Emang ada ya mantan extrovert? Ada dong, contohnya ya aku ini, yang dulunya extrovert abis, tapi sekarang jadi agak anteng. Tapi tergantung situasi dan kondisinya sih, intinya sekarang jadi lebih mudah saja shifting dari dua kepribadian ini — extrovert dan introvert.
Kalau dulu emang aku sukanya yang ramai-ramai. Pokoknya kalau nggak ramai hidupku serasa hampa tak berguna, halah. Tapi, kalau sekarang ada kalanya aku butuh suasana sepi, ya minimal dalam sehari harus ada waktu-waktu tertentu untuk sendiri. Rasanya lebih tenang aja, lebih santai dan fokus merencanakan segala sesuatunya.
Tapi, bukan berarti aku tertutup dan lebih suka menyendiri lho! Enggak banget kalau yang itu. Intinya sih, aku merasa butuh keseimbangan saja. Dan 5 hal di bawah ini adalah fakta yang membuatku semakin nyaman dengan dominasi kepribadian yang sekarang.
Fakta Seorang Ambivert
1. Suka ngobrol tapi nggak masalah kalau harus jadi pendengar
Pada dasarnya aku sangat suka ngobrol, bahkan antusias untuk memulai terlebih dahulu suatu obrolan. Tapi, ada kalanya aku memilih diam dan lebih banyak mendengarkan. Bukan, sekali lagi bukan karena tertutup atau berubah menjadi pendiam, tapi lebih karena menyesuaikan dengan lawan bicara. Kalau kebetulan ketemu si extrovert, aku memang memilih menjadi pendengar. Sedangkan dengan seorang introvert, aku akan berusaha mengajaknya berbicara.
2. Suka acara kumpul-kumpul, tapi nggak masalah kalau harus duduk sendiri di pojokan
Sebagai mantan extrovert, tentu saja aku suka acara kumpul-kumpul, entah gathering atau acara komunitas yang lain. Tapi, bukan berarti aku harus punya geng rumpi yang bikin suasana kumpul lebih asyik. Sering kali aku merasa nggak masalah jika harus datang dan duduk sendiri di pojokan. Menyapa dan ngobrol seperlunya tanpa perlu khawatir nggak punya teman.
3. Bukan penyendiri, tapi butuh momen-momen sendiri
Aku memang nggak suka terlalu lama sendiri. Ibaratnya, aku bisa “mati” kalau nggak ada teman ngobrol dalam sehari. Tapi, ada kalanya aku butuh sendiri hanya sekedar untuk menikmati hidup dan kesenanganku sendiri.
4. Kruntelan di kasur itu asyik, tapi jalan-jalan juga nggak kalah menarik
Ada sebagian orang yang memilih untuk bersantai-santai saat weekend. Entah bangun lebih siang atau seharian nonton TV. Kalau aku enggak, bagiku weekend itu saatnya bangun pagi kemudian melakukan segala hal yang nggak bisa dilakukan pada hari-hari biasa. Misalnya lari pagi atau jalan-jalan ke pasar.
Tapi, kadang-kadang aku juga malas keluar rumah. Meskipun kalau mood-nya udah dapat untuk keluar, aku bakalan full semangat dan siap diajak jalan seharian.
5. Nggak masalah dengan basa-basi ringan, tapi lebih antusias jika diajak ngobrol yang mendalam
Obrolan tentang gosip artis atau lagu yang lagi hits bisa saja kuladeni. Tapi, jika diajak ngobrol suatu tema yang spesifik, misal parenting, blogging atau crafting, aku bakalan betah ngomong sampai mulut berbusa-busa, hahaha.
So, that’s all about me, ya. Baru lima, sih, kalau ditulis semua bisa berlembar-lembar dan teman-teman nggak bakalan kuat, jadi mendingan kita ketemuan saja, biar saling kenal satu sama lainnya. Ya nggak?
Sama kayak aku, ambivert. Seneng bareng orang tapi seneng juga sendirian.
Okay fix. Sekarang aku ambivert. Hahaha. Aku tu introvert bangeet. Tapi skrg udah gak masalah go public kok. Cuma dalam sehari kalau kebanyakan ngobrol, harus tetep ada waktu utk sendiri. Trus lebih seneng ngobrol bahas yg daleem daripada yg ringan2
Hmm…ambivert itu tengah² yah. Saya kayaknya introvert. Habis orang² bilangnya saya pendiam. Hehe…Tapi ada temen yg bilang, engga diem juga. Mungkin tergantung situasi kali yah…
Aku justru kebalikannya dulu introvert sekarang ambivert, kalau datang ke undangan harus yakin ada teman yg datang juga. Sekarang lebih santai, gak ada pun kalau memang aku butuh ilmunya cus aja.
Dulu pendiam banget, gak suka sesuatu ya dipendam. Sekarang lebih terbuka, suka bilang suka, nggak ya nggak. Ya lebih berani berpendapat lah gt.
Btw poin 1 aku banget, hihii… Sepertinya sedikit banyak dunia menulis itu … healing my soul. Bertemu orang2 yang positif membuat kita terbawa positif. Glad to have you guys, bloher2 keceeh…
Kalau gitu saya ambivert juga sepertinya
Oh, kalau seperti itu namanya ambivert, toh? Baru tahuuu … Berarti aku juga, dong. Terus ngomong-ngomong, kita kapan ketemuan, Mbak Damar? Hahaha …
Merasa banyak yang sama ya? Saya juga senang curhat, tapi kalo harus denger orang lain curhat ya juga seneng aja.
Aku tuh 1/2 ekstro 1/2 intro juga alias ambivert gitu. Selalu butuh moment sendirian juga buat charge energi, tapi ga betah kalo ga gaul..hahaha.. cuma satu yg masih bikin ga nyaman tuh berada dlm pasar.
Aku suka deh gayanya mba Damar. Asyik dan genuine .
Aku juga ambivert sekarang, seneng rame tapi juga seneng sendiri. Tos mbak
Wah, saya juga ngerasa sebagai ambivert, nih. Bedanya, dulu pas masih jadi anak sekolah, saya cenderung introvert. Setelah berkelana, jadi lebih suka rame2, jalan2, berkegiatan bareng, dll.
Tapi emang gak sepenuhnya jadi pribadi yg rame, sih. Rasanya gak mungkin juga bagi saya langsung berubah jadi ekstrovert. Gak pas, gitu.
Alhamdulillah, saya nyaman berada di tengah2 🙂
Kalo diklop-kan dengan misua mah jadi pas. Beliaunya cenderung ekstrovert. Jodoh is melengkapi 🙂
Aku ambivert juga apa yakk…namanya. Kalau banyak orang sendiri di pojokan karena meski sudah kenal kadang enggak disapa teman dan enggak diajak barengan..halah malah curhat
Tapi jadi tambah kenal Mbak Damar baca ini…gapap cuma 5 lainnya aku tebak sendiri saja, kan dah bolbal ketemu kita..:D
Hihihi, bisa aja Mbak Damar ini.
Betah banget koq dengerin Mbak Damar berceloteh. Sukaa dengan cerita Mbak Damar.
Yuuk mbak, tak dengerin.
Aq bangett…suka rame-rame tapi suka menyendiri juga…ac dc …hihi