Papaku seorang penulis. Seumur hidupnya ia habiskan dengan menulis dan menerjemahkan aneka buku juga bahan bacaan untuk orang lain. Tapi, sayangnya ia tak sempat menulis untuk kami anak-anaknya. Jangankan untuk kami, ia bahkan tak sempat menulis tentang dirinya sendiri — yang jika saja hal tersebut dilakukannya, mungkin kebersamaan kami yang tak seberapa lama ini akan terasa berbeda, karena aku bisa mengenang dan mengenalnya melalui tulisan tentang dirinya.
Sejak menyadari hal itu, aku tak ingin seperti almarhum Papa. Aku bertekad menulis tentang diriku, tentang keluarga juga orang-orang yang sempat singgah dan berbagi kenangan denganku. Aku ingin menulis setiap hal yang pernah kulakukan, setiap masalah yang berhasil kulalui, setiap tempat yang pernah kukunjungi, juga setiap kenangan yang berakhir manis atau hanya pantas dijadikan peringatan untuk tidak diulang lagi. Keinginan itulah yang kemudian membulatkan tekadku untuk menulis, karena alasan utamaku adalah menyimpan lebih banyak memori.
3 Alasan Menulis di Blog
Mungkin teman-teman bertanya, mengapa harus di blog? Mengapa tidak menulis di buku harian saja?
Nah, ini penting sekali untuk kuceritakan pada kalian. Sebenarnya keputusanku untuk menulis di blog dikarenakan beberapa hal yang biasa saja. Bahkan, sepertinya tak sedikit blogger yang memilih alasan serupa sebelum memutuskan mendaftarkan diri di salah satu platform blog yang kini dimilikinya.
Bagiku — yang semangatnya masih suka timbul tenggelam — aku sempat merasa amazing dengan tingkat keseriusanku dalam mengelola blog. Padahal, awalnya aku menulis dengan segala kegalauan takut mentok karena kehabisan ide. Sampai akhirnya aku berporses, kemudian memberanikan diri melakukan migrasi dari blogspot ke wordpress self-hosted, mengutak-atik template dan belajar dari awal. Sampai akhirnya aku mulai terbiasa dan jatuh cinta pada rumah mayaku yang sekarang. Semua ini rasanya terlalu luar biasa.
Hingga hari ini seluruh proses yang kualami sebagai blogger memang belum seberapa, tak terlalu hebat apalagi mengagumkan. Tapi, kerap kali aku berjanji pada diriku sendiri untuk terus bergerak ke arah yang telah kutetapkan. Satu arah di dunia penulisan yang dilandasi beberapa alasan untuk terus menulis melalui blog. Tiga di antaranya ada di bawah ini:
Yang pertama, memberikan insight baru. Bagi teman-teman yang sempat atau pernah berkunjung ke Damar Aisyah’s Blog, kalian pasti tidak asing dengan cerita pengasuhan DuoNaj, kan? Cerita sederhana yang kutulis sebagai kenangan masa kecil mereka. Cerita yang sengaja kurangkum untuk mengingatkan diriku sendiri tentang ibu seperti apa sebenarnya aku ini, sekaligus cerita yang sebenarnya sudah banyak atau lebih dulu dialami ibu-ibu lain. Tapi, dari situ aku berusaha memberikan insight baru berdasarkan pendapat dan pengalamanku. Sehingga siapapun yang membacanya dapat merasakan bahwa warna-warni kehidupan itu benar adanya. Dan dari situlah aku berharap bisa menyumbang manfaat.
Yang kedua, pesan yang tersampaikan. Pernah aku menulis tentang “Belajar Mencintai Diri Sendiri“, dan tulisan itu tuh benar-benar berasal dari pengalamanku sendiri yang merasa telat karena baru melakukannya di usiaku yang sudah sangat matang ini.
Melalui tulisan itu sebenarnya aku ingin membagi pesan bagi siapapun yang sedang berada pada kondisi sepertiku. Bahwa mencintai diri sendiri itu terlalu berharga untuk diabaikan begitu saja. Dan untuk melakukannya kita tidak perlu melakukan hal-hal luar biasa. Cukup aktivitas sederhana saja, yang penting perasaan cinta pada diri sendiri itu tumbuh sumbur dan membuat kita bahagia.
Pesan seperti ini tentu tak akan tersampaikan pada orang lain jika aku menuliskannya di dalam buku harian—yang kemudian kusimpan di bawah bantal. Tapi melalui blog, tidak hanya saat ini, esok, lusa dan mungkin beberapa waktu yang akan datang akan tersampaikan, selama blog-ku masih hidup dan ada yang membaca.
Yang ketiga, keleluasaan dalam berkreatifitas. Harus kuakui menulis di blog memberikan keleluasaan di banding platform yang lain. Selain sejalan dengan tuntutan masyarakat digital, melalui blog kita bisa sekaligus menyimpan foto dan video yang menjadi pelengkap dari setiap memori yang ingin kita abadikan. Dengan cara ini aku berpikir setiap kenangan yang kumiliki akan tersimpan lebih rapi. Lebih awet dan insya Allah lebih mudah untuk dibuka-buka kembali.
Alasan-alasan seperti ini sebenarnya memang tidak datang begitu saja. Awalnya aku berpikir menulis di blog hanya untuk mengisi waktu luang, curhat kemudian berkeluh kesah, mengaktualisasi diri hingga akhirnya aku sampai juga pada alasan ngeblog untuk cari duit.
Tapi, setelah kupikir lebih lama, tiga alasan tadi bisa disebut sebagai yang utama. Karena selain mampu menyumbang semangat saat menulis, alasan-alasan tadi menurutku lebih long lasting, sehingga impian untuk terus menyimpan memori kehidupan ini tak sekedar menjadi bunga tidur semata. Tapi nyata dan bisa dibaca siapa saja.
Aduh Mba, kalimat pembukanya bikin mataku berembun.
Wah, cerita tentang anak-anak itu memang asyik. Akupun suka menulis tentang anak-anak. Berbagi pengalaman dan ketika mereka sudah dewasa, cerita seperti ini bisa jadi kenangan masa kecil yang tak terlupakan.
Samaaa … Aku juga kepengen anak-anak mengenal ibunya semasa mereka kanak-kanak lewat tulisan. Warisan sederhana yang semoga bermanfaat buat mereka nantinya. Tapi pengen juga sih bisa mewariskan harta yang nyata alias duit, rumah, tanah, apartemen, wkwkwwk …
Wah mbak jadi terinspirasi menulis diri sendiri. Makasih ya info dan sharingnya. Sukses buat mbak Damar.
Saya banget mb, blm piawai nulis, takut kehabisan ide haha.
Jlebb, pada pesan yang tersampaikan. Been there..bertahun-tahun tidak mau mencitai diri sendiri. hiks
Alasan menulisnya out of the box Mbak Damar…
Keren!
Sukaa dengan gaya bercerita Mbak Damar.
Semoga kita selalu konsisten berbagi tulisan ya mbak.
Happy ngeblog mbak.
Aku suka tulisan Mba Damar apalagi kalau nulisnya sesuatu yang berbau soal rasa dan hati. Selalu langsung kena ke hati. Selalu ada permainan kata setiap aku membaca tulisan mba damar. Terlihat betapa banyak buku yang telah ia habiskan untuk membaca hingga tulisannya kaya dengan kata dan bahasa baru untukku. Terus betkarya Mba Damar dan menebar cerita positif
Jadi semangat bersemangat nih untuk menulis di blog dan menjadikannya sebagai penyimpan sejarah yang akan bercerita siapa saya maupun anak2.
Wah saya juga banyak menulis tentang pengalaman saat ngajar, lebih ke anak-anak ya. Tapi ada juga kisah perjalanan.
Pemaparannya dalem banget nih, Mbak. Khas BukNaj 🙂 Makasih udah mengingatkan tentang sisi2 yang ini, ya. So far, pencapaian Mbak Damar bagus kok menurut saya. Salut. Papanya pasti bangga ‘di sana’ 🙂
Keep inspiring ^^
Pasti mbak Damar juga bangga ya ayahnya seorang penulis meskipun belum bisa menulis untuk anak-anaknya. Semoga mbak Damar bisa meninggalkan jejak tulisan untuk anak-anaknya.