Lima tahun yang lalu, menjelang tahun politik 2014, aku sempat agak lama log-out dari facebook. Bukan apa-apa, aku cuma merasa facebook nggak asyik aja karena kampanye pendukung dua capres yang benar-benar bikin nggak waras. Bahkan, nggak sedikit teman yang terang-terangan mulai mengambil jarak hanya karena aku bersikap netral. Mungkin mereka pikir aku ini nggak jelas, nggak punya sikap, hehehe.
Parahnya lagi, aku sering melihat mereka —- teman-temanku—-saling mencaci dengan teman yang lain— yang dengan jelas menunjukkan keberpihakan politiknya. Ini teman, loh. Teman lama. Teman beneran. Pernah susah senang barengan, tapi jadi musuh gara-gara pesta demokrasi lima tahunan. Ya Allah, aku nggak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka. Apa untungnya coba?
Pernah juga sebuah komunitas di facebook yang kuikuti terang-terangan jadi ajang caci maki. Lagi-lagi karena beberapa founder-nya berbeda pandangan politik. Pelan-pelan bubarlah komunitas itu. Anggotanya pun keluar satu per satu dari grup, kemudian terlihat saling sindir dalam status mereka. Hm… kayak gini, nih, salah satu imbas kalau nggak tahu cara asyik menggunakan media sosial.
Manfaat Media Sosial Bagi
Jujur, ya, sebenarnya aku tuh merasakan banyak sekali manfaat dari bermain media sosial—khususnya facebook pada saat itu. Selain mempertemukan dengan banyak teman lama yang tak lagi berkesempatan untuk saling tegur sapa dalam dunia nyata, dari facebook juga aku belajar keterampilan baru, misalnya menjahit.
Oh ya, aku juga sempat berpenghasilan melalui facebook,loh. Sekitar tahun 2012 aku bergabung dengan salah satu MLM kosmetik yang saat itu gencar banget di FB. Tak disangka, selain mengumpulkan teman lama, dari MLM ini aku banyak bertemu teman baru. Dan tentu saja aku mendapatkan banyak manfaat dari sharing ilmu di sana.
Facebook juga sempat menjadi ajang promosi paling mudah bagiku. Kalau teman-teman mengenal istilah “Dari status berujung closing”, sebenarnya aku pun telah merasakanannya sejak enam tahun yang lalu. Jadi kalau kubilang sih, facebook—media sosial itu sebenarnya asyik, meskipun banyak toxic. Makanya aku pun kembali bermain sosial media setelah sempat hiatus untuk beberapa waktu.
Baca juga: Alasan menulis di Blog
Cara Asyik Menggunakan Media Sosial
Nah, kalau ngomongin media sosial di tahun 2018 ini, yang nota bene menjelang tahun politik lagi. Sepertinya akun nggak bakalan log-out lagi kayak dulu. Why? Karena hampir sebagian besar pekerjaanku berasal dari media sosial, contohnya Blogger Perempuan Network yang selalu update peluang pekerjaan di FB group.
Begitu pun dengan pembaca blog-ku yang sebagian besar nge-klik dari link artikel yang kubagikan di media sosial. Ya, maklumlah, statusku memang masih penebar link, bukan penebar job, hehe. Jadi memang aku sering bagi-bagiin link di FB, twitter atau instagram. Dan alhamdulillah, aku banyak mendapat pembaca dari sana.
Untuk itu aku tetap berpendapat bahwa media sosial ini asyik. Bahkan semakin asyik dengan beragam manfaat baru yang kurasakan. Tapi harus kuakui, aku perlu menemukan cara asyik menggunakan media sosial. Juga cara untuk menangkis segala toxic yang setiap hari bertebaran. Sehingga aku tetap waras dan hanya mengambil manfaat positif dari bermain media sosial.
Mau tahu bagaimana cara asyik menggunakan media sosial ala aku? Yuk, ah, aku mau bagi 5 poin yang paling penting buatku.
1.Tetapkan tujuan menggunakan media sosial
Kalau aku, tujuan utama menggunakan media sosial itu untuk networking. Mencari teman baru sebanyak-banyaknya, juga mengumpulkan teman lama. Selain itu, harus kuakui aku banyak meng-upgrade keterampilan menulis ini dari sosial media. Entah dari membaca tulisan teman-teman sesama blogger dan penulis. Atau karena mengikuti training online yang biasanya diadakan di facebook.
Selain itu aku butuh media sosial sebagai ajang promosi. Seperti yang kubilang tadi, sebagian besar pekerjaanku berasal dari media ini, entah itu FB atau IG. Jadi aku butuh banget memajang portofolioku di sana, sekaligus berusaha menjaring klien baru. (((Menjaring))) bukan memancing, hehehe.
2. Batasi penggunaan media sosial
Bukan setiap waktu, tapi tetapkan waktu-waktu khusus saja. Misal 3 kali sehari masing-masing setengah jam, duh udah kayak minum obat aja ya, hehehe. Intinya sesuaikan saja dengan aktivitas kita, karena mengakses media sosial secara terus-menerus kerap kali membuat kurang fokus dengan apa yang sebenarnya ingin kita lakukan di sana. Capek juga kan stalking sana-sini sampai berjam-jam? Sudah nggak produktif, bisa-bisa malah kena toxic akibat berita hoax atau statement yang nggak selalu sesuai untuk kondisi setiap orang.
Bacaan yang lain : Mengapa Menulis Blog “Gado-gado”?
3. Jangan terlalu serius di media sosial
Memang nggak semuanya bahan becandaan, tapi menurutku nggak perlu terlalu serius menanggapi segala hal yang ada di media sosial. Entah itu status atau foto dan caption-nya. Nggak usah munafik, media sosial memang ajang “pamer” dan pencitraan, terserah bagi si pemilik akun. Jadi kita juga nggak perlu baper. Selama caranya baik dan tujuannya positif, biarkan siapapun pamer dan mencitrakan dirinya. Apa salahnya? Toh, kita juga nggak dirugikan? Menurutku, dari 5 cara asyik menggunakan media sosial, cara inilah yang paling penting untuk menangkal toxic yang terus bertebaran.
Nah, beda lagi kalau urusan pekerjaan atau training online. Apapun media sosialnya, untuk 2 urusan ini kita harus serius dan nggak asal-asalan.
4. Jadi diri sendiri
Semua hal yang kita lihat di media sosial memang nggak selalu nyata. Tapi, sebisa mungkin kita jujur saja pada diri sendiri. Nggak perlu berlebihan dalam mencitrakan diri. Nggak perlu juga terlalu jujur juga sama netizen. Yang jelas, just be yourself dan temukan kenyamanan dengan media sosial yang kita gunakan.
5. Pastikan mendapat keuntungan dari media sosial
Itung-itungan banget, ya? Ya iyalah, soalnya mainan medsos itu kan butuh waktu, butuh kuota, jadi ya harus ada manfaatnya. Entah itu pertemanan yang positif, atau belajar keterampilan baru yang banyak di-share di media sosial. Nah, kalau bisa sih, bisa dapat job atau banjir closing, amiin.
Apapun bentuk keuntungannya, pastikan media sosial memberi manfaat untuk kita. Jangan malah tekor plus rugi perasaan.
So simple, kan? Yuk, lah. Nggak perlu terlalu anti dengan media sosial, karena kenyataannya memang banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Yang penting harus tahu cara asyik menggunakan media sosial, sehingga bisa menangkal toxic yang bikin nggak waras.
Aku udah semua kecuali point terakhir. Hahaha. Untuk closing masih belum bisa soalnya.
Kalau saya pakai medsos lebih banyak untuk promosi konten blog. Kadang juga suka nulis opini di Facebook Notes. Bikin quotes di Instagram, or kalo lagi males ngedit gambar…ngequote-nya di Twitter
Berhubung fungsi medsos buat saya ya gitu-gitu aja, saya milih main medsos pake browser (chrome). Nggak instal aplikasi yang berujung penuh notifikasi yang memancing keingintahuan untuk buka. Hehehehe… .
Oya tanya dong, ada yang menarik waktu mbak damar nulis menjaring dengan (((MENJARING))).
Saya pernah lihat model tulisan seperti ini di salah satu blog. Itu maksudnya apa sih? Mohon pencerahan dong