Resensi “Great Mom, Strong Son”

Kelahiran anak kedua pada tahun 2014 seolah melengkapi hidupku sebagai seorang perempuan. Setelah melalui hari-hari penuh kegemasan dengan barang-barang berwarna pink bersama Najwa, kelahiran Najib adalah awal dimulainya kejutan-kejutan baru dalam hidupku.

Iya, anak laki-laki memang penuh kejutan. Kejutan-kejutan itu setidaknya yang membuatku sempat kewalahan ketika harus mengawal dua balita berjenis kelamin berbeda, karena tidak setiap hal yang kuterapkan pada pengasuhan Najwa berlaku sama pada adik laki-lakinya.

Najib kecil sangat berani mengambil risiko, “baterai” dalam tubuhnya seolah tak butuh di-charge ulang dan enggak pernah mau kalah dari kakak atau teman-temannya.

Tumbuh kembang Najib dan Najwa pada rentang usia yang sama juga tak seragam. Ketika Najwa kecil sangat ceriwis dan pandai merangkai kata. Najib kecil justru sebaliknya., Ia lebih banyak diam, tapi pada usia 13 bulan sudah berani mengayuh sepeda roda tiga.

Kejutan-kejutan yang kualami bersama Najib akhirnya membuatku banyak mencari referensi tentang anak laki-laki. Dari sekian banyak buku dan bahan bacaan yang sempat menarik perhatian, “Great Mom, Strong Son” adalah koleksi pertama yang mengulas segala hal tentang anak laki-laki dengan sangat mendetil namun disampaikan dalam bahasa ringan.

Baca juga: Tantangan Parenting with Threenager

Resensi Great Mom, Strong Son

“Great Mom, Strong Son” adalah buku duet dua orang ibu modern yang dalam pengamatanku memiliki kehidupan religius. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman mengasuh anak laki-lakinya, tapi tentu saja dielngkapi studi kasus dan pustaka, serta diperkaya latar belakang keilmuan Jessica di bidang psikologi.

Kebetulan keduanya adalah teman menulis di beberapa komunitas yang kuikuti, sehingga sedikit banyak aku pun mengikuti kerempongan mengasuh anak laki-laki yang menjadi keseharian mereka.

Tapi, siapa sangka kerempongan tersebut kini justru berbuah berkah dengan diterbitkannya buku parenting setebal 160 halaman ini. Sebuah buku yang membahas lika-liku mengasuh ksatria kecil yang kelak akan menjadi salah satu bintang di masa depan.

Buku yang disajikan dalam tujuh bab ini mengulas tentang pengasuhan khusus untuk anak laki-laki. Dimulai dari bab pertama yang mengajak orangtua mengenali seorang anak laki-laki secara utuh, mulai karakter, hormon, fisik, sifat dasar sampai cara anak laki-laki berpikir.

Harus kuakui, baru membaca beberapa halaman saja aku sudah seperti membaca petualanganku sendiri. Karena semua hal yang kedua penulis paparkan dalam bab pertama ini sangat dekat dengan pria kecil yang setiap hari bergelanyut manja di sebelahku..

Baca juga: Mendongeng untuk Melekatkan Kenangan

Pada bab berikutnya, Bety dan Jessica sangat memahami bagaimana seorang ibu memiliki posisi sangat penting dalam pengasuhan anak laki-laki. Selain membahas tentang tujuan pendidikan yang jelas untuk masa depan anak, membekalinya dengan etika dan sopan santun serta membentuk cara pandang yang benar tentang seorang wanita.

Semua ibu pasti mengharapkan anak laki-lakinya menjadi pria penyayang dan bertanggung jawab pada istri dan keluarganya, bukan? Nah, pada bab inilah pembaca diajak menyiapkan sosok hebat itu untuk masa depan.

 

Setiap orang ingin diterima. Ya, setiap orang. (hal 60)

Tidak hanya perempuan, laki-laki pun butuh penerimaan dari sekitarnya. Iya, karena setiap orang memang butuh penerimaan. Pada bab berikutnya duo mama penulis dengan pengalaman mengasuh jagoan ini mengulas lebih banyak tentang sebuah hubungan. Bagaimana menjaga kehangatan orangtua dengan anak laki-laki meskipun tak melulu melalui pelukan. Bagaimana menjadi orang yang paling dipercaya dan dapat menerima anak utuh, apa adanya. Juga bagaimana membuat mereka merasa dibutuhkan, dihargai sehingga terpenuhi segala “kebutuhannya”.

 

Tidak ada yang benar-benar akan memberitahumu bahwa bagian terberat dan paling menantang dari fase motherhood adalah melihat anakmu bertumbuh-Anonim (Hal 72)

Setiap ibu merasakan kerepotan saat mengasuh balita-balita kecilnya. Wajar, aku pun mengalaminya. Hingga setiap malam aku berdoa semoga mereka cepat besar, sehat sehingga aku tak perlu terus-terusan bergulat dengan acara momong yang tak ada jeda-nya.

Tapi tunggu dulu. Karena nyatanya masa itu tidaklah lama. Bahkan hanya sepersekian persen dari kerepotan hidup yang benar-benar tidak ada habisnya.

 

Great mom strong son

Pada bab selanjutnya penulis mengajak pembaca menyadari kenyataan bahwa hal terberat dari menjadi ibu adalah melihat anak-anak kita tumbuh menjadi remaja, kemudian dewasa. Tiba-tiba saja ibu-ibu seperti aku yang memohon pada Tuhan agar si kecil segera tumbuh besar mulai merindukan masa-masa menyusui yang begitu hangat. Mengingat kembali setiap langkah kecil mereka. Kemudian menangis sendiri karena sadar masa itu tak pernah kembali.

Bab yang ini juga membahas tantangan membesarkan anak laki-laki pada usia dini—yang harus kuakui berbeda dengan membesarkan seorang putri kecil. Selain itu penulis juga membahas dinamika masa remaja yang katanya masa pencarian jati diri, bagaimana membentuk anak laki-laki sehingga memiliki pribadi yang berintegritas. Lengkap dengan tips dan resep rahasia yang bisa langsung diaplikasikan.

Baca juga: Home is Where the Heart Is

Dalam buku parenting ini Bety dan Jessica juga mengajak pembaca untuk mengevaluasi kembali model pengasuhan yang terlanjur kita terapkan. Tentu saja tak ada yang salah, karena setiap ibu—orangtua—selalu ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya. Tapi tak ada salahnya melakukan evaluasi untuk menemukan kemungkinan adanya celah yang kurang menguntungkan.

Nah, yang paling menggembirakan dari “Great Mom, Strong Son”  adalah ajakan untuk kaum ibu agar selalu bahagia. Karena seperti yang kita—aku dan mungkin teman-teman semua yang berstatus ibu—ketahui, tantangan mengasuh anak sudah tak seperti zaman kita kecil dulu. Belum lagi maraknya “serangan” dari sesama perempuan yang sering kali berkedok “kesempurnaan”, tak sedikit dari para ibu yang mengalami masa-masa sulit bernama depresi, yang berujung perasaan gagal menjadi ibu.

Bety dan Jessica tahu betul tantangan kaum mereka. Itu sebabnya pada bab yang diberi judul sangat unik, yaitu “Kain Lap atau Lampu Kristal?”, terasa sekali aura semangat dari keduanya untuk mengajak ibu-ibu tetap bahagia, mencintai dirinya sendiri dan menyimpan “cahaya” masing-masing.

Akhirnya, sampailah kita pada bagian akhir bab yang menuliskan cerita dari nara sumber terpilih tentang pengalaman pengasuhan dengan ibu-ibu mereka dan bagaimana mereka mengenangnya.

Sebagai penutup, Bety dan Jessica juga merangkai kata-kata indah untuk jagoan-jagoan mereka. Rafael dan Kevin yang mengajarkan banyak hal pada Bety, juga  Dave dan Jonathan yang baru saja dikarunia James sebagai jagoan ketiga dalam keluarga Jessica.

Overall, aku suka buku ini. Seperti yang kubilang di awal buku ini sangat ringan. Banyak ilmu di dalamnya namun dikemas dalam bentuk sharing pengalaman. Beberapa tips yang disertakan juga sangat applicable dan bisa diterapkan siapa saja.

Untuk layout dan tampilan buku secara keseluruhan juga nyaman di mata. Tapi, buku ini mungkin akan lebih menonjol jika pada bagian cover depan disertakan grafis yang lebih menarik.

Anyway, sebagai teman dan sesama ibu dengan jagoan kecil yang luar biasa, aku harus mengucapkan terima kasih untuk Bety dan Jessica yang telah menulis bahan bacaan yang sangat berkualitas. Tak lupa kuucapkan selamat, karena dalam kerempongan yang tak bisa dideskripsikan akhirnya buku ini lahir juga. Bravo!

 

Great mom strong son

 

Data Buku “Great Mom, Strong Son”

Judul: Great Mom, Strong Son-Rahasia Mendidik Anak Laki-Laki Menjadi Pribadi Super

Penulis: Bety Kristianto dan Jessica Valentina

Penerbit: Penerbit Andi

Editor: L. Mayasari

Tebal: xvi + 160 hlm

Tahun terbit: 2018

ISBN: 978-979-29-7174-3

e-ISBN: 978-979-29-7177-4

 

37 thoughts on “Resensi “Great Mom, Strong Son””

  1. Aq juga uda beli bukunya ini Mbak, tapi aku belum sempat baca sampai tuntas. Tiap mau baca diribetin si kecil duo terus. Akhirnya gagal lanjutin deh… Tp aku lihat2 sekilas emang bagus isinya. Mengena banget. Apalagi aq jg punya anak laki2

    Reply
  2. Ah iya.. Time fliest so fast mak.. Kadang memang ada sedikit rasa…. Yah kenapa cepet banget anakku sudah remaja.. Sudah mulai main atau punya acara sendiri sama teman2nya. Emaknya gak bisa timang2 lagi hahaaaa…

    Reply
  3. Kayaknya ini buku yg cocok buat aq. Anakku cowo semata wayang. Makin besar makin pintar berargumen..rasanya kayaknya punya pacar baru dan dalam tahap penjajakan gt. Seru sih.. Tp kadang gmn gt rasanya

    Reply
  4. Setuju..hal terberat menjadi ibu adalah ketika melihat anaknya tumbuh besar dan jadi dewasa sehingga lama-alam enggak “butuh” ibunya lagi…
    Hiks dan aku sudah mulai mengalamini dan merindukan masa-masa super rempong itu.
    Sebuah buku yang memang recommended dibaca karena bisa jadi pengingat dan penyemangat diri ini agar menikmati peran jadi ibu kini dan nanti:)

    Reply
  5. Buku ini banyak yang mengulas karena bahasanya ringan dan aplikatif. Seringkali membaca buku parenting dengan judgemental atas ketidaksempurnaa sebuah pengasuhan, jadi ingin ikut membacanya juga mak Naj.

    Reply
  6. Wah asyik dong mba, jadi makin mengenal karakter anak laki2 juga ya, plus nyimak sharing duo mommy itu juga mungkin ya. Anak cowok terkadang perasa juga kok, kalau rasanya ibunya lagi kurang dekat, haha… Pengaruh juga di belajarnya biasanya.

    Reply
  7. Saya udah mulai ngalamin tuh, yang anak sudah mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Padahal masih SD, tapi sudah sering lebih memilih main sama teman-temannya daripada ikut emaknya, huhuhu…

    Reply
  8. Duh, kemarin2 sempat berpikir: kangen dengan masa2 si adek pas bayi. Padahal juga dia ‘baru’ dua setengah tahun. Terasa banget waktu berlalu, hiks. Ternyata dibahas juga di buku ini, ya.
    Iyes, ngerasa banget bedanya ndampingin anak laki-laki dengan anak perempuan. Butuh energi lebih, nih. Termasuk tantangan dari luar yang -emang benar- berupa omongan sesama emak yg agak jleb tentang pola pengasuhan yang kita terapkan. Padahal mendidik anak bukan untuk diperlombakan tapi lebih baik bersinergi.
    Ya, seperti duo penulis kece ini. Nyeritain pengalaman masing-masing dengan cara yg produktif dan bermanfaat untuk emak lain.

    Selamat untuk penulis dan peresensinya juga, dong 🙂
    Btw, baru tahu ada eE-Book nya juga ternyata. Ada di Play Book dong ya

    Reply
  9. Wah, keren nih bukunya..
    Aku pun sekarang mengalami masa di mana anak udah nggak bisa diajak-ajak lagi kalau dia emang nggak pengen. Waktu cepet banget berlalu ya..
    Puas-puasin dan nikmatilah setiap momen berharga sama anak. Karena kalo nanti kita ceritain kelakuan mereka waktu kecil, matanya pasti berbinar-binar penuh makna. Sambil bilang “Wah, waktu kecil aku kayak gitu ya?” Sambil senyum pastinya.. 😀

    Reply
  10. Buku menarik mba. Tapi memang kok ya, rata2 ibu dengan anak pertama cewek..trus anak ke dua cowok, akan terkaget2.

    Untungnya, anakku cowok, baru yang kedua cewek. Dan memang beda. Anakku cowok kinestetik yang hanya diam klo pas tidur..sementara yang cewek auditori, yang lumayan bisa anteng maennya.

    Paling males klo keduanya dah ketemu dalam ajang rebutan, atau ada yang usil. Nah…ini yang sering bikin stress. Doanya sama, semoga cepet gede, biar kerempongan segera berakhir… Tp jd kepikiran juga, klo dah mereka gede…pasti kangen masa mereka bocah lagi…

    Reply
  11. Wah menarik sekali riviewnya mbak jadi bikin penasaran sama buku ini karena bisa untuk memahami perasaan ibu mertuaku yang putranya sekarang hidup denganku. Iya bener banget kadang aku melihat ibu mertuaku khawatir anak laki-lakinya tidak diperlakukan dengan baik saat awal-awal kami menikah.

    Reply
  12. Aku juga punya anak laki, kyknya pas banget neh kalau bacaanya buku ini. Punya anak laki memang beda banget cara mendidiknya sama perempuan mbak. Kebetulan mau punya anak lagi, kalau laki lagi berarti butuh pegangan banget neh buat proses tumbuh kembangnya, harus punya jadi bukunya nih.

    Reply
  13. Meski masih lajang, tapi saya suka banget baca buku buku bertema parenting. Apapun tulisan tentang pengasuhan anak, saya lahap. Matur tengkyuuuu review-nya, Mbak. Love it! Sepertinya buku ini akan menjadi daftar judul buku yang akan saya nikmati juga 🙂

    Reply
  14. Aku jadi pengen punya bukunya juga nih setelah baca review ini. Tulisanmu sungguh bikin aku penasaran sama kelanjutan kalimat2 di bukunya mbak.

    Aku bakal cari buku ini secepatnya 🙂

    Reply
  15. Review-nya menarik sekali, Mbak. Jadi penasaran sama isi keseluruhan buku ini.
    Btw anak saya pertama cowok, kedua ketiga cewek, lalu keempat cowok lagi. Dan sayangnya saya tak menemukan perbedaan yang mencolok tentang pengasuhan diantara mereka. Malah yg dua cewek lebih agresif kalau lihat kertas/buku (seringnya disobek, haha..).
    Oiya, setuju soal kaver bukunya, kurang menarik ya grafisnya. Kayak buku jadul

    Reply
  16. Mbak Damar, peluukkkss!!
    Emang membersamai anak laki-laki itu beda ya? Aku pas awap dapet Yuan, trus Luna trus Aylan.

    Masya Allah tabarakallah, dua anak lelaki dalam hidupku. Kadang rasanya masih enggak percaya, hahahaha.

    Semangat!

    Reply
  17. Baca ulasan bukunya, aku jadi sadar perjalanan aku sebagai ibu masih sangattt panjang ya. Kebetulan anakku juga laki-laki. Ku salut sama duo moms yang bisa nulis sebuah buku di tengah kerepotan nya sebagai ibu

    Reply
  18. Sebagai ibu dari dua anak laki-laki, dimana anak kedua masih berusia 15 bulan, sepertinya buku ini harus masuk dalam daftar pustaka saya. Makasih mba Damar untuk ulasannya yang sangat komplit 🙂

    Reply
  19. Wajib baca niiih. Secara saya sekarang punya dua anak laki-laki yang aktif bangeeet. Harus tahu cara membersamai mereka ini.
    Catet aahh, ntar cek di Gramed, moga stocknya ada.

    Reply
  20. Mbak Damar, anakku 3 yang cowok 2.

    Mantap banget lah rasanya mengasuh mereka berdua. Terutama si abang, karena dia anak yang paling gede dan problematikanya makin banyak.

    Aku bener2 penasaran sqma buku ini. Nanti pinjem mbak Yeni ah.
    Makaaih rsviewnya mbak

    Reply
  21. keren banget inii buku nyaaa.. cocok buat saya yang masih awam untuk masalah pengasuhan anak (maklum ibu baru). hhehe.. terlebih punya anak laki yang super duper aktif..

    berapa yaa harganya ini? pengen banget baca ini..

    Reply
  22. Sebagai ibu dari anak laki-laki yang sedang pada fase “bandel2’nya
    Aku sepertinya butuh deh buku ini
    Isinya sepertinya pas banget nih mengulas segala kompleksitas hubungan ibu dan anak

    Reply
  23. Butuh banget buku ini buat ngedidik 2 anak laki-laki di rumah. buat pegangan gitu ya.
    Rasanya semakin besar semakin bisa berargumen sama orang tua, sampe suka kehabisan akal buat jawab2

    Reply
  24. Jadi ingat bertahun-tahun lalu, mengasuh dua bujang kecilku. Buku seperti ini pasti akan sangat membantu. Semoga tiap ibu yang mempunyai anak lelaki bisa menerapkan dalam keluarganya

    Reply
  25. si kecil biar seneng main, super aktif, masih nempel banget sama saya. Tapi, dia cewek sih. Sementara buku ini anak cowok ya. Mengutip dari omongan ibu saya, emang beda banget ngurus saya ama saudara saya yang cowok.

    Reply
  26. Pembelajaran mendidik dan membesarkan anak selalu saja menarik untuk dipelajari. Orang tua sebagai pemegang amanah terbesar memang harus full dalam menjalankannya ya.

    Btw ini bukunya berapaan ya…

    Reply
  27. Bukunya bagus banget ya mbak. Penasaran pengen baca..

    Saya pun setelah punya anak kedua ini langsung ngerasa kalau setiap anak berbeda. Mereka punya keunikan masing-masing.

    Kita sebagai orangtua benar-benar dituntut untuk belajar, belajar dan belajar. Agar dapat terus membimbing mereka dengan baik 🙂

    Reply
  28. Terakhir ke gramed deket rumah buku ini blm ada, coba deh next week. Tapi kyknya udah sering liat buku ini nongol di timeline medsos gtu.
    Anakku jg ada yg cowok, beda banget karakternya ma cewek. Yg cowok malah kalem hehe. Ah ntr cari bukunya ah TFS

    Reply
  29. Ah aku tertarik untuk baca isinya, rasanya perlu beli buku ini deh, kepingin banget punya anak laki-laki soalnya, biar pas punya anak bisa diimplementasikan.hehe

    Reply

Leave a Comment