Catatan Ingatan #1: Hari-Hari pada Masa Pandemi, Cukup Sekali dan Jangan Terulang Lagi!

Belum sembuh betul pedih akibat banjir yang berulang kali menimpa Ibukota. Pada bulan ketiga di tahun 2020 ini kami kembali dibuat kalut dengan berita pasien positif corona pertama dan kedua, yang keduanya berasal dari Jakarta.

Hari itu kami langsung meresponnya dengan was-was. Bakal secepat apa corona ini menyebar dari satu orang kepada yang lainnya? Mengingat penyebaran virus ini benar-benar sangat mudah dan tidak terlihat tanda-tandanya.

Sebelum pasien positif Jakarta diumumkan, sebenarnya kami sudah mulai siaga dengan meningkatkan asupan vitamin dan edukasi kebersihan pada anak-anak. Beberapa kali baik Najwa maupun Najib pun terpaksa tidak masuk sekolah karena batuk, pilek hingga demam. Kami ingin anak-anak lebih banyak di dalam rumah dan tak ingin anak lain tertular.

Hal serupa kembali kami lakukan ketika teman-temannya mengalami sakit serupa secara bergantian. Kami sempat parno karena gejala flu dan demam di sekolah keduanya menyerang hampir setiap siswa hingga keluarganya secara bergantian. Bahkan satu per satu guru-guru pun nampak tidak hadir karena penyakit serupa.

Kehidupan masih lumayan normal meskipun kehati-hatian meningkat hampir 100% ketika pasien nomor 3 dan seterusnya diumumkan. Sempat terpikir untuk mengambil cuti saja jika sekolah anak-anak tidak diliburkan. Namun segera saja niat tersebut kami urungkan ketika kebijakan school from home diumumkan pemerintah. It will be a new challenge for us, for every parents and teachers.. Karena saya paham betul school from home are different with home schooling. Kami akan belajar hal baru, yang tentu saja tidak mudah. Namun memberikan memori dan pengalaman baru untuk anak-anak.

Baca juga: Banjir Jakarta di Awal tahun 2020

Tantangan Baru yang Bernama School From Home

Bangun tidur, bereskan kamar, olahraga sebentar, mandi kemudian sarapan. Duduk manis di meja belajar kemudian tunggu Bu Guru kirimkan tugas belajar.

Itu semua merupakan skenario kegiatan yang sudah terencana dengan matang di kepalaku. Sebagai ibu, aku sempat berpikir momen belajar di rumah merupakan momen untuk membiasakan anak-anak dengan rutinitas baru.

Namun kenyataannya…

Bangun tidur, males-malesan, nonton TV sebentar, ngemil, males-malesan lagi, sarapan, tugas dari guru datang, mengerjakan tugas dengan tampang masih awut-awutan. OMG!! Hari pertama fix, skenario BukNaj gagal ditambah pusing pala plinces.

Selanjutnya semua dibuat santai. Meskipun menginginkan skenario belajar di rumah yang disiplin dan efektif, namun aku sadar betul libur kali ini tidak biasa. Kami semua dalam kondisi tertekan karena perasaan khawatir dan terisolasi. Maka aku pun tak lagi membuat skenario macam-macam. Pokoknya anak-anak betah di dalam rumah, nggak rewel dan tetap sehat.

Maka hari-hari tanpa skenario pun mulai kami terapkan. Terus berlanjut hingga menjelang school from home pada hari ke-14 yang kemudian disusul perpanjangan waktu hingga 7 hari berikutnya.

Baca juga: Tip Manajemen Waktu Ibu Rumah Tangga

Nanti Kita Jalan-jalan Lagi Setelah Corona Pergi

Sempat berpikir, Apakah anak-anak bakal betah dikurung lagi sampai waktu yang tidak ditentukan?

Kemungkinan ini pasti terjadi karena jumlah pasien positif terus meningkat dan Jakarta merupakan epidermisnya. Kami pun sempat mengalami efek psikosomatik setelah memantau perkembangan jumlah pasien dan daerah penyebaran yang semakin dekat dengan kami. Hingga akhirnya kami putuskan tidak mengikuti berita lagi. Mencoba bersikap biasa namun tetap menerapkan protokol pencegahan corona dan karantina mandiri.

Sampai menjelang saru bulan kami mulai berada pada situasi berdamai dengan karantina mandiri. Sadar sepenuhnya kenapa kami harus melakukan semua ini. Mencoba berkegiatan seperti biasa dan melakukan hal-hal produktif yang bisa kami lakukan dari dalam rumah saja.

Anak-anak pun nampaknya sudah terbiasa tidak keluar rumah dan kreatif mencari kegiatan agar tidak bosan. Hal yang paling kami syukuri adalah melihat mereka tetap gembira, tidak rewel dan sehat.

Oh ya, pada minggu kedua school from home Najwa sempat demam beberapa kali. Kami pun was-was karena tubuhnya menunjukkan gejala DBD. Namun syukur alhamdulillah demamnya terus menurun dan kondisinya stabil kembali.

Pada masa pandemi seperti imi, untuk memeriksakan diri ke dokter pun rasanya horor. Apalagi gejalanya demam, dokter pun terlihat was-was saat memeriksa. Pokoknya memang sebisa mungkin sehat dan bahagia. Dua hal itu harus menjadi prioritas selama masa karantina mandiri.

Baca juga: Cara Membangkitkan Minat Baca pada Anak Jika Ortu Tidak Suka Membaca

Temukan Alasan Sekecil Apapun untuk Bersyukur

Hari ini genap satu bulan sejak pasien positif corona pertama dan kedua diumumkan. Masa-masa pandemi ini memang tidak mudah bagi siapa saja. Yang tidak bisa keluar rumah, tentu merasa bosan. Yang masih harus keluar rumah, tentunya juga was-was dan harus melakukan protokol kesehatan yang lumayan melelahkan.

Yang punya simpanan materi dan fasilitas, mungkin masih mengeluh karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah. Apalagi yang memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Ya materi, ya fasilitas.Tentunya sabarnya harus berlipat ganda agar tetap waras.

Dalam kondisi ini pun kami tak bosan mengingatkan pada anak-anak untuk selalu bersyukur. Setidaknya kami masih punya  jaringan internet dan TV kabel sehingga tak sampai sepi hiburan. Anak-anak masih bisa berlarian di dalam rumah karena perabot yang tak banyak. Kami tak sampai kekurangan bahan pangan, meskipun jenisnya tak seberapa.

Selalu ada hal kecil yang bisa disyukuri. Salah satunya memiliki sikap optimis. Jujur, awalnya kami sempat pesimis menghadapi pandemik ini. Perasaan khawatir terus  menghantui apalagi suami masih harus bolak-balik keluar kota karena tugas.

Namun hari ini kami sampai pada kondisi yang lebih santai. Kami menganggap protokol kesehatan dan karantina mandiri sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Kami berdamai dengan situasi. Kami menerima dan secara sadar melakukan pencegahan.Perasaan seperti ini tanpa disadari justru memunculkan sikap optimis. Pandemi akan segera pergi, cukup datang sekali dan jangan kembali lagi!

 

 

29 thoughts on “Catatan Ingatan #1: Hari-Hari pada Masa Pandemi, Cukup Sekali dan Jangan Terulang Lagi!”

  1. Suasana di masa pandemik ini memang sangat tidak menyenangkan. Namun, mau bagaimana lagi karena kondisinya memang sudah seperti itu. Tapi, saya setuju dengan poin untuk selalu mencari celah bersyukur. Ya, meski serba sulit tapi tetap banyak hal yang masih bisa disyukuri. Salah satunya adalah dengan diam di rumah aja, kita bisa semakin dekat dengan keluarga dan semakin kreatif menciptakan hal-hal baru yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan.

    Reply
  2. Memang berat ya rasanya, aku mulai oleng, tapi tetap harus banyak doa dan bersyukur, semoga sehat selalu say

    Reply
  3. Anak-anak di rumah syukurlah betah. Pagi jam 7 sampai siang jam 2 tetap pelajaran biasa seperti di sekolah cuma via online. Jadi gak sempet bosan, sudah sibuk dengan tugas-tugas sekolah yang harus dikumpulkan sesuai jam mapel hari itu. Cuma tambahannya sekarang, mereka butuh camilan lebih karena suka laper kalo belajar di rumah haha.

    Reply
  4. Alhamdulillah walaupun bosan tapi anak-anak mengerti kenapa harus di rumah tinggal cari aktivitas aja untuk mengisi waktu ya. Semoga Pandemi ini segera berakhir ya

    Reply
  5. Ponakanku tetap di rumah aja karena anaknya jarang dolan keluar. Yang bikin ribet emang belajarnya. Maunya disiplin jatuhnya malas-malasan. Apalagi gak tahu nomor gurunya pula. Praktis belajar mandiri dan suka-suka banget. Yang penting bahagia deh karena kelihatannya di rumah aja masih berlanjut

    Reply
  6. Kebayang ama aku jadinya Mba Damar betapa ribetnya ya nanganin anak-anak yang tiba-tiba ga sekolah tetapi harus tetap mengerjakan tugas dari sekolah. Harapan dan realita itu jadi beban ya. Pasti jadi sering masak juga ya soalnya jadi sering laper dan banyak orang di rumah hihihi. Soalnya aku baru anak 1 aja gitu apalagi klo anaknya lebih dari satu dan udah pada gede. Semoga pandemi ini segera berakhir ya mba. Aminn

    Reply
  7. Di awal-awal, justru aku yg stres buangeett Mba 🙂
    Ngga kebayang, diriku yg hobi ngelayap ini, bakal dikurung di rumah dalam waktu yg ga jelas kapan berakhirnya
    Trus, ya aku berupaya untuk banyak baca Al-Qur’an, dengerin kajian ustadz Adi Hidayat, gitu gitu deh.
    Termasuk binge watching drakor :)))
    Alhamdulillah, now I’m getting better

    Reply
  8. Tahun 2020 ini memang diawali dengan banyak cobaan. Awalnya saya merasa marah. Tetapi, lama-kelamaan mulai bisa menerima. Marah hanya bikin saya capek hati

    Reply
  9. Jangankan anak-anak Mbak. Saya setua ini membayangkan kalau di rumah saja terus disuruh juga belajar, tertekannya kayak apa kali. Yah setuju, kita tak tahu kapan ini akan berakhir. Kalau gak dibawa santai aja, bakalan stress 🙂

    Reply
  10. Di pandemi gini yang buatku menjadi tatangan adalah school from home, walau memang biasanya juga belajar bersama. Tapi keadaan kali berbeda, walau memang ibu adalah madrasah untuk anak-anaknya. Kali ini memang ujian kesabaran yang paling utama ya.

    Reply
  11. Masa-masa pandemi ini memang tak mudah ya mak. Tapi kita harus terus belajar menyesuaikan diri dgn kondisi yg tdk nyaman ini. Smg semua pembatasan ini segera berlalu.

    Reply
  12. sekali lagi dari suatu ujian pastilah Allah berikan hikmah, dan selalu membaikkan kehidupan. salah satunya hikmah bersyukur, bersabar, dan bertawakkal pada ketetapan allah

    Reply
  13. Alhamdulillah anak-anak si betah ada di rumah, yang ga betah itu isi rekening dan isi dompet. Ya Allah, cepet bener habisnya. Terutama di bahan makana, karena menghindari jajajn diluar, kita beli stock bahan mentah untuk mengolah makanan.

    Reply
  14. Kalau saya, skenarionya bangun tidur terus olahraga setidaknya seminggu tiga lari jogging dan sekali sepedaan setidaknya minimal 10 kilometer. Apa daya bangun tidur tetap malas-malasan cuma bisa lari doang 3 km itupun seminggu sekali saja. Haha. Kalau anak saya Alhamdulillah pelajarannya sudah beres semua Jadi nggak ada materi lagi. Emaknya tinggal santai tapi efeknya jadi malas nggak produktif.

    Reply
  15. Aku sama anak – anak dan suami ngobrol mba.. bahwa Corona ini mungkin cara Sang Kuasa ‘menegur’ kita yang selama ini terlalu sibuk mengejar dunia dan individualistik.. makanya bersyukur bisa bareng keluarga all the time

    Reply
  16. Aamiin… semoga corona lekas pergi, pergi sebelum ramadhan. Corona ini pastilah datang dari Allah, dan semoga kita semua menemukan hikmah dibaliknya.

    Reply
  17. Aku pengen nangis..aku sedih aku bosan mbak karena ada Corona ini ya Allah ya Robi….semoga cepet berlalu ya

    Reply
  18. Pasti semua Ada hikmahnya ya mba Dan bener karantina mandiri sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Yg harus Kita Jalani, berdamai dengan situasi jgn stress

    Reply
  19. Alhamdulillah jd anak2 gak terlalu rewel minat keluar2 gtu ya mbak…
    Anak2ku jg pada dasarnya lbh sering di dalam “kandang” krn emaknya agak ansos #uhuks. Jd walau di rumah terus gak terlalu rewel juga. Tapi ya gtu stok makanan dan aktivitas jg kudu mayan banyak. Soalnya tiap wiken kebiasaan keluar rumah ini gak blas hiks.
    Wah jd pengen bikin catatan jg kek gini, supaya kelak dibaca ma anak cucu 😀

    Reply
  20. Pandemi ini buatku seperti berjalan menuju sebuah tempat yang belum ketahuan di mana ujungnya. Entah sampai kapan kondisi ini tapi berusaha tetap realistis dan membahagiakan diri, suami dan anak meski hanya di rumah saja. Cari-cari hiburan melalui tontonan dan aktivitas bersama si kecil. Yang paling penting sih memang bersyukur ya, Mbak. Betapa masih diberikan kesehatan hingga hari ini adalah anugerah yang dulunya mungkin nggak disadari.

    Stay strong ya, Mbak Damar dan kita semua.

    Reply
  21. Semoga segera berlalu ya, aku juga sedih kalau lama-lama soalnya emang kepikiran terus mengenai kesehatan suami yang maish bolak-balik ke kantor dan masjid (jadi ketua masjid) jadinya keluar masih sering.

    Reply
  22. Iya entah sakit apa kalau sudah berurusan ke klinik atau ke rumah sakit kok jadi khawatir Meski Bukan karena korona atau apa saja Tapi tetap saja cemas jika harus berurusan dengan layanan kesehatan Semoga semua ini segera berlalu ya mbak

    Reply
  23. moga ini segera berlalu, lelah juga , aku kurangi bacaan mengenai covid karena malah mrmbuat aku cemas, panik

    Reply
  24. semakin dipikirkan semakin membuat cemas, jadi aku hanya menjalani saja hari2 yang ada, moga ini semua segera berlalu

    Reply

Leave a Comment