Geliat Harapan dari Sudut Padat di Selatan Ibukota

Semilir angin berembus, membelai kulit wajah hingga terasa sampai leher yang tertutup selembar kain hijabku. Perlahan dinginnya pun dapat kurasakan menembus pakaian yang membalut tubuhku, menggantikan panas yang beberapa saat sebelumnya terasa  menyengat, memaksa peluh bercucuran dari kedua kening hingga menusuk pori-pori kulitku.

Hawa dingin yang kini lebih dari sekedar menyejukkan—namun mampu menghadirkan kerinduan pada kampung halamanku di kaki gunung Lawu—tak datang begitu saja karena pendingin ruangan atau cuaca yang berubah mendung. Setiap langkah yang menuntunku dari stasiun Duren Kalibata hingga sebuah kampung yang berlokasi di belakang pusat perbelanjaan besar di Kalibata, telah mengantarkanku pada kesejukan alami yang rasanya susah dipercaya karena berada di wilayah padat Jakarta.

KBA Rawajati Jakarta
Suasana hijau di wilayah KBA Rawajati (foto: Damar Aisyah)

Aku terus melangkahkan kakiku di jalanan berpagar deretan pohon besar yang sekaligus memayungiku. Tak seberapa jauh dari tempatku berdiri saat itu, aku dapat mendengar suara beberapa perempuan dan  laki-laki dari sebuah bangunan di salah satu sudut jalan Zeni AD. Sebuah bangunan yang kemudian kukenali sebagai “Bank Sampah Rawajati” berdiri di sana. Sibuk, namun penuh semangat dan ceria. Begitu kira-kira ekspresi dari wajah-wajah yang dapat kutangkap.

 “Waalaikumsalam, mari silakan masuk, Mbak! Kebetulan kami sedang agak sibuk mempersiapkan sampah-sampah yang akan dibawa ke BSI. Mari, masuk saja biar bisa melihat langsung kegiatan di sini.”  Setelah menjawab salam dariku, seorang laki-laki pekerja di situ kemudian menyambutku dengan ramah.

Tanpa sungkan aku pun segera masuk seperti yang dianjurkannya. Pak Khosim, begitu selanjutnya aku memanggil pria paruh baya yang kemudian lebih nyaman berbicara denganku dalam bahasa Jawa.

Pak Khosim, penanggung jawab sampah anorganik di KBA Rawajati (foto: Damar Aisyah)

Biasanipun sampah-sampah meniko dipundut petugas menopo diteraken nggih, Pak? (Biasanya sampah-sampah ini diambil petugas atau diantar, ya, Pak?)” begitu tanyaku dalam bahasa Jawa.

Menawi dateng Bank Sampah Induk (BSI) dipundut petugas, Mbak. Dados mboten repot, kantun nyiapaken kemawon,” (Kalau ke BSI diambil petugas, Mbak. Jadi nggak repot, tinggal menyiapkan saja) terang Pak Khosim sambil menunjukkan aneka sampah anorganik yang telah dipilah sesuai jenisnya.

Di depanku memang terhampar gundukan sampah seperti yang biasa terlihat di area tempat pembuangan. Volume sampah anorganik yang mencapai 5 kilogram per hari tentu saja bukan jumlah yang sedikit jika dibiarkan menggunung begitu saja.

Tapi, bedanya sampah di sini bersih dan kering. Iya, tentu saja karena sampah yang ditampung Bank Sampah Rawajati merupakan sampah anorganik yang berasal dari warga yang menyetor. Sampah-sampah ini pun telah melalui tahap pemilahan sampah dalam skala rumah tangga.

KBA Rawajati Jakarta
Area pemilahan sampah di KBA Rawajati (foto: Damar Aisyah)

Aku pun meninggalkan Pak Khosim yang terihat semakin sibuk karena warga yang berdatangan untuk menyetorkan sampah mereka. Setelah menimbang sampah-sampah itu, ia pun tak lupa mencatat berat sampah dan nama penyetornya karena selanjutnya akan dimasukkan dalam buku tabungan sampah milik warga.

Kampung Rawajati merupakan salah satu bank sampah percontohan dalam skala kelurahan di wilayah Jakarta Selatan. Kegiatan pemilahan sampah di wilayah ini pun tidak serta merta berhasil begitu saja sehingga menjadi salah satu bank sampah yang layak mendapat predikat juara. Tapi telah dimulai pada tahun 2002 ketika program komposter mulai disosialisasikan khususnya pada RW.03, kelurahan Rawajati.

Mendulang Prestasi dengan Konsep Kampung Hijau Berseri

Unik, rasanya satu kata itu yang paling  cocok untuk menggambarkan suasana kampung yang hari itu kusinggahi. Selain pohon-pohon besar yang membingkai kanan-kiri jalan, Rawajati memiliki taman yang tertata apik, asri, hijau berseri.

Selayaknya melihat suasana kampung di daerah pedesaan, siapapun akan berdecak kagum ketika mendapatinya di daerah padat Ibukota.

Keunikan ini pula yang berhasil merebut hati seorang Silvia Ermita. Perempuan yang kini menjadi Ketua Bank Sampah Rawajati sekaligus Ketua PKK wilayah setempat. Sejak pertama kali pindah ke Rawajati, Silvia pun telah bertekad ingin menjadi bagian dari keunikan kampung ini.

“Gimana, ya, rasanya beda gitu, loh, waktu pertama kali ke Rawajati, khususnya RW 03 ini. Segar, hijau, pokoknya unik, nggak kayak lagi di Jakarta. Makanya saya bertekad harus ikut menjaga keunikan ini. Akhirnya saya pun terjun langsung, ikut dalam setiap kegiatan warga di sini”
KBA Rawajati Jakarta
Silvia Ermita
Ketua KBA Rawajati

Menurut Ibu Silvia, konsep penghijauan di Rawajati sudah dimulai sejak tahun 2000. Kala itu, Ibu Ninik—Ketua PKK RW sebelumnya— telah memprakarsai penghijauan di wilayah ini. Kemudian dilanjutkan program komposter rumah tangga pada 2002, dan disusul program penanaman toga, bunga dan tanaman perdu, masing-masing lima pot atau polybag per rumah.

KBA Rawajati Jakarta
Tanaman toga di hanggar tanaman yang berlokasi di area KBA Rawajati (foto:Damar Aisyah)

Rupanya geliat penghijauan di wilayah RW. 03 ini pun mengundang prestasi selain perhatian dari beberapa dinas terkait. Selain masuk dalam kategori RW terbaik dalam pengelolaan dan penataan lingkungan pada tahun 2004. Setahun berikutnya wilayah RW 03 Rawajati kembali mendapat penghargaan berupa penobatannya sebagai kampung percontohan, sekaligus perkampungan agrowisata.

Menyebarkan Virus Menabung Sampah Kering di Kelurahan Rawajati

Semangat menghijaukan dan menjaga kelestarian lingkungan ini rupanya tak lantas berhenti begitu saja seiring berbagai prestasi yang telah dianugerahkan. Sekitar tahun 2008, warga RW 03 kembali menjadi warga binaan program Tabungan Sampah Kering atau biasa disebut Tasake untuk wilayah kampung Rawajati.

Mulai saat itu warga RW 03 bahu-membahu memilah sampah kering atau anorganik untuk disetorkan pada bank sampah RW. Penyetoran sampah kering yang berupa aneka botol dan gelas plastik, juga berbagai barang bekas rumah tangga kemudian ditampung di bank sampah untuk diambil penampung secara berkala.

Sejak tahun 2008 hingga 2013 tercatat 211 warga RW. 03 aktif sebagai nasabah Tabungan Sampah Kering. Keberhasilan ini pun kemudian ditularkan pada RW lainnya dalam bentuk sosialisasi warga.

KBA Rawajati Jakarta
Sampah anorganik yang disetor warga kemudian dipilah sesuai jenisnya (foto:Damar Aisyah)

Sayangnya, dari 8 RW yang membagi wilayah Rawajati secara administratif, hanya 7 RW saja yang merespon sosialisasi ini. Sedangkan satu-satunya RW yang berlokasi di wilayah perumahan wakil rakyat justru tidak tersentuh geliat semangat meminimalisir volume sampah yang setiap hari membanjiri Ibukota. Padahal, besar harapan warga agar wilayah ini mampu menjadi “corong” untuk kegiatan mereka.

Proses membersihkan dan memilah jenis sampah anorganik (foto:Damar Aisyah)

Sebenarnya, program Tabungan Sampah Kering ini pun bisa dibilang bukan hal yang rumit. Warga hanya perlu memilah sampah anorganik yang ada di rumah untuk kemudian diserahkan pada bank sampah dengan kompensasi uang yang disimpan dalam bentuk tabungan.

Sedangkan untuk proses membersihkan hingga pemilahan berdasarkan jenis-jenis sampah anorganik yang beragam jumlahnya, semua menjadi tanggung jawab petugas bank sampah. Bahkan sampai proses penjualan di Bank Sampah Induk (BSI), warga tak perlu repot melakukannya.

Ubah Sampah jadi Berkah

Sampah anorganik ini pun tak semuanya berakhir di Bank Sampah Induk yang kemudian ditukar dengan rupiah. Beberapa jenis sampah kering seperti koran bekas, bungkus kopi sachet, botol air mineral langsung diproduksi oleh ibu-ibu kader PKK.

Bersyukur sekali aku berkesempatan melihat produksinya secara langsung, karena ternyata benar-benar tak sesulit yang ada di bayanganku.

Untuk pembuatan keranjang dari koran bekas, pertama-tama kita hanya perlu menggulung koran hingga menjadi lintingan kecil yang padat. Kemudian, lintingan-lintingan tersebut dijalin menyerupai anyaman dari bambu atau eceng gondok. Selanjutnya anyaman ini dibalur dengan lem di seluruh permukaannya. Setelah lem mengering dan keranjang berbahan koran bekas mengeras, maka polesan vernis akan mempercantik tampilannya.

Proses pembuatan keranjang dari koran bekas (foto:Damar Aisyah)

Hasil akhir dari keranjang berbahan dasar koran bekas ini sangat mirip dengan keranjang dari rotan. Siapapun tak akan menduga jika cara membuat dan bahannya sangat sederhana. Semuanya berkat semangat mengubah yang dimiliki tangan-tangan kreatif  warga RW 03 Rawajati.

Barang kerajinan ini kemudian menjadi salah satu produk unggulan yang sering diikutkan dalam berbagai bazar. Dari segi ekonomi, produk kerajinan bekas sampah ini merupakan salah satu sumber penghasilan sampingan. Sedangkan untuk keberlangsungan usaha melestarikan lingkungan, pemanfaatan sampah anorganik sebagai bahan kerajinan memangkas volume  sampah yang lumayan banyak di Tempat Pembuangan Akhir.

Hiasan bunga dari botol air mineral (foto:Damar Aisyah)

Di samping mengolah sampah anorganik menjadi barang kerajinan, sebenarnya KBA Rawajati juga memiliki satu unit mesin pencacah plastik sumbangan dari CSR Astra. Dengan adanya mesin pencacah ini, sebenarnya KBA memiliki peluang untuk mengolah sampah plastik menjadi setengah jadi sehingga harga jualnya pun lebih tinggi dibanding sampah utuh.

KBA Rawajati Jakarta
Mesin pencacah plastik dari Astra (foto:Damar Aisyah)

Sayang, tingginya volume sampah yang dibutuhkan untuk sekali mencacah sering kali menjadi halangan bagi Pak Khosim dan kawan-kawan untuk mengoperasikannya. Sebagai tambahan informasi saja, untuk satu kali melakukan pencacahan diperlukan kurang lebih dua ton sampah anorganik dari botol plastik. Jumlah ini bisa dibilang terlampau banyak mengingat daya tampung KBA yang tidak seberapa luas.

Semangat Menabung Daun Kering

Di samping mengelola sampah anorganik warga, rupanya Ibu Silvia dan tim juga menerima tabungan daun kering dari warga. Daun-daun kering yang biasanya mengotori halaman dan membuat kesal para ibu yang harus berkali-kali menyapunya, kini berubah menjadi berkah bagi mereka. Bahkan, mungkin saja  ketika semakin banyak daun yang rontok mereka akan semakin gembira. Karena setiap lembar daun tersebut bisa ditukar dengan kompos yang siap digunakan untuk bercocok tanam di rumah.

KBA Rawajati Jakarta
Area pengolahan kompos di KBA Rawajati (foto:Damar Aisyah)

“Untuk pengolahan kompos di sini apakah menjadi tabungan juga atau hanya dijual untuk operasional bank sampah ya, Bu?” tanyaku dengan penasaran ketika melihat seorang warga menyetorkan sekantong daun kering ke Bank Sampah.

“Kalau daun kering enggak jadi tabungan, Mbak. Hanya saja warga boleh menukarnya dengan kompos yang sudah siap digunakan. Tapi, kalau warga ingin membeli juga bisa. Biasanya dari RW lain, sih. Nah, dari penjualan tersebut baru kami gunakan untuk operasional petugas yang khusus menangani sampah organik, karena di sini kami punya satu orang petugas yang dibantu 6 orang tukang sapu. Tapi jumlah yang dijual enggak banyak, Mbak. Karena sebagian besar kompos di sini kami gunakan untuk perawatan taman dan tanaman warga sendiri, karena prosesnya jauh lebih cepat dibanding kompos yang dibuat dalam komposter rumah tangga,” jelas Bu Silvia dengan antusias.

KBA Rawajati Jakarta
Proses mencampur hingga mengayak kompos dengan bantuan alat pengayak (foto:Damar Aisyah)

Pantas saja tanaman di sini subur dan terlihat sangat terawat. Karena perawatannya pun tidak setengah-setengah. Pantas juga udara di sini sangat segar dan dingin. Kontras dengan suasana di seberang tembok tinggi yang menyembunyikan “surga kecil” ini dari hiruk pikuk Jakarta.

Semangat Mengubah Wajah Jakarta yang Mampu Memikat Astra

Hingga akhirnya, kesejukan “surga kecil” ini pun memikat siapapun yang pernah mendengarnya untuk datang ke sana. Beberapa institusi formal melakukan riset dan bercengkerama langsung dengan masyarakat untuk menyerap lebih banyak semangat mengubah wajah negeri dari RW 03 Rawajati.

KBA Rawajati Jakarta
Wilayah RW.03, kelurahan Rawajati yang menjadi kampung binaan Astra (foto:Damar Aisyah)

Tak terkecuali Astra dengan program kampung berserinya yang kemudian melirik wilayah RW.03,  kelurahan Rawajati sebagai salah satu daerah binaannya. Dimulai dengan pendirian bangunan dan pemenuhan fasilitas PAUD Bunga Jati yang berlokasi di sebelah Bank Sampah Rawajati, Astra terus mendampingi kegiatan warga selama lima tahun terakhir ini.

KBA Rawajati Jakarta
Area Bank Sampah yang berdampingan dengan Gedung Fasilitas terpadu untuk warga (foto:Damar Aisyah)

“Saya ingat betul, sekitar tahun 2013 itu CSR Astra masuk ke sini. Tadinya mereka fokus pada PAUD sebagai pengimplementasian pilar pendidikan. Tapi kemudian mulai merambah pilar lingkungan melalui kegiatan bank sampah dan penghijauan di wilayah sini. Harus saya akui, Astra sangat banyak membantu kegiatan kami. Mulai pemasaran melalui bazar yang diselenggarakan Astra, juga berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan warga.”
KBA Rawajati Jakarta
Lia
Pembina PAUD Bunga Jati

Semangat Astra untuk Mengubah Kampung Indonesia

Dalam beberapa kesempatan, baik Bu Silvi sebagai ketua KBA dan Bu Lia sebagai Pembina PAUD Bunga Jati tak menampik kontribusi CSR Astra terhadap kegiatan warga di RW 03. Bahkan, untuk saat ini KBA Rawajati telah mengantongi predikat madya dengan mengembangkan 4 pilar program pengembangan KBA.

Untuk PAUD Bunga Jati sendiri, Astra tak sekedar mendirikan bangunan fisik PAUD-nya, tapi sekaligus melengkapi dengan fasilitas di dalamnya. Baik alat pembelajaran maupun permainan siswa. Sedangkan untuk menunjang skill pendidiknya, pelatihan dan seminar pun  dilakukan secara rutin. Berdasarkan informasi yang berhasil kuperoleh, pelatihan seperti ini dilakukan secara berkelanjutan biasanya setiap 6 bulan sekali.

 

KBA Rawajati Jakarta
Gedung PAUD sekaligus tempat terpadu kegiatan warga yang dibangun Astra (foto:Damar Aisyah)

Selain PAUD Bunga Jati, sebagai bentuk pengimplementasian pilar pendidikan, Astra juga memberikan beasiswa kepada 36 pelajar di wilayah binaan KBA Rawajati . Sedangkan untuk pengembangan pilar ekonomi, Astra juga membantu proses pemasaran  hasil produksi warga melalui bazar. Selain barang-barang kerajinan, warga KBA juga memproduksi makanan ringan seperti semprong, rempeyek, cucur juga jamu tradisional sebagai produk andalannya.

“Saat ini kami sedang mengurus perizinan untuk menembus salah satu hypermarket di daerah Kalibata. Kalau lancar, insya Allah dalam waktu dekat produk kami bisa dibeli di swalayan. Nanti jangan lupa beli, ya.
KBA Rawajati Jakarta
Silvia Ermita
Ketua PKK RW 03 Rawajati

Selama lima tahun mendampingi warga KBA Rawajati, Astra tak pernah absen memberikan dukungan, baik secara moril maupun materiil. Setiap bentuk kegiatan warga yang mengacu pada pengembangan KBA, Astra selalu memberikan kontribusi terbaiknya. Kini, ketika KBA Rawajati telah mengembangkan kegiatannya hingga menjangkau 4 pilar pun, satu per satu Astra ikut mengambil bagian di dalamnya. Memang tidak selalu cepat, tapi Astra tak pernah abai dengan program yang telah dimulainya.

Keberadaan Astra sebagai pelopor kampung berseri di Indonesia merupakan satu terobosan besar bagi kampung nusantara yang memiliki geliat harapan di masa depan. Program pemberdayaan seperti ini tak hanya memberikan dampak positif untuk sebuah wilayah. Namun dalam lingkup personal, program KBA turut menyumbang kepedulian masyarakat pada lingkungan dan peningkatan kualitas hidupnya.

KBA Rawajati Jakarta
Sosok inspiratif di balik geliat warga KBA Rawajati Jakarta (foto:Damar Aisyah)

Di samping itu, keberadaan sosok-sosok inspiratif di balik semangat mengubah tak bisa terlepas begitu saja dari keberhasilan sebuah program. Di KBA Rawajati sendiri, Silvia Ermita dan tim yang terbagi dalam beberapa pos kegiatan merupakan sosok-sosok yang kini menjadi ujung tombak keberlangsungan geliat warga untuk memperbaiki kualitas hidup dan lingkungannya di masa depan.

Bersama dengan Astra yang tak pernah berhenti memberikan dukungannya, bukan tidak mungkin semangat KBA Rawajati bisa ditularkan pada sudut lain di wilayah perkampungan padat di Jakarta. Aku pun sebagai salah satu warga beridentitas Jakarta merasa perlu untuk menyimpan semangat KBA Rawajati yang terlanjur kuserap pada beberapa kali kunjungan ke sana.

Kini, aku pun menyimpan satu keinginan untuk tidak membiarkan semangat ini padam dalam ingatanku saja.  Tapi suatu saat nanti, aku berharap dapat menularkan semangat KBA Rawajati untuk mengubah wajah Jakarta dari sudut kampungku sendiri.

 

 

Tulisan ini diikutsertakan Anugerah Pewarta Astra 2018

66 thoughts on “Geliat Harapan dari Sudut Padat di Selatan Ibukota”

  1. Keren nih program CSR Astra udh merambah ke lingkungan. Biasanya kalo CSR, ke konstruksi atau berupa materi lainnya…
    Semoga merambah ke kota² lain.

    Reply
  2. Andaikan seluruh RW di Jakarta mengikuti kegiatan seperti RW rajawali ini, mungkin jakarta akan menjadi kota hijau nan indah di tengah sibuknya ibukota. Nice mbak tengkyu infonya sangat menginspirasi

    Reply
  3. Seriusan ini di daerah Kalibata…? Keren banget kampungnya. Jadi mupeng kampungku ketularan juga…
    Salut untuk warga yang bersemangat membuat kampungnya makin nyaman juga berprinsip ramah lingkungan. Bravo buat Astra atas sumbangsihnya untuk Indonesia lewat KBA.
    Semoga program serupa bisa ditularkan di kampung lainnya hingga makin jaya Indonesia!

    Reply
  4. Andai sistem bank sampah ini berjalan di semua kampung di Indonesia ..sampah bukan lagi masalah ya mba. Apalagi ketika sampah juga dimanfaatkan/diubah bentuk ke hasil kerajinan. Malah bisa jadi sumber pendapatan

    Reply
    • Betul, Mbak Sulis. Di manapun sampah selalu menjadi masalah. Semoga ke depannya kesadaran seperti ini menjadi milik semua daerah.

      Reply
  5. MasyAllah Mba Damar tulisannya yaaaaa bagusss banget. Bener-bener ditulis dengan totalitas bahkan dengan riset dan observasi langsung datang ke Bank Sampahnya. Pasti datang ke bank sampah itu jadi pengalaman yang berkesan ya

    Reply
    • Terima kasih, Bund. Ini juga sambil belajar menulis berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan. Dan manfaatnya memang tidak sekedar dari segi tulisan saja, tapi kesan ada KBA ini membuat saya tergerak untuk mulai peduli dengan lingkungan.

      Reply
    • Coba aja Bund, gampang kok bikinnya. Eh, kalau ngelihat sih gampang, gak tahu kalau udah nyoba, wkwkwk

      Reply
  6. Tiap KBA punya cerita sendiri2 ya. Semuanya bagus dan unik . Semoga makin banyak kampung2 yang ketularan konsep KBA. Syukur-syukur ada perusahaan yang mau sponsori juga

    Reply
  7. Salut sama warga yang mau terlibat. Mengolah sampah kayak koran jadi keren banget. Tanaman hijau banyak banget, asri banget kayak tujuan kampung bersama Astra. Kalau desan pada sadar dan mengolah lingkungan kayak gini, problem lingkungan bisa ditekan dan malah berubah jadi profit.

    Reply
    • Betul, Mas Rudi. Daerah Rawajati ini benar-benar unik. Apalagi kanan kirinya tembok-tembok tinggi. Tapi Rawajati tetap bertahan se-asri ini.

      Reply
  8. Woow…CSR yg luar biasa dr Astra. Untuk bank sampah dibeberapa daerah deket rumah sudah ada tp belum sehebat disana, karena butuh modal besar klo pakai mesin pencacah plastik. Untuk yg ukuran 1 ton aja harganya 100jt. Pengen belajar juga pemberdayaan sampah sampai bisa seperti itu, biar.lingkungan jadi bersih, warganya sehat & makmur.

    Reply
  9. Hmm seharusnya di area tenpat tinggal saya juga gini yah bun..miris memang saya tuh. Tukang sampah hanya datang 1 minggu 1 kali. Selebihnya sampah2 yg saya masukan dalam tong selalu diacak oleh para pemulung jadinya yang sudah rapi jadi malah busuk.. harus digerakkan nih mulai dari lingkup terdekat biar kompleknya berseri asri

    Reply
    • Di tempatku juga sampah udah jadi masalah banget. Tapi untuk menggerakkan warga memang tak semudah yang kita bayangkan.

      Reply
    • Betul, berkat semangat warga dan dukungan dari pihak luar seperti Astra. Ternyata harapan untuk mengubah wajah negeri masih sangat mungkin.

      Reply
  10. Sebenarnya masyarakat itu bukan males ternyata ya tapi butuh motor penggerak jadi tahu bagaimana memulai dan bagaimana selanjutnya seperti bu Silvia itu. Semoga makin banyak yg seperti bu Silvia, tidak hanya mengkritik saja.

    Reply
  11. Kampung Rawajati keren euy..
    Btw jaman now nabung ga hanya uamg dan kesehatan ya.
    SAmpah pun harus ditabung sesuai dengan jenisnya, saluuut!

    Semoga permasalahan sampah di Indonesia mulai teratasi dengan cara peduli aksi diatas yaaa.

    Reply
  12. Wah… di jakarta ada kampung seperti ini pasti seru… berasa di beda dunia ya mba. Saya suka banget dengan lingkungan yang hijau begini. Apalagi partisipasi masyarakatnya terasa sekali..

    Reply
  13. Nggak mudah loh untuk mengumpulkan segala macam sampah kering. Kadang maunya cepet, jadi satu aja .

    Ini programnya keren banget yaa.. Bisa di daur ulang juga

    Reply
  14. Salut siy sama Astra yang mendukung terciptanya daerah2 di Ibukota untuk melawan sampah. Aku masih PR banged niy buat memilih sampah anorganik. Semoga aja ya Mba makin banyak Kampung Rawajati2 lainnya yg peduli dgn lingkungan.

    Niwey itu PAUDnyaa adem bengedd yaa Mbaa, pasti anak2 betah dech buat belajar dan bermain disana.

    Reply
  15. Sebagai orang Tangerang yang bertetangga dengan Ibukota, senang melhat banyaknya Kampung Berseri Astra di sudut-sudut ibukota. Semoga semangat Astra dalam mngembangkan kampung-kampung di seluruh Indonesia bisa menginspirasi semua pihak yang ingin Indonesia menjadi lebih baik, baik warga, pihak swasta dan juga pemerintah.

    Reply
  16. Kampung binaan Astra ini nyenengin ya tempatnya, khususnya yang di tengah kota besar, adem2 suka liatnya.
    Keren pengelolaan sampahnya, moga warganya konsisten nabung sampah 😀

    Reply
  17. Program yang bagus. Semoga segera terealisasi tembus swalayan ya, amin. Sehingga produk2nya bisa dengan mudah dijangkau masyarakat lebih luas

    Reply
  18. seneng yaa liat kampung yg berseri2 begini 🙂

    dulu aku pernah mba… nyoba nabung sampah plastik dan buku, kardus, barang rongsok di gang tempatku. tiap hari sabtu aku nyegat mamang rongsokan sepeda buat nimbang hasil sampah yg dikumpulin warga. baru sebulan berjalan, si mamang tetiba menghilang tiap hari sabtu. usut punya usut, ternyata kegiatan kami itu ga disukai para pemulung komplek yg biasa aduk2 sampah warga cari sampah yg bisa dijual. yah balik lagi deh… kami buang sampah rongsokan yg bisa dikilo itu di tempat sampah untuk rejeki para pemulung. Padahal uang yg kami peroleh dari jualan sampah lumayan lhoo… semua masuk uang kas warga gang 🙂

    Reply
  19. Berharap suatu saat, pemukiman padat di kota-kota besar disulap jadi kampung hijau seperti ini. Gak nyangka di area pemukiman padat bisa ada kampung berseri seperti ini. Semoga makin sukses program CSR Astra menjangkau lebih banyak kampung lagi.

    Reply
  20. Kalau menemukan tempat seperti ini di Jakarta memang kadang-kadang suka gak percaya kalau masih di Jakarta. Soalnya Jakarta kalau gak glamour karena gedung perkantoran dan pusat hiburan, di sisi lain juga kumuh untuk banyak perkampungan padat penduduknya. Semoga aja semakin banyak perkampungan yang seperti ini. Jadi Jakarta juga bisa asri

    Reply
  21. Iya asri banget Rawajati kayak bukan JAkarta y mb, dan aku suka sama yang mengubah sampah jadi uang koran bekas bisa jadi keranjang keren gitu warbiyasah semoga menginspirasi yang lainnya

    Reply
  22. Ngeliat kampung berseri astra emang selalu bikin sejuk dan seger mata ya dengan pemandangan pohon2 hijau dan bersih pula

    Reply
  23. Salfok dengan keranjang dari koran bekas..mirip bener sama keranjang rotan euy. Juga bunga hiasan dari botol air kemasan..Syantiik
    Sukses untuk program KBA dari Astra semoga jadi sumbangsih untuk negeri yang bisa diadopsi di kampung-kampung lainnya. Jika ada dua tiga empat lima..banyak kampung seperti Rawajati ini alangkah indahnya Indonesia!

    Reply
  24. Kerwn ya Mba…di Jakarta ada yg ijo royo2 kyk gini.. Suka dgn program CSR yg manfaatnya berkepanjangan kyk gini. Kayak sedekah engga memberi ikannya tp memberi kailnya…mantaps

    Reply
  25. Saya selalu kagum kepada para pahlawan lingkungan, terutama mereka yang menggerakkan bank sampah. Mau berkotor2 untuk mengumpulkan sampah lalu mengelolanya. Ini butuh energi yang luar biasa.

    Reply
  26. Nggak nyangka ini ada di Jakarta, mba. Kesan Jakarta panas dan kumuh nggak nampak di kampung Rawajati.
    Semoga makin banyak kampung di Jakarta yang mengikuti jejak Rawajati, agar polusi dan panasnya Jakarta bisa dikurangi.

    Reply

Leave a Comment