Juli 2021 yang lalu suami saya dinyatakan positif Covid-19. Karena gejalanya tidak berat, maka kami putuskan isolasi mandiri di rumah dengan melakukan pemeriksaan secara mandiri.
Meskipun tetap melakukan prokes ketat, selama 3 hingga 5 hari pertama saya terus memantau perkembangan gejala covid pada suami, yang diawali dengan demam, kehilangan indra penciuman dan perasa, kemudian pusing hebat, hingga mengalami kecemasan dan sedikit halusinasi.
Saya sempat khawatir dan berulang kali menanyakan apakah ia mengalami sesak napas. Namun berulang kali pula suami meyakinkan bahwa ia bisa bernapas seperti sedia kala. Saturasi oksigen juga normal yang ditunjukkan dengan prosentase angka pada oximeter. Hanya saja ia merasa sedikit aneh dengan pernapasannya karena tidak dapat membau.
Selama kurang lebih satu bulan ia diwajibkan bekerja dari rumah karena pihak perusahaan tidak mau mengambil risiko dengan kemungkinan terjadinya penularan. Sebagai istri karyawan baru, sebenarnya saya merasa was-was dengan kebijakan dari perusahaan tersebut. Awalnya memang work from home, namun siapa yang dapat menduga jika tiba-tiba saja ia dinonaktifkan?
Sedikit cerita bahwa pada Maret 2021 yang lalu suami saya memutuskan menjadi karyawan kantoran setelah selama 10 tahun terakhir berprofesi sebagai pengacara di sebuah firma hukum. Sebagai karyawan baru, tentunya ada banyak ketidakpastian hingga nantinya ia diangkat sebagai karyawan tetap. Terlebih di masa sulit seperti sekarang karena tidak sedikit perusahaan melakukan perampingan karyawan karena dampak ketidakstabilan ekonomi.
Jujur, pada saat suami dinyatakan terinfeksi Covid-19, meskipun secara fisik tubuh saya terlihat sehat, namun saya sempat merasa down karena mengkhawatirkan banyak hal.
Bagaimana jika kondisi suami tidak membaik? Bagaimana jika terjadi apa-apa padanya? Tanpa pensiun dan pesangon dari perusahaan, bagaimana saya dapat melanjutkan hidup dengan DuoNaj?
Pikiran-pikiran negatif semacam itu tanpa sadar telah menurunkan imunitas saya. Hingga ujungnya, seminggu setelah kami sekeluarga dinyatakan bersih dari Covid-19, saya justru ‘ambruk’ karena kelelahan fisik dan psikis.
Asuransi sebagai Salah Satu Upaya Memperbaiki Nasib
Berkaca dari kejadian tersebut, sebagai perempuan tanpa pekerjaan tetap, sekaligus istri karyawan swasta, saya mulai berpikir untuk lebih detil mempersiapkan masa depan.
Meskipun saya percaya, bahkan sangat yakin bahwa setiap manusia telah dibekali rezeki dari pencipta-Nya. Namun tentu akan lebih baik jika kita memiliki persiapan dengan memiliki tabungan dan asuransi. Apalagi dalam posisi seperti kami yang tidak memiliki pensiun. Memiliki asuransi jiwa merupakan sebuah solusi agar hidup lebih nyaman di hari tua nanti.
Teman-teman pembaca blog saya juga pasti sudah tahu bahwa saya ini ‘buta asuransi’. Bahkan, saya pernah mendaftar asuransi hanya bermodalkan ‘nggak enak sama teman’, yang berujung kerugian sekian rupiah yang telah kami keluarkan selama beberapa tahun.
Ya, kalau diingat-ingat, saya memang sempat anti asuransi karena khawatir harus kecewa kembali. Namun, kalau dipikir-pikir, sebenarnya ini bukan salah asuransinya, namun semua berawal dari ketidaktahuan kami mengenai aneka produk dan layanan jasa asuransi yang sesuai dengan kebutuhan keluarga kami.
Misalnya saja, untuk saat ini saya lebih membutuhkan asuransi jiwa karena untuk dana kesehatan sudah ter-cover dari BPJS dan asuransi perusahaan. Sedangkan manfaat asuransi jiwa nantinya dapat melindungi keluarga kami dari risiko finansial yang mungkin terjadi.
Blogger Gathering Bersama Prudential dan Kumpulan Emak Bloger
Nah, pada 26 Oktober 2021 yang lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti webinar dalam rangka edukasi literasi asuransi bersama Kumpulan Emak Blogger dan Prudential. Mengambil tema ‘Membangun Keluarga yang Tanggung secara Finansial Melalui Asuransi, acara webinar selama kurang lebih 120 menit ini dimoderatori oleh Mak Elly Nurul, Ketua KEB. Kemudian menghadirkan empat orang narasumber, yaitu:
- Luskito Hambali, Chief Marketing and Communication Officer Prudential Indonesia.
- Bondan Margono, Head of Sharia Strategic Development Prudential Indonesia.
- Aliyah Natasya, Financial Advisor.
- Lidya Fitrian, Bloger Anggota KEB, dan nasabah asuransi.
Dalam acara yang dihadiri oleh para perempuan ini kami mendapatkan pencerahan mengenai manfaat asuransi khususnya asuransi syariah. Kami juga dipaparkan dengan fakta-fakta menohok terkait rendahnya angka literasi keuangan pada perempuan.
Mengapa Asuransi itu Penting?
Mengawali pemaparan dari para narasumber, Luskito Hambali atau Pak Kiki menunjukkan fakta terkait perbandingan prosentase pemahaman literasi keuangan antara laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat pemahaman literasi keuangan perempuan Indonesia masih di bawah laki-laki, yaitu perempuan berada di angka 36,13%, sedangkan laki-laki di angka 39,94%.
Fakta ini tentu mengejutkan mengingat sebagian besar perempuan merupakan “Menteri Keuangan Keluarga”. Apa jadinya perencanaan masa depan keluarga jika para perempuan ini tidak cakap mengelola keuangan keluarga?
Data lain juga menyebutkan bahwa 80% aktivitas belanja dilakukan oleh ibu rumah tangga. Sedangkan 50% perempuan merasa tidak yakin dengan perencanaan keuangan jangka panjang, dan 65% merasa bingung untuk mengarahkan perencanaan finansial.
Saya menduga, keragu-raguan yang dimiliki oleh mayoritas perempuan ini justru disebabkan karena prinsip hidup yang terlalu ekonomis bahkan tidak mau rugi. Misalnya saja dalam hal perlindungan diri seperti asuransi, banyak yang masih tidak mau rugi dengan membiarkan uangnya mengendap di perusahaan asuransi. Padahal, risiko apapun dapat terjadi pada diri kita dan keluarga. Oleh sebab itulah perempuan adalah pihak yang paling penting untuk diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya memiliki asuransi.
Berikut beberapa alasan mengenai pentingnya memiliki asuransi:
- Untuk melindungi pendapatan keluarga.
- Agar memiliki dana darurat.
- Untuk perlindungan kesehatan
- Sebagai warisan.
- Dana pensiun.
- Perlindungan dana pendidikan.
Asuransi merupakan salah satu cara untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi dalam kehidupan. Memang ada banyak cara untuk menghadapi risiko kehidupan, seperti:
- Menghadapi risiko.
- Meminimalisir risiko.
- Berbagi risiko (misalnya melalui tolong menolong dalam Asuransi Syariah)
- Mengalihkan risiko (pengalihan risiko pada perusahaan asuransi biasanya terjadi pada asuransi konvensional
- Menerima risiko
Pengalaman Lidya Fitrian Terkait Perlindungan Asuransi
Dalam salah satu sesi sharing, Lidya Fitrian yang menjadi salah satu narasumber dalam webinar tersebut juga membagikan pengalamannya mengenai pentingnya memiliki dana darurat dan asuransi.
Mak Lidya mengisahkan bagaimana keluarganya sangat terbantu dengan adanya dana darurat dan asuransi saat suaminya mengalami kecelakaan kemudian harus melakukan pengobatan dengan biaya besar. Ia juga mengaku memilih asuransi sebagai salah satu perencanaan keuangan keluarga karena mengkhawatirkan dana pendidikan untuk anak-anaknya, serta tidak ingin menjadikan mereka sebagai generasi sandwich.
Meskipun mengaku sempat merasa berat karena biaya premi asuransi yang tidak sedikit, namun pada akhirnya Mak Lidya terus bertahan dengan proteksi asuransi, dan hingga kini telah memiliki 4 polis dari Prudential.
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Berbicara tentang produk asuransi, tentunya saya tidak memungkiri antusiasme saya mengenai produk asuransi syariah.
Ya, meskipun sudah sering mendengar tentang produk asuransi yang satu ini, bahkan sering ditawari. Namun, jujur saja selama ini saya masih belum paham betul apa perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional.
Nah, bersyukur bahwa pada kesempatan webinar yang sama hadir pula Pak Bondan Margono selaku Head of Sharia Strategic Development Prudentia. Pak Bondan dengan gamblang menjelaskan bahwa:
Asuransi Syariah adalah usaha saling tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk mneghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai syariah.
Jadi, dalam Asuransi Konvensional berlaku akad jual beli antara dua pihak yaitu Tertanggung dan Penanggung. Tertanggung memiliki kewajiban membayar premi, sedangkan Penanggung memiliki kewajiban membayar klaim.
Sedangkan dalam Asuransi Syariah akadnya hibah dana Tabarru’. Caranya dengan beberapa orang menyisihkan uang mereka sebagai dana Tabarru’ yang digunakan untuk membantu peserta lain yang tertimpa musibah.
Lalu, apakah peran perusahaan asuransi pada Asuransi Syariah?
Meskipun tidak terlibat secara langsung dalam akad, namun perusahaan asuransi memiliki peran penting sebagai pengelola dana Tabarru’, sekaligus mencari lebih banyak peserta sehingga dana Tabarru’ yang didapatkan peserta lebih besar.
Sedangkan, akad yang dilakukan antara Peserta Asuransi Syariah dengan perusahaan asuransi bersifat Wakalah bin ujrah, di mana salah satu pihak memberikan kuasa pada pihak lain untuk melakukan tindakan yang diperlukan atas nama pemberi wakalah atau kuasa. Dan atas wakalah tersebut, maka pihak penerima kuasa akan mendapatkan ujrah atau imbalan.
Secara ringkas, berikut perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensioal
Alasan Memilih Asuransi Jiwa Syariah sebagai Bentuk Perlindungan Keluarga
Pada umumnya masyarakat masih berpikir bahwa peminat asuransi syariah ini terbatas karena hanya diperuntukkan bagi kaum muslim saja. Hayo, siapa yang sempat berpikir begini?
Ya, awalnya saya pun berpikiran demikian.
Namun, ternyata fakta lain membuktikan bahwa Asuransi Syariah justru sangat diminati bahkan di kalangan millenial. Hasil survey yang dilakukan Prudential di tahun 2020 sendiri menyebutkan bahwa, dari 5000 responden yang berada di kota besar, 58% di antaranya mengaku berminat memiliki Asuransi Jiwa Syariah. Angka prosentase ini meningkat survey sebelumnya yang hanya mencapai 46%.
Berikut beberapa alasan mengapa perlu memilih asuransi jiwa syariah sebagai salah satu perlindungan keluarga:
- Terdapat nilai tolong menolong antar peserta.
- Bersifat universal (dapat diikuti siapa saja yang mengikuti konsep syariah)
- Pengelolaan dana disesuaikan dengan prinsip syariah, yaitu: bebas Ghoror, Maysir, dan Riba.
- Terdapat prinsip keadilan.
- Keuangan transparan.
- Diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.
Asuransi sebagai Salah Satu Bentuk Perencanaan Keuangan
Tanpa kita sadari, sebenarnya dengan membeli produk asuransi berarti kita telah melakukan financial planning. Dalam sesi webinar tersebut, Kak Aliyah Natasya selaku Financial Advisor juga memaparkan fakta-fakta mencengangkan terkait perempuan dan financial planning.
Ternyata kaum perempuan memang masih sering galau untuk membuat financial planning, atau bahkan telat untuk memulainya. Salah satunya karena kita masih ragu untuk menentukan mana yang harus didahulukan. Apakah tabungan dulu, investasi, atau asuransi?
Selain merasa ragu untuk menentukan pilihan, Ibu-ibu seperti saya ini juga masih sering terjebak pada mitos-mitos keuangan yang menyebabkan kebiasaan menunda-nunda. Nah, apa sajakah mitos-mitos keuangan tersebut?
Mitos-Mitos Keuangan
Penghasilan besar jaminan ketahanan finansial.
Nyatanya berapapun jumlah penghasilan jika tidak dikeola dengan baik akan membawa celaka dalam kehidupan. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Apakah suami selalu sehat, atau apakah kita berumur panjang. Kita juga tidak pernah tahu seberapa besar kemampuan kita untuk bertahan dalam kurun waktu tertentu.
Berinvestasi ketika uang sudah banyak dan mencapai “hal-hal tertentu”
Kesalahan besar kita pada umumnya adalah bahwa berinvestasi itu masalah besarnya uang yang bisa diinvestasikan. Padahal, kekuatan investasi terletak pada waktu. Semakin cepat kita berinvestasi meskipun dalam jumlah kecil, maka semakin cepat kita memberikan kesempatan uang untuk bertumbuh.
Mengelola keuangan pribadi adalah hal yang sulit
Padahal, hidup akan lebih sulit jika kita tidak dapat mengelola keuangan pribadi, dan tentu saja keluarga. Karena sebenarnya, kekuatan dari ketahanan keluarga itu terletak pada faktor finansial. Dan mau nggak mau kita harus mengakuinya.
Di sisi lain, meskipun perempuan cenderung tidak membuat atau terlambat melakukan financial planning, Namun sebuah riset menyebutkan bahwa “Women are better investor”.
Perempuan itu sebenarnya memiliki pertimbangan yang komplit sebelum mengambil keputusan karena terbiasa melakukan riset, mencari info dari sumber terpercaya, teliti dan memiliki perhatian lebih terhadap detil. Selain itu perempuan juga cenderung lebih waspada dan berhati-hati.
Tips Sebelum Memulai Asuransi
Sebagai penutup, Kak Aliyah Natasya juga membagikan tips penting sebelum memulai asuransi.
Jujur saja karena saya sudah memiliki pengalaman kurang baik dengan agen asuransi, maka saya berniat mempraktikkan 4 cara berikut ini:
1. Know your budget
Sebelum memulai asuransi pastikan memiliki bujet. Jangan sampai nggak ada bujet tapi iseng-iseng window shopping asuransi. Alokasi bujet juga berguna untuk menentukan apakah premi asuransi akan dibayarkan per bulan, atau tahunan. Secara perhitungan, sih, membayar premi secara tahunan jauh lebih terjangkau dibandingkan membayar bulanan.
2. Know your needs
Produk asuransi sangat banyak pilihannya. Ada asuransi jiwa, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Menurut para pakar keuangan, asuransi jiwa perlu diutamakan karena jika terjadi sesuatu yang mengancam keselamatan kepala rumah tangga, maka keluarga yang ditinggalkan bisa bertahan.
3. Know the insurance company
Kenalan dengan perusahaan asuransi penting untuk mengetahui reputasinya. Hal ini berkaitan erat dengan nasib klaim asuransi nantinya. Oleh karena itu, pelajari dulu prosedur dan jangka waktunya, akses, dan juga claim history-nya. Kita bisa juga tanya-tanya pada teman yang memiliki pengalaman terhadap perusahaan asuransi tertentu.
4. Why Sharia?
Penutup
Rasanya puas sekali setelah mengikuti Blogger Gathering bersama Kumpulan Emak Bloger dan Prudential yang lalu. Selain belajar banyak tentang asuransi dan financial planning, saya juga merasa tercerahkan bahwa membangun ketahanan keluarga tidak selalu bermula dari penghasilan yang melimpah. Namun bagaimana kita merencanakan pengalokasian uang, dan mempersiapkan perlindungan untuk keluarga, salah satunya dengan memiliki Asuransi Jiwa Syariah.
Asuransi syariah gini bikin nyaman pengguna ya kak. Akupun jadi penasaran, biar ke depan kalo terjadi apa2 ga panik. Alokasi uang yang sangat penting untuk masa datang
belajar literasi keuangan juga menggali informasi-informasi seputar asuransi yang dibutuhkan dan cocok emang harus seawal mungkin ya mba, jadi nanti kalau sudah berumah tangga ketika mengatur keuangan yang lebih kompleks udh lebih lihai, apalagi buat masa depan anak.
Wah aku baru tahu klo di asuransi syariah pakenya akad tabbaru bukan jual beli seperti asuransi konvensional
sebenarnya saya berminat tapi budget pas banget buat kebutuhan dan kewajiban lainnya seperti utang hiks
Semoga sehat selalu buat Mbak dan suaminya. Memang asuransi merupakan salah satu ikhtiar untuk masa depan. Saya juga mulai aware sama asuransi (terutama kesehatan) apalagi di masa pandemi saat ini. Mungkin setelah ini, saya juga akan melihat-lihat asuransi syariah yang sesuai dengan kebutuhan saya.
Hidup tak bisa diprediksi. Begitu pun pekerjaan, turutama yang kerja di sektor swasta. Masa pendemi kemarin banyak banget yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Situasi yang sangat memprihatikankan, karena kita tidak tahu kapan pandemi itu akan berakhir. Apakah ada gelombang-gelombang berikutnya atau cukup sampai di sini?
Disini lah solusi yang jauh-jauh hari kita siapkan akan mengambil peran. Asuransi dan tabungan. Tapi sebelum membeli asuransi dan bayar premi, wajib tahu dulu asuransi seperti apa yang kita butuhkan ya Mbak 🙂
Keluarga tangguh secara finansial bisa didapat dari pengelolaan uang yang baik dan perencanaan yang tepat ya mbak. Asuransi sendiri bagian dari perencanaan keuangan, kita tinggal pilih produk yang sesuai dengan tujuan keuangan kita. Dan Asuransi Syariah itu memang paling tepat buat keluarga muslim macam kita.
Ada temenku yg alergi bangeett, saban denger kata asuransi,
katanya doi ga mau kena riba.
nah, kalo yg syariah gini kan aman ya.
apalagi, tema “Membangun Keluarga yang Tangguh Secara Finansial Melalui Asuransi” ini pas bgt dgn semua orang
Bener banget kalau asuransi dibayar pertahun bisa lebih murah daripada bulanan, tapi ini aku masih bulanan bayarnya si. haahaha, karena menyesuaikan budget juga kalau langsung tahunan takutnya kagok yg lainnya
Memilih asuransi syariah saat ini udah menjadi kebutuhan, aku juga belum punya yang syariah, mbak.
Harus cermat memilih asuransi dan disesuaikan dengan kemamapuan tentunya. Dan Prudential ini udah kredibel sih di bidang pelayanan klaim juga
Alhamdulillah jadi belajar lebih detail asuransi syariah di sini. Dari segi akad udah beda ya dengan konven. Asuransi Syariah Prudential juga insya Allah sudah sesuai dengan aturan MUI maka bisa menjadi pilihan aman berasuransi sesuai syariah
Ah..ya bener banget sih..bukan tentang seberapa besar penghasilan ya..Kalau dimanage insyaallaah keuangannya sehat..Apalagi asuransi ini terjangkau banget…
Ini 8 ribu tiap bulan gitu Mak? Jujur, aku sampai saat ini belum ada asuransi, di WA temenku terus nih dari Prudential ini, tapi aku masih buta soal asuransi
Beneran makin membukakan mata dan wawasan pasca pandemi ini, kita ga tau kapan kita sakit. Tapi kita bisa menyiapkan diri untuk masdep baik soal asuransi ini. Agar lebih tenang dan aman
Alhmdulillah, ku pernah merasakan manfaat asuransi saat kecelakaan fatal.
perlu juga ya sebuah asuransi ini
dulu aku punya tapi aku tutup mbak, karena bentuk asuransinya separuh-separuh sama investasi.
awalnya niatnya mau nyari produk investasi dan diarahinnya ke unit link kalau ga salah.
sekarang ada 2 pilihan asuransi, konvesional dan syariah, mungkin yang syariah bisa dipertimbangkan juga ini
Jujurly aku juga lagi cari info tentang asuransi syariah ini mbak
karena asuransi kesehatan dan pendidikan yang aku punya tu sifatnya konvensional
nah mau punya asuransi jiwa tapi yang syariah
baca ini jadi makin yakin pilih asuransi syariah
Dengan memahami kebutuhan dan kemampuan keuangan keluarga, tentu memiliki asuransi terutama yang sudah syariah menjadi sangat membantu sekali. Benar yaa..di saat perekonomian sedang galau begini.. Sedih banget kalau kalau ada hal tak terduga yang terjadi.
sama mbak, alhamdulillah benar-benar tercerahkan setelah mengikuti webinar tentang asuransi dan finansial planning ini mbak. Sebelumnya blank banget soal perasuransian ini. Makanya karena emak-emak disebut sebagai menteri keuangan, tentu jadi wajib hukumnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan harus terus di upgrade terus yaa.
mari kita lindungi keluargatersayang dengan asuransi syariah
karena bikin tenang, nyaman dan aman aapalagi kalau pakai pru syariah jadi makin yakin buat taruh proteksi keluarga di sana
Pas banget nih kebetulan saya juga lagi nyari asuransi jiwa syariah buat suami saya, semoga ada jalan rezekinya
Asuransi jiwa itu perlu ya untuk penanggung jawab keluarga walaupun awalnya saya takut pas suami memutuskan punya asuransi jiwa, kesannya berprasangka yg nggak nggak
Bener nih sering ada keragu-raguan yang diltarabelakangi prinsip hidup yang enggak mau rugi. Masih tidak mau rugi dengan membiarkan uangnya mengendap di perusahaan asuransi sehingga memilih tidak mau berasuransi. Padahal kalau mempertimbangkan manfaatnya sungguh lebih besar apalagi saat tiba-tiba sebuah hal tak terencana menimpa kita
Sejak dulu saya ragu untuk punya asuransi. Selain belum punya banyak ilmu tentang asuransi, saya juga masih ragu tentang hukumnya. Etapi sekarang ada asuransi syariah, jadi pingin tahu lebih jauh. Barang kali saya tertarik juga punya asuransi syariah ini.
PR besar untuk bisa memanage keuangan dengan baik ya mba
maksih banyak tipsnya mba untuk bisa memilih dengan baik asuransi