Umumnya, kebanyakan muda-mudi akan berpikir untuk bekerja di kota besar selepas mendapatkan gelar di bangku kuliah. Iming-iming jabatan, gaji, dan gaya hidup perkotaan seringkali susah untuk ditolak. Terlebih, jika seumur hidup dibesarkan di kota kecil di kepulauan yang jauh dari hiruk pikuk kota, godaan untuk mencoba tantangan baru terasa menggiurkan.
Namun berbeda halnya dengan David Hidayat. Pemuda lulusan Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta ini justru memilih pulang ke kampung halamannya Nagari Sungai Pinang. Pria kelahiran 28 Agustus 1987 ini sempat memupuskan harapan kedua orang tuanya untuk bekerja di kantor besar di perkotaan. Namun, pada akhirnya apa yang dilakukan David Hidayat jauh lebih mulia dan berdampak besar bagi tanah kelahirannya tersebut.
Lahirnya ANDESPIN Merupakan Buah Keprihatinan Terhadap Alam
Seperti halnya kekayaan alam yang melimpah di laut dan perairan Indonesia lainnya, begitu pun halnya dengan kampung halaman David Hidayat yang berada di Nagari Sungai Pinang, sebuah desa di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Sayangnya, keterbatasan pengetahuan warga menyebabkan potensi alam ini kurang terawat dan belum dimanfaatkan maksimal. Bahkan, pada tahun 2014 yang lalu, Nagari Sungai Pinang mengalami abrasi yang berdampak pada pemukiman warga.
Melihat hal tersebut, muncul rasa prihatin pada diri David. Meskipun ia masih memikirkan tentang apa dan bagaimana cara membantu masyarakat sekitar, namun setidaknya ia berharap dampak abrasi ini bisa berkurang. Berbekal ilmu pengetahuan yang dimilikinya, ia pun menggagas pembentukan kelompok pemuda yang peduli dan mau bergerak untuk melestarikan laut dan lingkungan sekitar. Begitulah awal mulanya hingga ANDESPIN (Anak Desa Sungai Pinang) Deep West Sumatera terbentuk.
Pada awalnya, David memang belum aktif berkegiatan bersama ANDESPIN Deep West Sumatera karena masih menyelesaikan skripsi di Padang. Namun segera setelah mengantongi ijazah, ia pun pulang dan mengabdikan diri dengan aktivitas dan program yang telah ia gagas untuk Nagari Sungai Pinang. Dengan modal tekad yang besar dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama berada di bangku kuliah, David dan ANDESPIN Deep West Sumatera mulai menjalankan program penanaman mangrove dan terumbu karang, penangkaran penyu, hingga budidaya rumput laut.
Berkarya dan Bersinergi dengan Masyarakat
Untuk mewujudkan program-program yang telah dirancang, tentunya David dan ANDESPIN Deep West Sumatera tak dapat bekerja sendiri. Keterlibatan warga dalam upaya penyelamatan warisan alam khususnya potensi laut di Pesisir Selatan. David menyadari, rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai cara melindungi alam. Tidak sedikit diantara warga yang masih menggunakan alat tangkap ikan yang berpotensi merusak terumbu karang
David mengajak masyarakat sekitar agar bersinergi bersama ANDESPIN untuk bergerak melindungi potensi laut di Pesisir Selatan yang begitu kaya. David sadar, masyarakat belum tahu banyak mengenai cara melindungi warisan alam ini. Banyak di antara mereka yang masih menggunakan alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan sehingga merusak potensi laut, seperti terumbu karang. Tidak sedikit pula yang masih memanfaatkan kayu mangrove secara sembarangan, seperti untuk membangun rumah dan perahu.
Dalam bersinergi dengan masyarakat, David berusaha untuk tidak mencari-cari kesalahan warga, namun fokus pada edukasi dan perbaikan. ANDESPIN aktif melakukan edukasi tentang pelestarian mangrove yang ekosistem laut lainnya. Khususnya terumbu karang yang keberadaannya sangat penting untuk masyarakat pesisir.
David menyadari tidak mudah untuk didengar warga. terlebih, saat itu David belum memiliki kekuatan untuk didengar. Namun, David bersama ANDESPIN tak kenal lelah dalam mengedukasi masyarakat dari berbagai lapisan, mulai dari nelayan, petani, hingga para pelajar.
Tak Gentar Meskipun Tantangan Datang Silih Berganti
Meskipun apa yang sedang diupayakan David adalah hal mulia, namun tidak demikian halnya pendapat dari keluarga. Seperti keluarga pada umumnya, keluarga David menghendaki putra mereka yang terpelajar untuk meniti karier di kota dibanding kembali ke kampungnya. David mengaku, keluarga sangat tidak setuju dengan keputusannya.
Belum lagi stigma dari masyarakat mengingat di awal menjalankan program bersama ANDESPIN, David bukanlah siapa-siapa. Ia bukanlah seseorang yang memiliki kekuatan besar sehingga didengar masyarakat. Namun, tekad David terlalu kuat untuk digoyahkan. Ia pun semakin tertantang untuk menjalankan program-program yang telah digagas dan disusunnya bersama tim ANDESPIN.
Berkarya dan Berdampak Bagi Masyarakat
Sempat ditentang bahkan disepelekan, namun berkat keteguhan dan aksi nyata yang dilakukan, David Hidayat berhasil membuktikan bahwa program-programnya memberikan berdampak positif bagi warga. Kondisi laut yang terus dijaga membuat habitat di dalamnya turut terjaga dan lebih menghasilkan. Hasil tangkapan ikan lebih menjanjikan sehingga masyarakat nelayan lebih berdaya karena mendapatkan tangkapan ikan yang lebih banyak.
Tak hanya bersinergi dengan warga, ANDESPIN juga mulai membuka diri untuk kolaborasi dengan CSR perusahaan. Dalam pelaksanaannya, ANDESPIN akan menawarkan program pada masyarakat kira-kira siapa yang mau terlibat. Dari situ, mereka yang terlibat akan mendapatkan ilmu, pengalaman nyata, dan penghasilan.
Dana yang didapatkan dari kolaborasi dengan CSR tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk bibit mangrove yang dijual warga. Juga untuk membayar upah bagi warga yang bekerja mengisi polybag dengan tanah hingga menanamnya di area tepi pantai. Terakhir kali, ANDESPIN sedang melakukan pembibitan mangrove sebanyak 40.000 bibit.
Pada awalnya mereka melibatkan 20-30 ibu-ibu yang aktif mengisi polybag dengan tanah. Sedangkan bapak-bapak bertugas mencari bibit mangrove. Seiring berjalannya waktu, bibit-bibit mangrove tersebut kini telah bertumbuh dan menjadi area penelitian, pembelajaran, serta inovasi.
Sejak tahun 2017, setelah akses jalan menuju Nagari Sungai Pinang dibangun, pesona hutan mangrove ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi Pesisir Selatan. Para mahasiswa dan dosen berdatangan untuk melakukan penelitian. Meskipun masih perlahan, namun kunjungan wisatawan telah membuka keran perekonomian baru bagi masyarakat sekitar.
Menjaga Keberlanjutan Wilayah Laut
Selain fokus pada pelestarian mangrove, ANDESPIN juga aktif melestarikan terumbu karang yang mengalami kerusakan. Selain melakukan investigasi untuk melacak lokasi terumbu karang yang rusak, jika memungkinkan mereka juga melakukan penanaman terumbu karang baru di lokasi tersebut. Mereka juga melakukan pemantauan dan membersihkan sedimen yang merusak terumbu karang yang telah ditanam. Pada tahun 2019, ANDESPIN juga mendapatkan izin dari Kementerian Kelautan untuk memulihkan lokasi terumbu karang seluas 5.3 hektar yang rusak.
Seiring berjalannya program-program yang digagas ANDESPIN, dan dampak nyata yang telah dirasakan kelompok nelayan serta masyarakat pesisir, kini banyak yang mengajukan diri untuk ikut berkegiatan. Namun, David mengakui tidak mudah untuk mengelola sumber daya manusia. Oleh karena itu, ia berharap bisa mendapatkan pendampingan terpadu dengan tujuan tiap individu dapat berkontribusi dan mendapatkan keahlian yang lebih berkembang di bidang masing-masing. David berharap, kolaborasi dengan kelompok-kelompok lain dapat berdampak lebih luas lagi.
Menyalakan Lilin Harapan
Dalam salah satu wawancara, David Hidayat mengatakan bahwa, “Menyalakan lilin itu lebih baik daripada mengutuk kegelapan”. Prinsip tersebutlah yang dipegang teguh olehnya dalam memajukan kampung halamannya di Nagari Sungai Pinang. Harapan itu memang selalu ada asalkan ada yang menyalakan lilinnya.
Kini, hampir sepuluh tahun sejak ANDESPIN dibentuk, sepanjang itu pula mereka berkiprah untuk mengajak, mengedukasi, dan bersinergi dengan warga untuk mengembangkan potensi daerahnya. Salah satu bukti nyata adalah pengembangan usaha kopi dan yang dikembangkan pada tahun 2020 setelah mendapatkan bantuan mesin kopi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Di samping itu, masyarakat juga sedang mengembangkan batik mangrove yang dibuat dengan pewarna alami mangrove, yaitu memanfaatkan limbah dari hutan mangrove. Untuk corak yang dipilih tentunya juga tidak jauh dari biota laut, seperti motif ikan, penyu, juga terumbu karang.
Dalam mengembangkan usaha batik tersebut, ANDESPIN tidak ragu-ragu mendatangkan pelatih untuk mengajarkan proses pembuatan batik pada masyarakat. Meskipun dari segi kualitas masih belum maksimal, namun upaya ini patut mendapatkan apresiasi karena berhasil menarik antusiasme warga.
Ibarat lilin, David Hidayat adalah generasi muda yang mampu menyalakan harapan di kampung halamannya. Bersama ANDESPIN, ia berhasil merawat warisan alam Pesisir Selatan yang selama ini belum dikelola dengan baik.
Atas gagasan dan kegigihannya dalam berkarya serta berkolaborasi dengan masyarakat, ia pun diganjar sebagai peraih Apresiasi Bidang Lingkungan dari Astra SATU Indonesia Awards 2022. Ia juga menjadi inspirator bagi generasi muda untuk menjaga keberlanjutan alam dan manusia. Dan yang tak kalah penting, David Hidayat telah menyalakan harapan bahwa berkarya dan berprestasi dapat dilakukan di mana saja, di setiap penjuru Indonesia.
Referensi:
- https://infopublik.id/kategori/nusantara/502404/pembuatan-batik-dan-kopi-dari-mangrove-bisa-meningkatkan-ekonomi-masyarakat?video=
- https://www.idntimes.com/life/inspiration/atul-hamdalah/andespin-garda-terdepan-konservasi-laut-pesisir-selatan-c1c2
- https://langgam.id/uniknya-motif-batik-mangrove-buatan-warga-sungai-pinang-pessel/
- https://www.radioidola.com/2022/mengenal-david-hidayat-pegiat-lingkungan-dari-sumatera-barat-dan-peraih-satu-indonesia-award-2022/