Belajar Mencintai Diri Sendiri- Love Yourself then You’re Gonna Love Other

Awalnya aku merasa asing dengan saran untuk belajar mencintai diri sendiri. Ya, tentu saja asing, karena sejak kecil aku lebih banyak diberi contoh tentang bagaimana menunjukkan cinta kita kepada orang lain. Mengutamakan kepentingan orang lain bahkan sebisa mungkin mengesampingkan urusan pribadi. Baru setelah melewati masa remaja aku sering mendapat nasihat untuk belajar mencintai diri sendiri. Agak telat, sih, tapi aku bersyukur kemudian belajar melakukannya.

Memang kadang terdengar egois,  karena sejak kecil kita selalu dijejali hal-hal yang berkaitan dengan mencintai sesama, tanpa pernah secara spesifik menyebutkan untuk mencintai diri kita sendiri. Kalau urusan bersyukur memang sudah ditanamkan sejak kecil. Tapi bagi anak-anak pun mungkin terdengar sedikit berbeda antara bersyukur dan mencintai diri sendiri. Padahal, sih, sebenarnya mirip-mirip saja.

Urusan mencintai diri sendiri ini memang penting banget. Apalagi kayak aku yang sekarang sudah jadi orangtua. Dengan mencintai diri sendiri, aku memang jadi lebih bahagia. Jadi lebih bisa mencintai keluarga dan orang-orang di sekitar. Anak-anak pun jadi mendapatkan role model langsung bagaimana seharusnya memperlakukan diri sendiri.

Lalu, kenapa, sih, kok kayaknya penting banget? Ya penting, dong! Karena ada kalanya kita harus mengakui, ada kebahagiaan yang kadang nggak bisa diharapkan datang dari orang lain. That’s why kita harus belajar bahagia dan mencintai diri sendiri. Caranya pun gampang saja. Kalau aku sih, cukup melakukan hal sederhana seperti poin-poin di bawah ini.

Berkomunikasi dengan Sang Pencipta

Berdoa dan bersyukur, begitu idealnya yang dilakukan semua orang untuk menunjukkan rasa cinta pada segala hal yang telah Tuhan berikan padanya. Dengan cara ini pula kita akan lebih bahagia, karena menyadari Tuhan selalu mendengar dan telah memberikan segala yang terbaik dan paling sesuai untuk diri kita.

Ada kalanya kita “merasa kurang”, ya karena manusia memang tempatnya merasa kurang. Tapi doa dan syukur akan meningkatkan kecintaan pada diri sendiri, karena meyakini Tuhan telah menciptakan kita lengkap dengan peran masing-masing.

Saat merasa tak berarti karena “hanya menjadi ibu rumah tangga” misalnya, maka doa adalah sebaik-baik cara untuk menjadi bahagia. Sedangkan syukur adalah bentuk cinta dan penerimaan pada diri sendiri yang sering aku lupakan.

 

Tidur cukup

Beda banget sama poin pertama yang kesannya bijak dan dewasa,hahaha, yang kedua ini hanyalah cara remeh yang sukses membuatku mencintai diri sendiri.

Seminggu sekali, tepatnya saat weekend dan nggak ada rencana pergi ke mana pun, aku memilih berlama-lama di tempat tidur. Tidur cukup pada malam hari, kemudian bangun dan kalau masih bisa tidur lagi, hahaha.

Kadang-kadang bolehlah sedikit jadi pemalas, yang penting nggak setiap hari. Cara ini sengaja aku lakukan untuk menasihati diriku sendiri. Bahwa nggak ada salahnya sesekali mengambil waktu untuk bersantai lebih lama. Dengan begitu aku pun tak perlu bersikap terlalu keras pada diriku sendiri dan keluarga.

 

Mandi tanpa jeritan anak-anak

Katanya belum jadi orangtua kalau belum ditongkrongi di depan kamar mandi. Iya, sih. Ada benarnya juga. Tapi nggak harus setiap hari, kan?

Nah itu sebabnya penting banget sesekali mandi tanpa jeritan anak-anak. Kalau aku, paling ya cuma bisa seminggu sekali, karena hanya bisa melakukannya saat suami ada di rumah. Dan anak-anak mau bermain dengan ayahnya. Kalau nggak, ya lupakan saja.

Hal seremeh ini ternyata sangat istimewa bagiku. Saat mandi tanpa jeritan anak, rasanya aku telah memenuhi hak tubuhku untuk dibersihkan dengan sempurna. Aku pun lebih mencintai diriku sendiri karena kondisi tubuh yang terawat.

Bagaimanapun bentuk dan warna kulit kita, merawat adalah salah satu cara untuk mencintai dan menerima kondisi ini apa adanya. Dengan melakukannya secara rutin, bukan tidak mungkin kita akan semakin mencintai diri sendiri tanpa sempat membandingkan dengan kondisi orang lain.

 

Meng-entertain diri sendiri

Membaca buku, mendengarkan musik atau menonton film adalah cara yang kupilih untuk mengibur diri sendiri. Dengan begitu aku lebih rileks dan berpikiran positif. Tak jarang, melalui film, buku juga musik aku justru memetik banyak hal. Aku belajar melihat suatu permasalahan dari sudut pandang lain melalui skenario, lirik atau berlarik kata yang selama ini hanya dianggap sebagai hiburan semata.

 

Berkata tidak

Kadang-kadang aku juga berada pada situasi yang benar-benar tidak ingin melakukan apapun. Malas masak, malas nyuci, nggak mau diajak jalan-jalan. Pokoknya aku cuma pengin istirahat aja. Dulu, aku sempet nggak enakan karena status ibu rumah tangga tapi kok nggak ada kerjaan rumah yang beres. Akhirnya aku memaksa diri membereskan semuanya dan kelelahan.

Tapi itu dulu. Sekarang ada waktunya aku bilang “Tidak” ketika berada pada situasi yang benar-benar overwhelmed. Makanan order online, cucian masuk laundry, rumah biarin nggak harus bersih-bersih amat. Arisan RT sesekali izin. Pokoknya aku cuma mengikuti kata hatiku saja dan apa yang bikin aku lebih santai. Dengan begitu aku tidak terlalu memaksa diriku sendiri.

 

Berkumpul dengan teman-teman

Meskipun aku bukan tipe yang suka terlalu sering ngerumpi atau kumpul-kumpul, tapi sesekali bolehlah. Apalagi kalau ngumpulnya sama teman satu komunitas yang punya passion sejenis. Acara kumpul jadi nggak sekedar ngelantur tapi bisa jadi sharing ilmu dan semangat.

Bagiku social life sangat penting asal nggak sampai membuat kita jadi social climber karena tuntutan kelompok. Karena melalui social life  ini aku nggak cuma dapat senang-senangnya karena ngumpul sama teman. Tapi bisa juga memperluas networking.

 

Libur socmed

Nggak bisa dimungkiri, memang banyak peluang yang berasal dari social media. Sampai-sampai muncul pendapat, “Telat buka socmed, job melayang.” Hayoo, siapa yang sering mengalaminya?

Tapi nggak ada salahnya ambil cuti sejenak. Kehidupan social media yang tidak selamanya sesuai dengan kenyataan sering kali membuat kita merasa dituntut menjadi sempurna, menampilkan segala hal yang terbaik dalam kehidupan kita. Belum lagi berbagai berita yang itu-itu saja, gosip atau sindir menyindir antara kelompok. Kadang aku lelah sendiri saat melihatnya.

Karena itu aku sering mengambil jarak dari social media. Tiga hari hingga seminggu biasanya sudah cukup untuk membuatku tenggelam dalam dunia nyata yang apa adanya.

 

Berburu novel

Aku sempat meninggalkan novel hingga setidaknya setelah lahir anak pertama. Bekerja kemudian berumah tangga membuatku merasa butuh segala hal yang nyata, aku pun menolak buaian buku fiksi untuk beberapa saat.

Tapi, beberapa tahun terakhir ini aku justru getol berburu novel. Aku pun tak membatasi genre-nya karena ingin melihat permasalahan hidup dari berbagai sudut pandang.

Cerita dalam novel memang sering kali berlebihan, itu sebabnya aku jarang memilih yang murni tentang percintaan. Aku lebih suka novel tentang kehidupan seperti “Tanah Tabu” yang bercerita tentang kehidupan masyarakat Timika. Novel seperti ini sangat menyentil sisi humanisku, membuatku lebih banyak bersyukur dan semakin mencintai diriku dengan segala kekurangan yang kumiliki.

Selain itu, membaca novel merupakan salah satu cara untuk memperkaya diksi dan melenturkan bahasa. Teman-teman pasti bisa merasakan, dong, perbedaan struktur bahasa dalam buku fiksi dan nonfiksi? Nah, buatku novel merupakan pilihan yang tepat sebagai selingan.

Ternyata membahagiakan dan mencintai diri sendiri itu mudah saja. Bahkan kadang kala kita nggak butuh dibuat bahagia oleh orang lain jika benar-benar memahami diri sendiri. Cara-cara sederhana ini rutin kulakukan hingga sekarang dan sangat membantu me-recharge semangat yang tiba-tiba tenggelam akibat kelelahan.

Dengan mencintai diriku sendiri, aku pun lebih mudah memberikan hal sejenis untuk keluarga dan orang-orang di sekitarku. Aku pun baru menyadari bahwa ada kalanya kata hati itu tetap harus didengarkan, meskipun kenyataan hidup menuntut tanggung jawab besar dari diri ini.

 

8 thoughts on “Belajar Mencintai Diri Sendiri- Love Yourself then You’re Gonna Love Other”

  1. Semua cocok tuh ama aku…kecuali yang berburu novel. Jarang banget baca novel. Menekuni hobby kali yaah. Dulu mah hobby jahit baju. Ini udh lama engga pegang mesin jahit…
    Hehe…

    Reply
  2. Tulisannya sangat menginspirasi, memang sejak kecil selalu ditanamkan untuk mencintai orang lain, terkadang abai akan mencintai diri sendiri. Karena merasa egois jika harus mementingkan diri sendiri
    hehe. Ada beberapa tips yang sudah aku coba, ntar aku coba deh yang lainnya. Makasih ya mba

    Reply
  3. Jadi ingat, saat mandi menjadi momen paling berharga. Waktu itu anak2 masih kecil. Gak kelihatan sedikit saja, anak2 langsung nangis kejer nyari emaknya.
    Alhamdulillah, anak2 udah pada besar dan kalau ingat momen itu jadinya senyum2 sendiri.
    Selamat menikmati semua momen itu, mba

    Reply
  4. Me time…yes, Emak juga butuh waktu untuk mencintai diri sendiri. Kalau sudah mantap dengan diri, Inshaa allah bisa berbagi cinta dengan maksimal, terutama untuk keluarga tercinta. Inspiratif Mbak, sukaaaa ^_^

    Reply
  5. Me time… semua Emak butuh waktu untuk mencintai dirinya sendiri. Pasti dukungan anggota keluarga yang lain perlu banget yaaa, biar bisa maksimal juga efek untuk orang di sekitar^_^

    Reply
  6. masyaallah inspiratif banget Mba.. Kerasa banget Sama Saya Yg udah jadi IRT 2 anak, Yg ada dipikiran tuh anaaak meluluo, jarang ada “space” utk mikirin diri sendiri, Yg penting anak sehat & bahagia, lupa kalo jiwa qt harus di maintanance juga, akhirnya Yg ada jadi sering uring2an ga jelas.. yuk ah.. jadi Ibu yang bahagia dulu sebelum membahagiakan keluarga..

    Reply
  7. Social life..sekarang benar-benar lagi menikmati berjumpa dnegan teman se passion. Bukan teman yang lain enggak bisa, cuma kok kayaknya makin klik saja kalau teman yang sejalur jalannya kwkw

    Tapi, apapun mencintai diri sendiri itu perlu…Karena dari situ kita akan menghargai pencapaian kita yang merupakan awal dari kebahagiaan kita.

    Saya suka baca ulasan ini…:)

    Reply
  8. Setujuuuu, adakalanya kita libur sosmed agar lebih waras dan gak melulu bandingkan hidup orang dengan kita.
    Saya sejak anak gak nenen, udah bisa tidur cukup. Alhamdulillah:)

    Reply

Leave a Comment