Celebrating United Nation Day 2018 – Kontribusi Anak Negeri dalam Implementasi 17 Butir SDGs

Belum sepekan sejak terakhir kali mendatangi Museum Nasional, Jumat itu aku kembali ke sana bersama beberapa orang blogger dari komunitas perempuan. Bukan untuk menyaksikan festival dongeng seperti sebelumnya, kali ini kami hadir untuk peringatan United Nation Day 2018 yang tahun ini  sangat spesial karena bertempat di Jakarta.

UN and Us: Enganging People in the Realization of 2030 Sustainable Development Agenda merupakan tema yang diambil untuk peringatan yang disajikan dalam bentuk talkshow dan photo exhibition – yang memamerkan foto-foto kegiatan PBB dan kerjasamanya dengan Indonesia.

 

SDGs
Menteri Luar Negeri RI – H.E. Retno LP. Marsudi

 

Acara sore itu terkesan “hangat” meskipun tak lepas dari suasana seremonial karena kehadiran Menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi, sebagai keynote speaker. Di samping hadir juga beberapa delegasi dari PBB dan tentu saja sambutan dari Ibu Anita Nirody selaku UN Resident Coordinator in Indonesia.

Mbak Indah Nuria Savitri sebagai pembawa acara sangat piawai menghadirkan atmosfer akrab dengan gaya memandu yang sangat bersahabat dan suara yang begitu “renyah”. Kami pun sebagai peserta tidak merasakan kebosananan yang berarti, meskipun harus melalui sesi demi sesi sambutan dan pidato yang 90%-nya disampaikan dalam bahasa Inggris.

 

17 Goal dalam Sustainable Development Agenda 2030

Peringatan United Nation Day kali ini memang lebih banyak membahas tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, atau biasa disebut Sustainable Development Goals (SDGs) yang tengah menjadi agenda PBB hingga tahun 2030.

Melanjutkan MDGs ( Millenum Development Goals) yang telah lebih dulu dicanangkan pada tahun 2000 dengan target goal pada 2015, SDGs memuat 17 butir tujuan yang telah disepakati 193 negara anggotanya untuk dicapai hingga tahun 2030.

Adapun 17 butir dalam Sustainable Development Goals tersebut meliputi:

Tujuan 1 – Tanpa kemiskinan.

Tujuan  2 – Tanpa kelaparan.

Tujuan 3 – Kehidupan sehat dan sejahtera.

Tujuan 4 – Pendidikan berkualitas.

Tujuan 5 – Kesetaraan gender

Tujuan 6 – Air bersih dan sanitasi layak

Tujuan 7- Energi bersih dan terjangkau

Tujuan 8 – Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi

Tujuan 9 – Industri, Inovasi dan infrastruktur

Tujuan 10 – Berkurangnya kesenjangan

Tujuan 11- Kota dan komunitas berkelanjutan

Tujuan 12 – Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab

Tujuan 13 – Penanganan perubahan iklim

Tujuan 14 – Ekosistem laut

Tujuan 15 – Ekosistem daratan

Tujuan 16 – Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh

Tujuan 17 – kemitraan untuk mencapai tujuan

Untuk penjelasan dari setiap tujuan tersebut, teman-teman bisa langsung saja ke situs resmi United Nation tentang sustainable development goals.

 

SDGs
Foto bersama Menteri Luar Negeri, perwakilan PBB dan seluruh pendukung acara.

 

Kontribusi Anak Negeri dalam Implementasi SDGs

Segala bentuk tujuan pembangunan, apapun sifatnya, entah itu tujuan pembangunan nasional atau global. Tentunya setiap negara membutuhkan kontribusi dari masyarakat, terutama generasi muda untuk ikut mengimplementasikan dan menyukseskannya.

Aku sendiri sempat berpikir, dengan profesiku sebagai ibu rumah tangga yang nyambi-nyambi jadi freelance blogger, kira-kira bisa berkontribusi dalam wujud apa ya, untuk menyukseskan SDGs ini? Apa iya, aku cuma berpangku tangan saja?

Semua pertanyaan yang sedari awal berkelindan di kepalaku ini kemudian dijawab tuntas dalam sesi talkshow yang menghadirkan 4 panelis dengan dimoderatori Marvin Sulistio, salah satu presenter muda di Metro TV.

Untuk panelisnya sendiri ada Tasya Kamila-artis cilik yang baru saja menyelesaikan pendidikan master di Columbia University. Didiet Maulana – desainer sekaligus penggagas IKAT Indonesia, Dwi Andayani – Pemimpin Yayasan 1001 buku, dan Donald Santoso – atlet basket kursi roda pada Asian Para Games 2018.

 

SDGs
Empat orang panelis sebagai nara sumber talkshow bertema SDGs

 

Pengalaman Tasya Kamila sebagai Duta Lingkungan Hidup 2014

Dalam sesi sharing yang diberikan kepada Tasya sebagai pembicara pertama, ia banyak bercerita pengalamannya sebagai Duta Lingkungan Hidup pada tahun 2014. Tasya banyak mengenang pengalaman mengunjungi daerah-daerah di Indonesia Timur yang  masih minim aliran listrik, mengalami krisis air bahkan terbatas akses pendidikan dan informasi.

Ada satu bagian lucu yang terus dikenang Tasya hingga hari ini, di mana ia sebagai seorang publik figur yang sudah dikenal dan diidolakan sejak usia dini, ternyata di sana tidak ada yang mengenalnya. Hal ini bisa terjadi salah satunya karena terbatasnya akses informasi baik media cetak maupun elektronik.

 

Didiet Maulana dan 5 Goal yang Sejalan dengan SDGs

Berbeda dengan Tasya yang banyak berbagi pengalaman sebagai publik figur, Didiet Maulana bercerita langkah-langkah teknis yang diambilnya untuk membawa kain tenun ke ranah internasional. Bersama IKAT Indonesia, desainer ternama ini telah membangkitkan kerajinan tenun yang mulai ditinggalkan generasi muda, bahkan tergerus oleh masuknya brand dari luar.

Didiet merasa prihatin ketika anak muda negeri ini merasa bangga dan bersaing memakai brand luar. Sebagai seorang desainer, ia pun tertantang untuk memutarbalikkan keadaan, membuat generasi muda merasa bangga dengan brand lokal yang dibuat dengan memanfaatkan kerajinan asli peninggalan nenek moyangnya.

 

SDGs

 

Melalui IKAT Indonesia, Didiet Maulana memiliki 5 tujuan jangka panjang yang sejalan dengan sustainable development agenda.

Pertama, mengurangi kemiskinan. Melalui IKAT Indonesia, Didiet akan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan sebagai penenun. Hal ini dibuktikannya dengan merekrut kurang lebih 3000 penenun untuk mengerjakan kain tenun selebar 45.000 meter pesanan salah satu bank nasional. Ia  juga merekrut untuk tim kreatif dan pemasaran sehingga produksi tenun terus berkelanjutan.

Kedua, pendidikan. Seiring dengan semakin diminatinya kain tenun sebagai produk unggulan Indonesia, dukungan untuk menjadikan keterampilan ini sebagai ekstra kurikuler di sekolah mulai berkembang. Dua sekolah di SMK 2 Kediri dan Denpasar telah memulainya. Bahkan pihak IKAT Indonesia memberikan pendampingan untuk kegiatan ini.

Ketiga, women empowering. Sebagian besar penenun berasal dari kaum perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Keberadaan IKAT Indoensia banyak membuka peluang bagi mereka untuk berpenghasilan dari rumah, memberikan ruang untuk mengaktualisasi diri dan meningkatkan kepercayaan diri.

Keempat, ekonomi. Salah satu bidang yang tidak bisa dipisahkan dari menggeliatnya industri tenun merupakan perekonomian. Bidang ini menyumbang perputaran ekonomi yang lumayan besar. Melalui IKAT Indonesia yang menginisiasi proses kreatif dan pemasaran, produktivitas dan permintaan pun terus meningkat.

Kelima, keberlanjutan. IKAT Indonesia membina keberlanjutan produksi dengan melakukan pembinaan di sektor hulu, kemudian menjaga keseimbangan antara permintaan pasar dan kinerja penenun sebagai penyedianya.

 

Donald Santoso dan Terbukanya Kesempatan untuk Penyandang Disabilitas

Mungkin tidak banyak yang tahu sosok Donald Santoso. Donald adalah salah satu atlet basket kursi roda, sekaligus pengagas terbentuknya Swift Wheelchair Basketball di Indonesia.

Memulai kariernya sebagai atlet basket kursi roda di Amerika, Donald merasa “terpanggil” untuk pulang ke Indonesia dan mengembangkan basket kursi roda di negeri ini. Seperti yang sama-sama kita tahu, di negara kita ini memang peluang untuk penyandang disabilitas belum sebesar di negara-negara maju, begitu pun halnya dengan bidang yang digeluti Donald. Ia pun berinisiatif untuk menjebol “tembok pemisah” yang ada. Kemudian membuktikan bahwa tim basket ball kursi roda mampu berlaga dalam Asian Para Games 2018.

 

SDGs
Menlu Retno Marsudi menyapa atlet penyandang disabilitas

 

Dwi Andayani, Prihatin dengan Rendahnya Minat Baca Anak Indonesia

Lain halnya dengan pengalaman Dwi Andayani. Perempuan pengagas Yayasan 1001 Buku ini merasa prihatian ketika pada tahun 2001, ia menjumpai anak-anak usia sekolah lebih tertarik untuk mengantri play station ketimbang membaca buku. Ia pun semakin tergerak ketika mengetahui salah satu penyebab rendahnya minat baca anak di sebagian besar wilayah Indonesia disebabkan karena minimnya akses terhadap buku. Baik karena ketidaktersediaan toko buku, harga buku yang terlampaui tinggi, maupun perpustakaan yang tidak terurus.

Dengan semangat besar untuk mengubah wajah negeri ini, Dwi Andayani kemudian menginisiasi gerakan 1001 buku yang diwujudkan dengan mengumpulkan buku bekas sumbangan dari para donatur. Sebulan sekali, buku-buku tersebut kemudian ia kirimkan ke beberapa daerah bersama beberapa volunteer yang tergabung dengan gerakan 1001 buku.

Dengan biaya kirim mencapai angka 6 juta rupiah dan berat paket kurang lebih 500 kg per bulannya, Dwi dan volunteer yayasan 1001 buku harus memutar otak dan menyiapkan dana tersebut dari kantong mereka sendiri. Hingga akhirnya gerakan ini direspon pemerintah melalui PT. POS Indonesia yang kemudian menggratiskan ongkos kirim buku sumbangan setiap tanggal 17 setiap bulannya.

 

Setiap Anak Negeri dapat Berkontribusi dalam SDGs

Sesi talkshow sore itu benar-benar “berdaging”, sampai-sampai aku tercengang dan kembali bertanya-tanya apa yang bisa kulakukan. Tapi, dari sesi talkshow tersebut aku dapat menyimpulkan bahwa setiap orang bisa berkontribusi dari hal yang paling dekat dengan dirinya. Dengan potensi dan keterampilan yang dimilikinya.

Misalnya, jika kebetulan concern di dunia pendidikan, maka kita bisa menginisiasi berdirinya bimbingan belajar gratis, atau pengadaan mini library yang dibuka untuk umum. Jika kebetulan memiliki keahlian di bidang kerajinan, kita bisa menggerakkan orang-orang di sekitar kita untuk belajar keterampilan serupa, kemudian mengoordinirnya dalam produksi skala rumah tangga. Atau, jika kita memiliki kepedulian di bidang lingkungan, maka gerakan zero waste atau penghijauan bisa menyumbang banyak untuk kampanye perubahan iklim yang sedang digiatkan.

Jadi, sekali lagi, untuk turut menyukseskan sustainable development agenda ini kita tidak perlu menyerahkan sepenuhnya pada pemerintah. Masing-masing kita bisa memulainya dengan berbagi informasi baik secara online maupun offline, seperti yang sedang kulakukan sekarang ini. Menulisnya di blog, kemudian membagikannya di media sosial agar lebih banyak yang membaca.

Nah, jika ingin mendapatkan dukungan dari pemerintah, maka tak perlu segan untuk menghubungi instansi yang berkaitan langsung dengan kegiatan yang sedang kita lakukan agar mendapatkan dukungan yang lebih luas.

SDGs
Bersama Mbak Indah Nuria, Mbak Dian dan Mbak Grandys

Bagiku, peringatan United Nation Day 2018 sore itu sangat berkesan, karena kesempatan untuk hadir di acara seperti ini tidak datang setiap saat. Selain itu, aku belajar banyak dari para panelis tentang bagaimana mengoptimalkan potensi yang kita miliki. Mengubahnya tidak hanya berkontribusi untuk kemajuan diri sendiri, tapi juga syarat kepedulian untuk pembangunan negeri ini.

Acara pun diakhiri dengan ramah tamah dan swafoto bersama sesama undangan dan panelis. Yang dilanjutkan coffe break sembari mendengar lagu lawas yang dibawakan dengan cantik oleh grup band jazz NonaRia.

 

Penampilan grup band jazz NonaRia

11 thoughts on “Celebrating United Nation Day 2018 – Kontribusi Anak Negeri dalam Implementasi 17 Butir SDGs”

  1. Terima kasih banyak sudah hadir dan bergabung dengan kita ya mba. Beneeer banget lho kalua kita semua bisa terlibat dan berkontribusi terhadap implementasi SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang idealnya memang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Jangan bosan yaaaa…nanti kita woro-woro untuk kegiatan berikutnya

    Reply
  2. Bangga pastinya ya mba bisa hadir di acara keren ini. Saya jadi kepikiran, apa yang bisa saya lakukan untuk ikut memberi kontribusi nyata sebagaimana yang dilakukan para pemateri di acara tersebut.

    Reply
  3. Setuju sekali

    Dari acara ini aku juga jadi sadar bahwa semua bisa berkontribusi. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan diri sendiri dan negeri ini.
    Salut dengan para panelis dan acara yang meski singkat tapi sungguh bermanfaat.

    Reply
  4. Wah acaranya bagus banget kayaknya terus banyak ilmunya. Semoga indonesia dan kita semua bisa mencapai ke 17 tujuan di atas. Dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil dan dari kehidupan sehari-hari ya mba. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi kantong plastisk, suka berbagi dengan orang2 yang membutuhkan dll

    Reply
  5. Kereeen berkesempatan hadir di acara luar biasa ini. Sambil membaca dari atas ke bawah tadi, aku pun sambil berpikir kontribusi apa yang bisa kulakukan untuk negeri ini. Kemampuanku yang masih umum di bidang pasar modal rasanya akan terus kuasah agar teman-teman semakin terbuka mengenai instrumen pasar modal.

    Selain itu, berbagi lewat tulisan pastinya yaaa.

    Reply
  6. Senengnya bisa hadir di acara keren seperti ini ya, Mbak. 17 goals yang jadi tanggungjawab kita bersama akan tercapai kalau semua orang menyadari dan mau berkontribusi. Energi positifnya nyampe sini, nih. Thanks, ya 🙂

    Reply
  7. Panelisnya keren-keren yaa… Ada Tasha Kamila Duta lingkungan hidup. Lihat goalnya ada 17 macam untuk tujuan pmbngunan berkelnjutan mmg kudu melibatkan bnyk pihak. Siiip mb infonya thx yaa

    Reply
  8. wiih keren-keren bintang tamu dan pembicaranya mbak. Kapan diadakan di kotaku yah?
    17 goal dalam ustainable Development Goals sungguh ideal. Semoga kita semua dapat melakukannya walaupun kecil yang penting bisa memberi kontribusi.

    Reply

Leave a Comment