang tua yang mau bersusah payah untuk kemajuan tumbuh kembang anak-anak. Karena mereka amanah dari Allah, bukan?

    Reply
  3. Anak perempuan saya itu contoh banget emaknya & yg bikin kaget waktu di kuliah di semester 5, dia jabarin langkah kedepan dg gamblang ke emaknya & itu semua Emaknya bingit. Intinya apa yg saya ajarkan dia memgerti & dilakukan sesuai yg diajarkan. Bahkan skrg masih inget secara detail yg diajarkan & dia ceritakan semua. Hehehe

    Reply
  4. Mbak..bicara dengan tampilan luar memang ini sensitif dan sebelumnya saya kira berlaku buat perempuan saja. Tapi ternyata laki-laki merasakan hal yang sama meski bisa jadi beda kadarnya.Seperti si ragil yang memang berkulit lebih gelap, hidung kurang mancung dan ndilalah kok ya rapot enggak secermelang si mbarep, jadi mulai protes. Kenapa aku begini, Mas begitu..Ini juga masih PR buat saya dan Bapaknya, bagaimana menumbuhkan percaya diri pada keduanya dengan segala lebih kurang yang dimiliki.Btw, tips yang keren untuk dicoba…Terima kasih:)

    Reply
  5. Mbaaak, kok sama ya di awal-awalnya, saya juga tumbuh jadi wanita yang minderan.Punya wajah pas-pasan, bahkan dulu kata suami saya kayak Betty Lafea huhuhu.Makanya seneng banget saat bisa kuliah di Surabaya, jauh dari lingkup keluarga yang suka dibanding-bandingkan.Semacam menemukan jati diri saat jauh dari keluarga.

    Reply
  6. Membatasi dengan media elektronik aku banget nih mbak, diriku sebulan mungkin masih bertahan untuk ga kasih fasilitas termasuk gadget.. Alhamdulillah hasilnya bagus. Anakku lebih sering berinteraksi

    Reply

Leave a Comment