Genap sepekan sejak Frozen II tayang di seluruh bioskop di Indonesia. Sebagai Ibu dari gadis kecil penggemar Elsa, tentu aku nggak mau kelewatan dong!
Saat terdengar kabar bahwa Disney sedang memulai produksi sekuel petualangan penerus tahta dari kerajaan Arendelle ini. Sejak itu pula aku rajin meng-update informasi mengenai jadwal penayangannya.Termasuk gosip LGBT yang santer diberitakan.
Sebenarnya aku sempat khawatir dengan gosip tersebut. Wajar, namanya juga orangtua. Apalagi anakku terlanjur mengidolakan sosok Elsa yang menurutnya keren. Juga Anna yang ceria sekaligus pemberani. Aku nggak kebayang aja gimana kalau sampai gosip itu benar. Walah, harus pasang strategi biar Si Najwa move on dari kedua cewek Arendelle itu.
Tetapi untungnya kabar itu HOAX. Aku baca infonya langsung dari media luar. Entah karena persaingan bisnis, atau sekedar gimmick untuk mendongkrak rating filmnya. Yang jelas sebagai ibu aku lega karena film ini aman buat anak-anak, meskipun ada adegan kissing. Tetapi no problem-lah, Najwa dan Najib sudah tahu, bahwa dalam budaya keluarga kami, kissing hanya berlaku untuk hubungan tertentu.Ya pokoknya sudah kujelaskan pada keduanya jadi nggak usah dibahas di sini.
Nah, begitu diumumkan Frozen II bakal tayang pada November 2019 ini, Najwa langsung heboh ngasih tanda di kalender. Langsung nurut aja nggak diajak ke mall selama beberapa kali weekend. Yang penting, November nanti nonton Frozen II di bioskop. Kami sekeluarga pun akhirnya nonton pada penayangan hari pertama, hahaha, terniat banget selama sejarah menonton di bioskop.
Sebenarnya aku juga sudah tidak sabar dengan sekuel film ini. Penasaran banget sama desain kostum Elsa dan Anna yang pastinya bakalan semakin keren. Penasaran sama soundtrack-soundtracknya. Dan tentu saja, pengin lihat petualangan Elsa yang berikutnya.
Aku sih sudah yakin banget, kekuatan Elsa bakalan bertambah di Frozen II ini. Tapi nggak kebayang aja, ternyata di Frozen II ini nggak cuma kekuatannya yang semakin besar, tapi terbongkar juga masa lalu orangtuanya, yang menyebabkan tanggung jawab keduanya juga semakin besar.
Wah, pokoknya lumayan surprise. Endingnya pun lumayan enggak ketebak. So, lagi-lagi aku rela ngasih 9 bintang buat Disney.
Di rumah kami, demam Frozen sebenarnya tidak hanya menjangkiti Najwa, tetapi aku juga. Bahkan Si Najib—yang saat Frozen pertama tayang belum lahir—juga langsung gemas waktu Najwa mengenalkan Olaf dan Sven kepadanya.
Ya, waktu itu memang usia Najib masih baby banget, jadi dia tertariknya cuma sama Olaf dan Sven. Kalau sekarang lain cerita dong. Rupanya Najib sudah paham perempuan cantik, haha. Menurutnya Elsa dan Anna lebih cantik daripada Ibuk, wkwkwk. Ibuk melasss.
Gagal Move on dari Frozen Pertama Tapi Suka Frozen II
Frozen pertama bisa dibilang lumayan bikin susah move on. Karakter yang dibangun untuk setiap tokohnya benar-benar hidup dan melekat dalam ingatan kami. Tak hanya itu, bahkan pemilihan atribut dan soundtrack untuk setiap karakter benar-benar pas. Pokoknya kalau ingat Elsa ya Idina Menzel. Kalau ingat Anna ya Kristen Bell. Kalau Elsa selalu anteng, dingin, sedingin es. Kalau Anna ya ceria, pecicilan dan kocak. Hal-hal kayak gitu yang beneran bikin susah move on.
Belum lagi lagu “Let It Go”, “Do You Want to Build A Snow Man?” juga “Love is Open Door”. Wew, terlalu Frozen. Terlalu susah untuk digantikan. Bahkan untuk keseluruhan soundtrack di Frozen II ini pun belum bisa menggantikan kesan soundtrack di seri pertamanya. Bagus sih bagus, dan tetap sesuai dengan karakter masing-masing tokoh. Tapi, belum bisa menggantikan ingatan akan Frozen pertama.
Tetapi, overall kami suka dengan Frozen II dan sudah merencanakan untuk kembali menonton ke bioskop.
Untuk anak-anak seumuran Najib, Frozen Ii memang lumayan berat. Jadi wajar kalau anak-anak terlihat anteng selama film diputar. Mungkin mereka sambil berpikir keras tentang jalan ceritanya.
Tapi untuk anak seusia Najwa, mereka sudah jauh lebih paham. Apalagi kalau mengikuti film yang pertama, hmm.. dijamin semakin ngefans sama Duo Cewek Arendelle itu.
Sebagai penonton dewasa, Frozen II ini menurutku kuat di kisah petualangannya. Dan, itu bagian paling baik yang bisa disajikan untuk penonton anak.
Banyak pelajaran yang bisa mereka ambil dari sebuah petualangan. Mulai dari sikap berani, bagaimana membuat keputusan, bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain, bagaimana bekerja sama dan menjaga kekompakan.
Hal-hal yang pasti sering anak-anak dengar melalui berbagai pelajaran di sekolah. Tapi melalui sebuah film, biasanya mereka lebih mudah menangkap pesannya. Sekaligus lebih mudah membayangkan situasinya.
Ya, Frozen II ini memang menurutku paket lengkap. Selain memanjakan mata dengan kualitas animasi yang Disney banget alias oke punya, jalan cerita yang sedikit rumit tapi mengajarkan banyak pesan kebaikan, karakter tokoh yang semakin hidup, soundtrack yang oke meskipun tidak mudah diingat, dan kekuatan dalam diri perempuan yang harusnya disadari setiap anak perempuan.
Sekali lagi kami suka Frozen II. Dan jika memungkinkan, kami masih menunggu sekuel berikutnya. Upss…
Kira-kira Olaf bakalan semakin menggemaskan or semakin galau karena bertambah dewasa ya? Pernikahan Anna dan Kristoff bakalan seperti apa ya? Kekuatan apa lagi yang bakal dimiliki Elsa ya? Wew, Disney, please, Frozen III ya, haha.
Waaah syukaaa baca reviewnya mb damar, jd g sbr pingin nonton.
Kami baru rencana nonton weekend ini….
Dulu pas frozen pertama Neyna itu sampe hafal tiap adegan wkwkwk…dan iya dulu pas masih kecil banget Neyna sekarang udah SD baru ada nih Frozen2 rencananya aku mau nonton juga mba tapi baca dulu reviewnya krn isue lgbt emang cukup kuat 🙁 padahal ga ada yah
Setujuuu lagunya nggak senempel film pertama ya mba. Bajunya Anna sama Elsa the best bangettt, suka liatnya.. Olaf tetap paling kunanti scene-nya dan memang paling bikin rame satu studio yg nonton.. hihi Laaafff banget sama Olaf..
bukan hanya anak-anak, saya orang dewasa juga suka frozen mbak, memang benar lagu2nya itu melekat dikepala, hahaha….
masih belum sempet nonton ke bioskop, habisnya bioskop ada di beda kota. Btw denger2 kostumnya Elsa di desain sama animator Indonesia
belum nonton karena sudah gak punya anak kecil lagi
Banyak yang suka sama film ini, bagus banget emang sih ya visualisasinya, apalagi ditonton dengan format 3D atau 4D uwooww bakal ciamik.
Tapi, aku nonton film ini masa takut ih. Kayak di laut, di gua, di hutan, akunya degdegan sampe bilang ke adek aku “De, takut dah aku” hahahaha