“Bayinya perempuan, Bu, beratnya 3,8 kilogram dengan panjang 52 sentimeter.” begitu ucap perawat yang membantu persalinan saya.
“Alhamdulillah. Apakah semuanya lengkap, Sus? Kulitnya bagaimana?” Tanya saya dengan suara masih lemah.
“Alhamdulillah semua lengkap. Kulitnya bersih dan bibirnya merah.” Seketika saya merasa lega, karena kondisi gatal sekujur tubuh yang saya alami menjelang persalinan tidak memengaruhi kondisi janin dalam kandungan.
Setiap kehamilan memang unik. Tak hanya kondisi kehamilan satu ibu dengan ibu lainnya, namun kehamilan anak pertama dan anak kedua pun bisa menjadi pengalaman yang berbeda bagi seorang ibu.
Hal ini saya alami sendiri setelah melalui dua kali kehamilan. Saat kehamilan pertama saya mengalami masalah kesehatan menjelang tanggal persalinan. Sungguh tak disangka karena tidak ada keluhan apapun hingga trimester kedua. Namun begitu memasuki trimester ketiga, terjadi komplikasi kehamilan yang akhirnya mengantarkan saya ke meja operasi.
Mudahnya Melalui Kehamilan di Trimester Awal
Usia saya menginjak 27 tahun saat positif hamil anak pertama. Saya bersyukur karena kehamilan ini termasuk mudah dilalui, mengingat saya masih bekerja dari pukul 7 pagi hingga 5 sore.
Selain itu, pada kehamilan pertama ini saya masih tinggal terpisah dengan suami. Saya di Magetan, Jawa Timur, sedangkan suami sudah terlebih dahulu bekerja di Jakarta. Kondisi ini mau tak mau membuat saya tidak bisa bermanja-manja. Saya pun tetap beraktivitas seperti sedia kala. Bahkan memeriksakan kehamilan sendiri jika kebetulan suami sedang tidak bisa pulang ke Magetan.
Sampai memasuki minggu ke-32, kondisi kehamilan saya sangat sehat, begitu pun janin berjenis kelamin perempuan yang ada dalam kandungan. Kami sudah berencana untuk melahirkan melalui persalinan normal di klinik bidan yang hanya berjarak 300 meter dari rumah. Untuk pemeriksaan pun saya rutin memeriksakan diri pada Bu Budi, seorang bidan tetangga kami tersebut.
Namun pernah juga saya memeriksakan diri ke dokter kandungan pada saat usia kehamilan memasuki bulan ke-3 dan ke-7. Dari pemeriksaan itulah saya mengetahui jenis kelamin bayi kami, berat janin, kondisi air ketuban serta perkembangan organ janin yang semuanya normal.
Gangguan Kehamilan pada Trimester Ketiga
Memasuki minggu ke-36, rasa gatal tak tertahankan mulai menyerang area telapak tangan dan kaki. Awalnya, saya pikir rasa gatal ini dikarenakan kondisi kulit yang terus meregang, seperti halnya gatal yang terjadi di area perut. Namun hingga dua minggu berikutnya, gatalnya malah semakin menjadi, dan menjalar hingga seluruh tubuh. Mulai leher, punggung bahkan area paha.
Saya tidak menunda untuk segera memeriksakan diri pada bidan dan menceritakan keluhan yang saya alami. Bidan pun segera memeriksa apakah ada ruam atau bentol pada tubuh saya. Namun, Bu Bidan tidak menemukan tanda-tanda yang dapat memicu rasa gatal tersebut.
Menurut Bidan, kemungkinan besar gatal-gatal yang saya alami merupakan bawaan bayi. Biasanya keluhan seperti ini akan hilang begitu saja setelah proses persalinan. Bidan pun tidak meresepkan obat selain vitamin kehamilan yang rutin saya konsumsi. Di samping itu, Bidan menganjurkan untuk memakai lotion agar kulit lembab, mandi dengan air dingin dan memakai krim kehamilan untuk area-area yang dirasa terlampau gatal.
Rasa Gatal Berlebihan yang Mengganggu Psikologis Ibu Hamil
Kondisi gatal di sekujur tubuh ini sebelumnya tidak pernah saya rasakan. Kalau pun ada rasa gatal biasanya hanya di area perut, dan itu pun hanya gatal biasa sehingga saya masih mampu menahan untuk tidak menggaruknya. Namun, kali ini gatalnya sangat mengganggu, hingga akhirnya saya segera mengajukan cuti melahirkan dengan maksud agar bisa beristirahat.
Sayangnya, kondisi saya tidak kunjung membaik. Bahkan, karena sensasi gatalnya semakin menjadi, saya sering tidak dapat beristirahat dengan tenang. Secara piskologis kondisi saya pun mulai tidak stabil. Kadang-kadang saya sampai menangis saat malam hari.
Melihat tidak adanya kemajuan yang positif terhadap kondisi saya, suami pun tidak menunda untuk memeriksakan saya ke dokter kandungan.
Saat itu usia kehamilan telah memasuki minggu ke-38, dan kondisi kesehatan saya beserta janin semuanya normal. Berat bayi sudah mencapai 3.300 gram. Tekanan darah saya masih normal, yaitu 110/70. Posisi bayi sudah bagus. Sedangkan air ketuban masih banyak dan juga dalam kondisi bagus.
Sekali lagi dokter pun tidak meresepkan obat, hanya meminta saya lebih banyak mengonsumsi air putih, beristirahat dan menenangkan diri.
Bayi Lahir Sehat melalui Persalinan Caesar
Sepekan berselang hingga pagi hari di minggu ke- 39 kehamilan. Saya mengalami flek setelah semalaman begadang akibat gatal yang terasa membakar kulit. Karena sudah merencanakan persalinan di klinik bidan, maka saya segera memeriksakan diri ke klinik tersebut. Menurut pemeriksaan bidan, saya sudah bukaan empat. Saya pun tidak diizinkan pulang karena beliau ingin memantau setiap pembukaan.
Menit berganti jam, saya tidak mengalami pembukaan baru. Yang terjadi justru tekanan darah terus naik karena saya gelisah melawan rasa gatal yang tak kunjung berkurang.
Hingga lepas magrib, saya tidak mengalami tambahan pembukaan jalan lahir sedangkan tekanan darah merangkak naik hingga angka 150/70. Bidan pun menyimpulkan bahwa saya mengalami keracunan hormon sehingga bayi harus segera dikeluarkan.
Malam itu saya segera dirujuk ke rumah sakit untuk persalinan melalui bedah caesar. Tepat pukul 11 lebih 3 menit, tangisan bayi kami pun memecah keheningan.
“Bayi perempuan, Buk, beratnya 3,8 kilogram dengan panjang 52 sentimeter.” begitu ucap perawat yang membantu menangani persalinan saya.
“Alhamdulillah. Apakah semuanya lengkap, Sus? Kulitnya bagaimana?” Tanya saya tidak sabar.
“Alhamdulillah semua lengkap. Kulitnya bersih dan bibirnya merah.” Seketika saya merasa lega karena kondisi gatal yang sempat menyiksa tidak memengaruhi janin dalam kandungan.
Bahaya Gatal Berlebihan saat Hamil
Hingga pemeriksaan pascapersalinan, baik dokter maupun bidan tidak mendiagnosa dengan pasti mengenai keluhan gatal yang saya alami pada timester ketiga kehamilan. Mereka hanya menyampaikan bahwa tubuh saya menolak hormon dari bayi sehingga terjadi reaksi seperti yang saya alami. Bersyukur rasa gatal tersebut berangsur-angsur menghilang dengan sendirinya, bahkan tidak meninggalkan bekas luka atau ruam mengingat rasanya sangat gatal dan panas seperti terbakar.
Pada kehamilan kedua, saya sempat menceritakan kronologi permasalahan kehamilan ini kepada dokter kandungan saya. Dokter pun menjelaskan bahwa terdapat kemungkinan saya mengalami kolestasis kehamilan. Dan sejak itu pula saya harus lebih berhati-hati dan rutin melakukan pemeriksaan.
Apa itu Kolestasis Kehamilan
Kolestasis merupakan penyakit yang disebabkan karena aliran empedu dari hati melambat atau tersumbat. Dokter kandungan saya menjelaskan, ada dua jenis kolestasis berdasarkan penyebabnya.
- Kolestasis intrahepatik (dalam hati) disebabkan oleh penyait atau gangguan hati, seperti infeksi, penggunaan obat tertentu, kelainan genetik, efek hormonal dan kehamilan.
- Kolestasis ekstrahepatik (di luar hati) disebabkan oleh sumbatan di luar hati, seperti batu empedu, kista, atau tumor dalam kantung empedu yang mengganggu aliran empedu.
Pada kasus saya, dokter menyampaikan besar kemungkinan saya mengalami kolestasis intrahepatik. Kolestasis intrahepatik kehamilan pada umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Hal ini disebabkan hormon kehamilan mempengaruhi fungsi hati sehingga mengganggu atau menghambat aliran empedu.
Pada kondisi normal, empedu mengalir dari hati menuju usus untuk membantu pencernaan. Namun ketika aliran empedu terhambat, maka dapat terjadi penumpukan yang akhirnya tumpah ke dalam aliran darah.
Selain faktor hormonal, kolestasis kehamilan dapat terjadi karena tiga hal yang dapat meningkatkan risikonya. Di antaranya:
- Terdapat riwayat kolestasis pada kehmailan sebelumnya, atau dalam riwayat keluarga.
- Ibu hamil yang menderita penyakit hati.
- Kehamilan kembar.
Gejala Kolestasis Kehamilan yang Perlu Diwaspadai
Menurut dokter, kolestasis kehamilan sangat jarang dialami oleh ibu hamil dan prosentasenya sangat kecil. Namun, gangguan kehamilan ini tidak boleh diabaikan begitu saja karena dapat berdampak serius.
Ketika ibu hamil merasakan gatal berlebihan pada bagian telapak tangan, kaki atau bagian tubuh lainnya, maka sebaiknya segera memeriksakan diri. Jika perlu, dokter akan menyarankan untuk melakukan tes darah, memantau perkembangan fisik dan tekanan darah ibu hamil beserta kondisi janin.
Selain gatal berlebihan, kolestasis kehamilan juga dapat dideteksi melalui beberapa tanda.
- Kulit dan mata terlihat kuning.
- Warna urine gelap.
- Sakit perut.
- Tubuh merasa kelelahan.
- Mual, muntah kronis.
- Tidak memiliki selera makan.
- Feses berwarna putih.
Saran Dokter untuk Menurunkan Risiko Kolestasis Kehamilan
Setelah memiliki pengalaman kurang mengenakkan pada kehamilan pertama, saya memutuskan melakukan pemeriksaan rutin dengan USG pada kehamilan anak kedua. Dokter pun memberikan banyak wejangan karena sudah menyimpan riwayat kesehatan saya pada kehamilan sebelumnya. Meskipun tidak terdiagnosa dengan pasti mengenai penyebab gatal berlebihan yang sempat saya alami, namun dokter menggaris bawahi mengenai kemungkinan risiko sejenis pada kehamilan kedua.
Oleh karena itu, dokter pun memberikan saran-saran, seperti:
- Lebih menjaga kebersihan makanan dan lingkungan, serta sanitasi.
- Menjaga kadar kolesterol darah tetap pada batas aman. Untuk itu saya harus mengatur pola makan dengan mengurangi konsumsi lemak jahat.
- Meningkatkan konsumsi sayur dan buah. Termasuk sebisa mungkin mengganti camilan dengan buah.
- Konsumsi air putih dalam jumlah cukup sehingga kadar air dalam cairan empedu cukup.
- Melakukan tes darah sesuai rekomendasi dokter. Selama kehamilan kedua saya sempat dua kali melakukan tes darah.
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
- Istirahat cukup namun harus diimbangi dengan aktivitas fisik ringan.
- Berusaha untuk bahagia. Karena ibu hamil harus bahagia agar janin sehat.
- Segera melakukan pemeriksaan jika merasakan gatal berlebihan, urine berwarna gelap, sakit perut, atau warna feses tidak seperti biasanya.
Karena tidak ingin mengalami masalah serupa pada kehamilan kedua, saya pun patuh mengikuti setiap saran dari dokter kandungan. Selain itu saya rutin meng-update informasi kehamilan dari portal ibu dan anak. Dari sana saya banyak mendapatkan pengetahuan baru terkait kehamilan, pertumbuhan janin dan kesehatan ibu serta anak. Saya bersyukur karena pada akhirnya saya dapat melalui kehamilan kedua dengan lancar dan sehat.
Berdasarkan pengalaman melalui dua kali kehamilan, saya dapat menyimpulkan bahwa kondisi kehamilan harus mendapatkan perhatian ekstra sejak awal hingga akhir kehamilan, karena komplikasi kehamilan bisa terjadi kapan saja. Begitu pun kondisi setiap ibu hamil yang tidak bisa disamakan mengingat reaksi tubuh ibu terhadap hormon kehamilan bisa jadi berbeda.
Selain itu, penting bagi calon ayah untuk menambah pengetahuan terkait kehamilan. Sehingga jika terjadi suatu masalah dengan ibu hamil, maka ayah bisa memberikan dukungan.
Dan, yang tidak kalah penting jangan sungkan untuk bertanya tentang keluhan yang kita rasakan kepada dokter atau bidan yang memeriksa kehamilan. Dengan begitu, dokter atau bidan dapat mengetahui kondisi kita dengan pasti sehingga dapat memberikan saran dan tindakan medis yang tepat.
Untuk teman-teman yang sedang hamil, semoga sehat dan dimudahkan hingga persalinan nanti. Jangan lupa tetap bahagia karena ibu hamil harus bahagia.
Referensi:
- Pengalaman pribadi saat hamil anak pertama dan kedua.
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholestasis-of-pregnancy/diagnosis-treatment/drc-20363258
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholestasis-of-pregnancy/symptoms-causes/syc-20363257
- https://id.theasianparent.com/kolestasis-intrahepatik/
Informasi tentang kehamilan ini penting diketahui bukan hanya oleh calon ibu tapi juga calon ayah dan anggota keluarga lainnya agar sama-sama saling peduli dan menjaga satu sama lain ya
Iya, Mbak. Saya juga baru tahu setelah hamil anak kedua.
Selamat atas kelahirannya. memang sepertinya saat hamil bu ibu perlu banyak konsultasi kepada dokter.
Terkait kehamilan sang ayah juga harus rajin cari informasi, karena aku jomblo yah nyari informasi akhwat jomblo aja deh 😀
Terima kasih, alhamdulillah sekarang anaknya sudah 9 tahun dan sehat. Ayah dan ibu harus sama-sama tahu urusan kehamilan karena kan anak berdua. Kalau belum menikah, ya cari calon istrinya dulu, hehe.
Seru baca cerita persalinan mbaa.. ya Allah rasanya jadi ingeet melahirkan kala itu. Alhamdulillah udah selesai dan berlalu dgn baik ya mba. Baby najwa cantik smoga menjadi añak sholehah ya deek
ALhamdulillah, Mbak. Saya masih nano-nano kalau ingat saat itu. Bersykur gak ada bekas di kulit. Mengingat rasa gatalnya udah seperti terbakar.
Ganggu banget ya rasa gatal saat hamil. Aku aja gatel di perut kalau nggak ditahan-tahan udah ledes kali nih dan Stretch Mark makin banyak.
klo istriku abis melahirkan putra ketiga tu yang gatal2, terutama karena itu kali pertama lahiran secara cesar. Gatal-gatalnya abis melahirkan jadi ya konsultasi sekalian sama dokter kandungannya waktu itu
Oh, beda mestinya kalau habis lahiran. Mungkin gatal di bagian luka jahitnya juga bisa
wah infonya sangat lengkap mbak, bisa jadi referensi buat para ibu hamil
karena emang kadang masa kehamilan itu banyak juga ya kendalanya, termasuk mengalami gatal di sekujur tubuh
asal tepat penanganannya, pasti bisa segera teratasi ya mbak
Betul. Kehamilan memang salah satu fase yang mengubah seorang wanita. Produksi hormon besar-besaran. Tentunya reaksi tubuh juga bermacam-macam.
Semoga seluruh ibu di dunia sehat2 kehamilannya dan dapat melahirkan bayi yg sehat juga. Perjuangan seorang ibu ya mbak. 🙁
Amiin. InsyaAllah.
Wah aku baru tau nih tentang Kolestasis Kehamilan. Pemaparannya sangat kece nih, bikin cepet paham. Jadi bertambah deh wawasanku tentang seputar kehamilan & bumil.
Semoga bermanfaat, ya.
Saya baru perdana dengar kolestasis sebagai gangguan kehamilan mba. Jadi tambah ilmu nih saya. BTW, saya sama dengan Mba Damar, hamil pertama pas 27 tahun. Hihihi. Alhamdulillah ya mba, si kecil lahir sehat selamat.
Iya Mbak, 27 hamil anak pertama. 30 hamil anak kedua. InsyAllah dua saja sudah cukup. Hehe.
Aku 2 kali hamil selalu gatal di seluruh tubuh dari telapak kaki sampe kulit kepala di trimester ketiga. Rasanya nyiksa, tapi Alhamudulillah kedua anak saya terlahir bersih dan sehat. Nah, sekarang di hamil anak ketiga, rada aware juga. tapi sekarang bedanya aku pake aplikasi theAsianParent untuk cari info.
Ohh, gitu, Mbak. Saya cuma sekali itu sih, alhamdulillah. Tapi memang anak kedua saya aware banget urusan kesehatan. Kenaikan BB pun gak banyak, hanya sekitar 12 kilo. Anaknya lahir 3,4. Alhamdulillah.
Strong sekali Mba, memeriksakan kehamilan dan mengurus rumah seorang diri, sementara sang suami di Jakarta. Hebat Mba.
Ternyata kondisi yang dialami oleh ibu hamil itu beda-beda ya, bahkan saat kehamilan anak pertama dan kedua pun demikian. Baru tau sayanya nih..
Thanks infonya, biar bisa jadi wawasan terutama bagi yang baru married atau ibu yang lagi hamil.
Kondisi membuat seseorang menjadi bisa segalanya hehe. Kadang ya melow, Mas. Wajar kan. Tapi sebentar aja melownya. Kan udah punya tujuan bersama.
Kolestasis saat kehamilan, saya baru tahu nih Mbak.
Ternyata ada penyebab ilmiahnya ya. Sementara di masyarakat kita masih sangat umum untuk mengatakan berbagai hal pada bumil itu sebagai “gawan bayi”
Bersyukur adek bayi lahir dengan selamat. 3,8 kg itu wow-lah 🙂
Iya, dulu keluarga saya bilang gawan bayi. Bolak-balik dikompres air dingin. Tapi saya penasaran. Makanya pas hamil anak kedua saya cerita sama dokter di Jakarta.
Baru tau loh mba ada yang namanya kolestasis ini. Tentu sangat mengganggu ya ketika serangan gatal datang dengan sangat hebat gitu. Bisa mempengaruhi psikis ibu hamil dalam kesehariannya.
Betul, Mbak. Saya kalu ingat rasanya masih suka nangis sendiri. Gatal, panas, mana perut besar. Pokok nggak enak makan, nggak enak tidur. Tapi alhamdulillah sudah berlalu. Sekarang tinggal merawat anaknya.
Waktu hamil dulu aku jg ngerasa gatal2 sih di badan, tapi gak sampe parah banget gitu… Cuma karena kulit mengalami peregangan aja.
Ternyata ada juga ya yg ngalamin gatal berlebihan gitu.
Iya Mbak, biasa kan gatal di perut gitu. Ini seluruh tubuh kecuali wajah. Paling perih leher, punggung sama pantat. Telapak tangan sama kaki juga. Pokok nauzubillah jangan sampai deh.
kalo gatal-gatal saat hamil Darell gak ada sih, tapi temen-temenku ada yang begitu juga, katanya rasa gatal itu luarbiasa, makin digaruk makin enak deh pokoknya.
alhamdulillah ga berpengaruh ke janin ya mba, dan mendatangkan efek samping yang besar. Ternyata pada level tertentu bisa mengganggu banget ya mba, dulu saya sempat gatal pas kehamilan kedua tapi cuma sebentar dan ga terlalu berpengaruh…
Makasih Mba Damar sharingnya, bakal banyak membantu calon ibu muda nih biar ga panikan.
Meski sedang hamil, tetap harus banyak ilmu yaa…dengan membaca portal yang terpercaya.
Karena kalau hamil baca yang hoax, malah khawatir sendiri.
Semoga sehat-sehat selalu yaa, kak.
Gatal pada ibu hamil itu menyiksa banget. Soalnya ga bisa sembarangan minum obat juga kan ya
bawaan bayi ini emang beda beda ya maaakk.. huhu. ada yang kulitnya jadi kusem, ada yang jerawatan, ada yang rontokan parah rambutnyaaa.. Alhamdulillah tapi.biasanya abis lahiran juga ikutan ilang yaaa
Aku kok deg-degan banget ya baca ini. Nggak kebayang itu segimana gatalnya sampai merasa kulit terbakar. Huhu. Aku baru tahu juga nih soal kolestasis kehamilan. Terima kasih sharingnya Mbak Damar, ini pasti bermanfaat banget buatku dan buat ibu-ibu lainnya.
Baca komen temen2, ternyata rata2 baru pada rahu tentang kolestasis ya, Mbak. Aku kira cuma aku dowang. Aku hamil pertama gatal2 juga, tapi cuma di area perut. Makasih sharingnya, Mbakk. Nambah pengetahuan jdinya.
MashaAllah mbakku, kedua kehamilan aku Alhamdulillah tidak mengalami gatal yang sangat mengganggu.. baca tulisan ini ternyata perjuangan ibu mengandung itu sangat banyak ya.. penting banget ini diketahui oleh para bumil jadi punya solusi jika mengalami hal yang sama ya
Makasih infonya mbak, saya malah gak sempat kepikiran soal gangguan semacam ini, kemarin hamil anak ketiga cuma berharap janin sehat namun Allah berkehendak lain. soalnya hamil pertama dan kedua ya lancar-lancar saja.
Walau aku belum pernah merasakan hamil , lihat bawaan orang hamil macam-macam ya, ada yang gatal seluruh tubuh, ada yang jerawatan dan macam lainnya .
Setauku jika tubuh gatal2 saat hamil maupun tidak hamil itu karena alergi saja mbak…oh ternyata ada penyebab lainnya ya..thanks info dan pengalamannya. menarik sekali 🙂
aku baru tau nih soal kondisi kolestasis ini, ternyata cukup mengkhawatirkan juga ya dan berbahaya, tapi kok doktermu gak kasih treatment apa-apa yaa pas ada keluhan gitu mba?
halo kak, saya juga kayanya ngalamin kolestasis deh waktu hamil si bungsu. soalnya saya pernah sakit perut bagian kanan atas tepat di posisi hati dan batu empedu. dokter mengira saya hanya mengalami maagh karena kehamilan dan akan melahirkan prematur, tapi setelah di rawat alhamdulillah membaik. tapi, setelah si bungsu lahir dia mengalami kuning dan harus fototerapi. lalu setelah satu bulan melahirkan, saya kembali merasakan sakit perut yang sama bahkan lebih parah. durasinya berjam-jam sampai saya harus masuk UGD. hal ini berlangsung selama satu tahun. setiap berobat ke dokter jawabannya selalu sama, saya kena GERD. tak kunjung sehta, akhirnya saya USG abdmomen dan hasilnya saya kena bantu empedu dan harus di operasi.
setelah saya amati, sepertinya batu empedu dan sakit kuning si bungsu karena kolestasis karena kehamilan itu.
kehamilan memang membawa kebahagiaan dan berkah, kalau di ingat lagi berat juga perjuangan kita selama hamil ini. ungkapan ibu hamil itu jihad, memang iya. nyawa taruhannya. semoga jihad ini menjadi ladang amalan pahala ya. aamiin
wah ini informasi yang baru saya ketahui, kolestasis kehamilan. Bahaya juga ya ternyata, dan terjadi di tri semester ke 3. Biasanya kan keluhan masalah kehamilan itu di trisemester pertama ya
Wah info gatal selama masa kehamilan baru tau saya ini mbak..makasih ya bermanfaat sekali. Btw apakah bisa dikurangi rasa gatalnya dengan minum ramuan herbal misalnya atau melakukan olahraga ? Semoga debay dan bundanya sehat selalu ya..
Kolestasis kehamilan bisa berimplikasi pada gawat janin ya Mbak, ibu hamil memang harus banyak pengetahuan ya mengenai kehamilannya. TAP bisa jadi sumber referensi bagi bumil yaa
wah ternyata gatal-gatal pada saat hamil juga bisa berbahaya, dengan baca artikel ini jadi tahu dong gimana ciri dan saran yang tepatt saat menghadapinya.
MasyaAllah mbaa aku bacanya kayak yang, “ya Allah ada aja yaa liku2nya” hehe..
Aku sndiri blm pernah hamil jadi gapernah rasain yg begitu. Semakin takjub aja sama ibu ibu iniiii. Sehat2 mba
Sama, Mbak.
Pada kehamilan pertama, aku juga menderita gatal yang sangat di sekujur tubuh. Tapi untungnya berangsur2 hilang saat masuk trimester ketiga.
Baru tahu ada istilah medisnya.
Yuni belum menikah. Tapi pengetahuan mengenai kehamilan dan kondisi yang menyertainya memang bagus untuk kita ketahui. Siapa tahu kan mengalami hal yang sama. Jadi nggak kaget dan mudah menanganinya. Seenggaknya ada referensi. JAdi, nggak meraba-raba saja. Hehehe
Baca ini jadi bikin saya mikir, nanti kalau udah menikah dan hamil siap nggak ya? Perjuangannya mbak hebat bangett. Aku aja gatel dikit udah gak tahan hehe, ini sekujur tubuh dan lagi kondisi hamil? Luar biasa banget! Salam untuk Najwa, cantik sekalii