Salah satu motif Batik Hokokai |
Perkenalanku dengan batik dimulai sejak ibu menjalankan usaha berdagang kain batik. Kala itu aku telah duduk di bangku SMP dan sangat antusias untuk ikut mengenali aneka jenis motif batik dalam berlembar kain yang ditumpuk rapi dalam etalase toko di rumah.Salah satu yang terlihat sangat menarik dan selalu mencuri perhjatian pembeli adalah motif dengan corak dominan bunga yang belakangan ini baru kuketahui sebagai batik Hokokai.
Menjalankan bisnis batik mengantarkan ibu pada kegiatan rutin berbelanja ke Solo dan Jogja. Sesekali aku pun terus serta berbelanja ke sana. Bukan sekedar karena ingin jalan-jalan, tapi kemudian aku berkesempatan untuk “mencuri” langsung ilmu berdagang dari ibu yang pada tahun 2006 langsung kuaplikasikan pada bisnis sejenis yang sempat kugeluti.
Dari sekian banyak tempat yang menjadi pusat belanja batik, Pasar Klewer dan Bringharjo menjadi destinasi belanja karena rentang harga yang sangat variatif. Ya, baik di Pasar Klewer maupun Beringharjo, kalian bisa mendapatkan aneka macam motif batik dengan kualitas produk dan harga yang sangat variatif, sehingga mudah menyedsuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kantong setiap orang.
Tapi, pernah juga beberapa kali kami berbelanja langsung ke sentra pengrajin batik baik di Laweyan maupun di daerah Ngasem. Memang asyik, sih, tapi sepertinya lebih cocok untuk dijadikan destinasi wisata ketimbang kulakan seperti yang saat itu kami lakoni.
Baca juga : Batik Pring Sedapur – Batik Khas Magetan
Sentra pasar batik di Solo (Republika) |
Sekian tahun ikut mengurusi bisnis batik milik ibu, sedikit banyak aku bisa mengenali aneka motif batik yang beredar di pasaran saat ini. Mulai Truntum, Kawung, Mega Mendung, Encim, Sido Mulyo, Sido Luhur hingga Parang, hampir semuanya pernah mampir sebagai koleksi barang dagangan di rumah kami.
Sejarah Batik Hokokai – Batik Jawa Rasa Jepang
Salah satu motif batik yang sempat menjadi best seller adalah batik dengan motif dominan bunga. Batik ini kami beli di Jogja, tapi dari pengrajin Pekalongan, sehingga kami pun mengenalinya sebagai Batik Pekalongan. Tapi, seperti yang kusebutkan tadi, baru beberapa tahun terakhir kuketahui ternyata motif tersebut adalah batik Hokokai — motif batik yang merupakan hasil akulturasi dengan budaya Jepang.
Sejarah lahirnya batik Hokokai sendiri nggak bisa lepas dari masa penjajahan Jepang pada tahun 1942 sampai dengan 1945. Awalnya, batik Hokokai ini memang hasil kreasi masyarakat pesisir di daerah Kedungwuni, Pekalongan. Maka nggak perlu heran jika motif ini banyak dijumpai di Pekalongan dan kemudian lebih dikenal sebagai ragam batik Pekalongan.
Baca juga: Sejarah dan Filosofi Batik Madura
Motif Batik Hokokai ( Pemoeda.co.id) |
Asal usul nama Hokokai sendiri diambil dari nama salah satu organisasi masyarakat yang pada saat itu menggantikan Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Hokokai sendiri memiliki arti Himpunan Kebaktian Masyarakat yang kemudian lebih dikenal sebagai Himpunan Masyarakat.
Penciptaan kreasi batik Hokokai digagas sebagai salah satu cara bagi kaum pengrajin pada masa itu — penjajahan jepang — untuk “masuk” di kalangan penguasa dan mendapatkan keamananan. Seperti yang kita ketahui, masa penjajahan Jepang merupakan salah satu masa terkelam bangsa ini, maka sebagian pengrajin memanfaatkan keahliannya untuk menciptakan motif baru dengan mengakulturasi kebudayaan Jepang dalam selembar kain.
Dituliskan dalam salah satu sumber yang menjadi referensi artikel ini. Dulu, penjajah Jepang kerap kali mendatangi pengrajin batik untuk mendata satu per satu kain batik yang sedang dikerjakan. Tujuannya nggak lain untuk mengambil atau lebih tepatnya merampas kain batik tersebut beberapa waktu kemudian.
Hal seperti ini tentu meresahkan. Akhirnya, para pengrajin batik pun memutar otak. mencari cara yang tepat untuk bisa lepas dari rampasan penjajah Jepang.
Ciri-ciri Batik Hokokai
Para pengrajin kemudian menemukan satu cara dengan menciptakan motif yang lebih rumit dengan banyak detil dan kombinasi warna yang beragam. Cara ini otomatis mengulur waktu pembuatan batik itu sendiri, yang biasanya bisa dikerjakan dalam beberapa bulan saja,kini memakan waktu hingga hitungan tahun.
Motif Hokokai (Pemoeda.co.id) |
Ide ini juga bisa dibilang sangat cerdas sekaligus kreatif, karena waktu pembuatan batik yang terlalu lama membuat tentara Jepang lupa dengan calon barang rampasannya. Sedangkan dari sisi pengrajin, penciptaan kreasi baru ini menghasilkan batik dengan cita rasa seni dan keindahan berkualitas tinggi.
Nah, jadi nggak heran, ya, kenapa Batik Hokokai itu motifnya cakep banget. Karena desainnya memang sengaja dibuat rumit dan memadukan banyak ornamen serta warna yang menjadi ciri khasnya.
Di samping desain yang rumit dan permainan warna, motif bunga dan kupu-kupu merupakan corak khas dari batik Hokokai. Motif ini bisa dibilang menyesuaikan selera orang Jepang — yang biasa menggunakan motif kupu-kupu dan bunga untuk kimono yang mereka pakai.
Koleksi motif Hokokai modern (qlapa.com) |
Jika berboicara tentang batik Hokokai ini, hal yang tak kalah brilian adalah inisiatif para pengrajin untuk menghadapi masa-masa sulit produksi. Batik Hokokai yang lahir pada masa-masa ekonomi serba susah kembali memancing kreatifitas para pengrajin lokal. Kala itu, kain mori yang menjadi bahan dasar poembuatan batik bisa dibilang sangat langka, bahkan mahal harganya. Untuk menyiasati permasalahan tersebut, para pengrajin pun menciptakan motif Pagi – Sore, yang menggabungkan dua motif dalam satu kain.
Baca juga: Tampil Modis dengan Kulot Batik
Kelahiran motif Pagi-Sore sangat membantu ketersediaan kain bawahan untuk kaum perempuan pada masa itu. Jika biasanya mereka harus berganti 2 kain dalam sehari, maka dengan motif Pagi-Sore ini mereka cukup menggunakan satu kain saja. Jika salah satu motif dipakai pada waktu pagi hari, maka motif lain pada lembaran kain yang sama akan digunakan untuk acara pada malam hari. Kreatif, bukan? Motif Pagi-Sore sekaligus menjadi salah satu ciri yang dapat kita jadikan penanda ketika berbelanja batik di pasaran.
Makna Motif Hokokai
Koleksi motif Hokokai (qlapa.com) |
Berbeda dengan aneka motif batik yang cenderung kejawen, motif Hokokai bisa dibilang jauh dari unsur itu meskipun tetap meyelipkan budaya Jawa di dalamnya. Pemaknaannya pun bisa jadi berbeda dengan motif batik pada umumnya, misalnya Sido Luhur yang bermakna keluhuran. Atau Sido Mukti yang bermakna kemakmuran. maka batik Hokokai memang tidak memiliki makna sejenis.
Sedangkan jika ditilik dari sisi sejarah, batik ini memiliki makna perjuangan, kegigihan, keuletan, kesabaran, pengorbanan dan kreativitas dalam perlawanan menghadapi penjajahan. Dan lagi-lagi, tanpa bermaksud mengungkit bagaimana hubungan antara dua negara pada masa itu, batik Hokokai merupakan bentuk akulturasi budaya yang patut mendapatkan apresiasi. Di samping sejarah penciptaannya yang berliku, motif batik ini telah merepresentasikan keindahan dan sinkronisasi dua kebudayaan yang sangat berbeda dalam banyak hal.
Kreasi hand bag dari motif Hokokai (qlapa.com) |
Nah, jadi penasaran, kan, seperti apa keindahan asli batik Hokokai ini? Jadi jangan ragu untuk berburu batik dengan ciri yang sudah kucantumkan di atas. Usahakan juga mencari batik cap yang berkualitas, atau sekalian saja berburu batik tulisnya.
Referensi:
https://kabarinews.com/kedungwuni-pusat-batik-tionghoa-peranakan/37971
https://www.pemoeda.co.id/blog/batik-hokokai
http://batikdan.blogspot.com/2011/07/batik-jawa-hokokai.html