Tentang Inspirasi Nama Anak-Cerita di Balik Nama Najwa dan Najib

“Wah, pasti terinspirasi sama Najwa Shihab, ya?” Pertanyaan seperti ini tak hanya sekali dua kali mampir pada kami terkait nama Najwa. Ya, mungkin benar, bahwa daya tarik putri Prof. Quraish Shihab inilah yang kemudian menginspirasi kami untuk menyandangkan nama Najwa pada bayi perempuan kami. Tepat pada hari kelima kelahirannya.  Setelah melalui hari-hari yang buntu terkait inspirasi nama anak. Akhirnya, dengan mengucap bismillah, nama Najwa kami umumkan saat aqiqah dilakukan.

Lain Najwa lain pula Najib, tak sedikit yang mengira bahwa kami terinspirasi oleh Cak Nun alias Emha Ainun Nadjib. Banyak juga yang mengira karena ibunya ini terlalu mengidolakan Najip Ali—MC super atraktif di ajang Asia Bagus, yang sempat bermasalah dengan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak . Nah, kalau teman-teman mau tahu apa masalahnya googling saja ya, karena aku sedang tidak ingin membahas masalah itu.

Padahal bukan semuanya, karena sebenarnya nama Najib ini terlintas begitu saja ketika aku ingin mempertahankan gelarku sebagai BukNaj—Ibuk Najwa. Solusinya, nama panggilan anak keduaku pun harus ada unsur “Naj”. Maka Najib dan Najih adalah pilihan yang tepat. Tapi yang kedua di-skip saja, karena Najih Sensei adalah dosen pembimbing idola zaman berstatus mahasiswa. Eh gimana ini, hahaha.

Cerita Penemuan Nama Najwa dan Najib

Urusan merangkai nama untuk anak-anak ini bisa dibilang rumit dan penuh drama. Enggak tahu kenapa dulu itu kok rasanya susah sekali menemukan nama yang cocok. Bisa jadi karena kami berdua memang kurang kreatif untuk urusan yang satu ini.

Di saat orang-orang begitu jenius menggabung-gabungkan nama keduanya sebagai nama belakang anak-anaknya. Kami berdua pun tak mau ketinggalan meskipun hasilnya nihil.

Nama Bastian dan Damar terlalu susah digabungkan. Begitu pun Ais dan Bastian, pokoknya enggak pernah ketemu gabungan yang enak didengar.

Kami pun menyerah dan tidak lagi berencana untuk menggunakan gabungan nama kami. Hasilnya kami terus mencari nama yang baik, meskipun hasilnya selalu last minute.

 

Menemukan Chelmira Najwa Cahyadewi

Dulu, saat usia kandunganku genap 7 bulan dan jenis kelamin Najwa diketahui dengan jelas, aku langsung memutuskan memangghilnya “Chibi”. Iya, Chibi, karena saat itu aku sangat suka pada Chibi Maruko Chan. Selain imut dan menggemaskan, rasanya bakalan lucu kalau memanggil Si Kecil dengan “Chibi…Chibi…Chibi”, wkwkwk. Waduhh, ibu macam apa aku ini, hahaha.

Nah, sejak saat itu, jadilah janin di perutku dipanggil Chibi. Hanya panggilan sementara saja, karena untuk urusan nama, aku sengaja menyerahkannya pada suami dengan harapan nama anak pertama kami penuh doa dari ayahnya.

Kenyataannya meskipun suami sudah mengetahui jenis kelamin anak pertamanya sejak usia 7 bulan, hingga hari kelahiran di usia 9 bulan 20 hari, tak ada satu nama pun yang berhasil dirangkainya. Nama Najwa tetap berdiri tunggal tanpa sedikit pun tambahan di depan atau di belakang. Hingga akhirnya ia pun menyerah pada “kitab” Kumpulan Nama Bayi Laki-laki dan Perempuan. Ia pun bersemedi sampai beberapa hari. Hingga lima menit menjelang acara aqiqah dilaksanakan, nama Chelmira Najwa Cahyadewi terucap lantang dari mulutnya.

Artine opo, Yah?” begitu tanyaku kala itu.

Anak perempuan yang pintar” begitu jawabnya sambil berlalu. Berjalan tergesa-gesa menemui Bu Nyai yang sudah berulang kali menanyakan nama bayi kami.

Sungguh aku tak pernah mencari tahu bagaimana nama Chelmira dan Cahyadewi mampu mengispirasinya di last minute. Bahkan aku tak pernah mencari tahu arti dari setiap kata dalam rangkaian nama tersebut. Aku percaya begitu saja dengan nama dan insyaallah doa yang diberikan ayahnya.

Tapi sungguh terlalu kau wahai pak Suami, bagaimana bisa menemukan nama anakmu saja menunggu dimarah-marahi Bu Bidan dan Bu Nyai. Kalau tahu begini, mending aku saja yang memberi nama. Huft, kezell!

Akhirnya Najib Arya Djati

Lain Najwa lain pula dengan penemuan nama Najib. Saat itu, usia kandunganku masuk 4 bulan ketika dokter menyebutkan jenis kelaminnya.

Masih banyak waktu, kali ini Pak Suami pasti bisa, begitu batinku saat kembali memberikan kepercayaan pada suami untuk merangkai doa—nama untuk anaknya.

Dan benar saja, sejak hari itu ia rajin mencari nama anak laki-laki dalam berbagai bahasa. Ia pun rajin mencorat-coret nama untuk bakal jagoan kecilnya.

Yudhistira, Arjuna, Gilang hingga beberapa nama tokoh pewayangan dituliskannya di tembok rumah kami agar mudah dilihat. Tapi sayangnya, tak satu pun dari nama-nama tersebut disematkan pada bayi laki-laki kami. Karena sekali lagi, Najib baru diberi nama sehari sebelum keluar dari rumah sakit—saat suster berulang kali bertanya siapa nama bayi laki-laki Nyonya Damar. Sunggu terlalu kau, Bang Bastian!

Karena geregetan, aku langsung mengucap Najib sebagai nama panggilannya. Kalau ditanya alasannya apa, ya karena ada unsur “Naj” (nun dan jim) seperti halnya Najwa.

Tapi, sebenarnya bukan itu alasannya, karena Najib berarti keturunan yang mulia (Arab), cerdas dan utama (Islam). Dan, karena sebaik-baiknya nama adalah doa dari orangtuanya, maka aku memilih doa atas kemuliaan bagi keturunanku. Amiin.

Pak Suami pun langsung setuju, maka Najib pun dijadikan nama depan. Menggantikan nama Agan (Anak ganteng ) yang merupakan hadiah dari Budhenya.

Kegalauan berlanjut dengan nama tengah dan belakangnya. Ya, kami sepakat memakai 3 kata untuk nama anak-anak kami. Maka dari itu setelah mendapat nama depan, maka tugas belum selesai.

Bersyukur kegalauan tersebut sedikit mereda ketika datang BBM (Black Berry Mesage) dari adik ipar. Ia pun mengusulkan Arya dari bahasa Sansekerta.

Kami pun setuju dan akhirnya Arya menjadi nama tengah untuk Najib. Tetapi kegalauan belum juga berakhir karena Pak Suami menginginkan nama Damardjati yang berasal dari Damardjati Supandjar.

Suami bilang itu cita-citanya sejak dulu. Bahwa kalau nantinya ia memiliki anak laki-laki, maka ia akan menggunakan nama Damardjati.

Lha tapi, kan jenengku wis Damar, Yah. Mosok podo karo Ibuk e?” begitu tanyaku sambil meringis, menahan nyeri luka operasi.

Lha piye, aku pengin. Terus enak e piye?” begitu jawabnya dengan lesu.

“Ya, sudah. Kita ambil Djati-nya saja. Toh dirimu sudah memiliki Damar seutuhnya, kan?” Wkwkwk, silakan hoek pemirsahhh.

Tanpa negosiasi yang bertele-tele, kami pun sepakat menggunakan Djati sebagai nama belakang.

Beberapa menit kemudian, saat suster kembali bertanya siapa nama bayi Nyonya Damar, maka dengan bangga Pak Suami menyebut Najib Arya Djati sebagai nama jagoannya.

Alhamdulillah. Lega rasanya setelah mendapatkan nama untuk anak-anak kami. Meskipun sepertinya mudah karena ada puluhan “kitab” kumpulan nama bayi laki-laki dan perempuan di toko buku, nyatanya tetap tidak mudah.

Jadi enggak heran kalau ada sebagian orangtua yang kezel ketika ada yang menyamai nama anaknya. Lha tapi kan nggak bisa gitu juga kali, lha inspirasi nama anak itu memang pating tlecek di mana-mana, kok. Ya kecuali itu tadi, dipatenkan, hahaha.

Ya, begitulah postingan unfaedah hari ini. Sekedar untuk mengabadikan cerita saja karena aku orangnya lalen. Kalau begini, kan, besok-besok Najwa dan Najib bisa membaca. Agar mereka juga tahu bahwa nama mereka tidak didapatkan dengan mudah. Ada galau dan mumet-mumetan. Ada kebaikan dan insyaallah doa untuk keduanya.

 

 

 

 

 

41 thoughts on “Tentang Inspirasi Nama Anak-Cerita di Balik Nama Najwa dan Najib”

  1. Unik itu gegara BukNaj, adiknya ikutan.
    Nama anak keduaku, Diani Apsari, ceritanya artinya cahaya bidadari. Dian, cahaya. Padahal itu tuh dari Didit-Hani. Anaknya kecewa, kok gitu aja ngarang nama. Eh…pas punya anak sendiri, 3 nama, nama belakang Priyasa, dari Supriyadi-Apsari. Wkwkwk…emang gampang ngarang nama.

    Reply
  2. Setiap orangtua besar kemungkinan menghabiskan banyak waktu untuk memilih nama terbaik bagi anak-anaknya. Ingin nama anak tersebut mempunyai arti bagus, menjadi doa, dan sebagian orang lainnya ingin punya anak yang namanya nggak pasaran. Meskipun ini seperti mimpi mengingat di dunia ini ada entah berapa milyar orang yang mungkin satuuu aja namanya mirip dengan kita atau anak kita.

    Jadiii … Tetap menjadi BukNaj sejati ya, Mbak, huehehehe …

    Reply
  3. Lain anak pertama lain pula anak kedua ya mbak. Setiap nama memiliki kisahnya sendiri. Begitupun dengan kedua anakku. Abis baca ini aku jadi pengen nulis tentang inspirasi nama anakku juga nih. tapi gak tahu kapan. Lha pas banget beberapa waktu lalu si Shofa protes katanya gak suka dengan nama shofa. setelah aku jelasin asal usul namanya beserta artinya, barulah dia menerima.

    Reply
  4. Oalah ngono to critane…kkwwk
    Penuh liku dan perlu waktu untuk sebuah nama yang akan disandang selamanya oleh buah hati Pak Bastian dan Buk Damar..
    Heboh tapi seru.
    Pasti kalau nanti pas sudah ngerti Najwa dan Najib baca cerita ini akan merasa sangat bahagia. ..
    Tapi aku jadi merasa yang marah anake ditiru nama mungkin juga punya alasan kenapa demikian ya
    Mesti buka berapa buku kali itu..:D

    Reply
  5. “Ya, sudah. Kita ambil Djati-nya saja. Toh dirimu sudah memiliki Damar seutuhnya, kan?” Wkwkwk, silakan hoek pemirsahhh
    Senyum sendiri, asli wkkwkwkwk

    Iya ini bahan bicaraan yang hits di akun Mak Lambe ya, Mbak.
    Aku ada juga cerita sih dari temanku kerja, tapi emang sengaja nyamain namanya anak temenku, percis, cuman nama tengah aja beda. Kesel ada, tapi gimana, kan emang nama nggak bisa dipatenkan wkwk.
    Pating Tlecek wkwkkwkw

    Reply
  6. Mencari nama untuk anak-anak itu memang seru ya, masing-masing punya sejarah dan kisah unik. Gak mudah juga dapet nama yang klop di hati dan disetujui keluarga, karena nenek kakek pun biasanya urun rembuk pengen nyumbang nama. Hehe…

    Reply
  7. Mencari nama untuk anak-anak itu memang seru ya, masing-masing punya sejarah dan kisah unik. Gak mudah juga dapet nama yang klop di hati dan disetujui keluarga

    Reply
  8. ya ampun itu detik2 udah dimarahin wkwkwk akhirnya tercetus Najwa duh pak suaminya mba bikin aku gemas pengen nakol deh 😀

    nama anak-anakku dari aku semua mba cuman anak pertama aja yang tadinya mau 3 suku kata dihilangkan jadi 2, untuk nama anak kedua juga aku yang mikirin 😀

    Makanya nama anak2ku diawali huruf H wong emaknya huruf H wkwkk

    Reply
  9. Penuh perjuangan ya cari namanya hihihi. Nama tengahnya Najib sama kaya mama tengah anakku nih, itu juga ditemuin waktu mau keluar rumah sakit buat ngurus Surat Keterangan lahir.

    Jadi pas ya Double N Najwa dan Najib

    Reply
  10. Hehe, kok pas. Tadi saya dan ibuk baru ngomongin tentang seseembak artis yg marah karena nama anaknya “dijiplak”. Yaa, orang macem2 sih, ya. Siapa tahu memang perjuangan ngasih namanya penuh drama dan pake bertapa segala 😀
    Yang jelas seseru cerita BukNaj ini lah.

    Hampir mirip saya dan suami nih prinsipnya. Nama anak kudu ada miripnya. Depannya harus sama2 ada ” Ha”-nya mengingat bapaknya bernama Hari alias demi lestarinya marga “Ha” 😀

    Btw, apa nanti BukNaj mau cari nama untuk yg ketiga? #ehh

    Reply
  11. Karena nama anak itu merupakan doa dari orang tuanya, jadi proses untuk mendapatkan nama anak memang perlu perjuangan ya, Mbak :))
    Saya dulu menyerahkan nama anak perempuan saya pada suami. Sedangkan untuk yang kedua, saya ikut urun ide hehehe

    Reply
  12. Najib Arya Djati. Cakep mbak…

    Arya sama dengan panggilan nama anakku yang sulung, Mbak. Hihi
    Memang kuakui nyari nama itu susaj-susah gampang. Aku juga selisih mulu sama misua. Di detik2 terakhir baru deh nemu yang klik. Sholih sholihah ya Najwa dan Najib.

    Reply
  13. Urusan nama ini memang njlimet yaa. Aku juga buka kitab nama sana sini, padu padan koq susah cocok. Pas udah ketemu, koq ya rasanya emang udah namanya begitu 🙂

    Reply
  14. Hahaa, iya niiih aku juga bisa ngerasain apa yg Franda rasakan sihh
    Mangkel aja kalo nama anak dicopas ye 😀
    Tapi yaaa piye maneh, resiko udah di-upload di kancah digital sih yaaa

    Reply
  15. Karena nama adalah doa ya mbak.. makanya nggak asal ambil nama. Lalu disematkan penuh cinta, yang terasa kalau kita memanggilnya. Kadang kasihan kalau ada anak yang namanya kurang bagus, pasti pernah digodaian, atau dibully bareng2 .

    Reply
  16. Ini mending mba…meski last minute akhirny ketemu. Lha suamiku udah tak pinjemin kamus bahasa sansakerta teman, nggak nemu2 juga…akhirnya aku yang mlototi kamus. Ketemu rangkaian raka adhi gunattama..

    Raka karena dulu ada sinetron, tokohnya nama nya Raka, cakep, pinter…dokter..

    Trus nyari artinya. Ternyata kakak. Adhi artinua unggul, gunattama, sholeh.

    Anak ke dua, suamiku cuma urun salsabila. Yang bagian alya amira aku yang ngrangkai…

    Reply
  17. Ya ampun Najip Ali dulu sering lihat di TV entah udah SD apa blm ya waktu itu. Hihi. Emang seru heboh gitu ya orangnya asik. Emang proses nyari ide nama anak itu memusingkan sekali ya Mak, aku baru ngerasin sekali, hehe

    Reply
  18. Namaku lho pasaran, kalau ada yang manggil suka ikut nengok. Entah ya apa perasaan ortuku, cuek kali, ckckck

    Dan aku udah ada nama buat anak padahal single. Tapi sekarang mikir sih kalau nanti udah ada anaknya, tetep diskusi sama pasangan

    Reply
  19. Aku juga urusan nama anak diserahkan ke suami karena tak pandai cari nama. Hehe…
    Terpenting namanya mengandung doa yang baik.

    Reply
  20. Lagi rame nih soal nama anak, gara2 kasus artis itu yang dihujat oleh orang banyak itu 🙂
    Seru banget sejarah pemberian nama anak. aku sungguh gak kreatip kalo disuruh menggabung2kan dua kata gitu, yoweslah yang ada aja dari buku bayi. artinya bagus, yaudah itu aja :)))

    Reply
  21. Dulu aku juga kesusahan menggabungkan nama yang aku inginkan menjadi rangkaian nama yang cantik. Alhasil karena kesulitan itu, nama anakku berubah 360 derajat karena waktu lahiran, pihak rumah sakit udah minta nama bayinya terus

    Reply
  22. Mbak, maaf ya saya kok ngakak pas bagian Damardjati itu hahahaha. Alhamduillah ketemu jalan tengah ambil Djati-nya, ya. Btw bisa loh Damar-Bastian digabungkan jadi nama, yaitu Damba. Eeeeaaaa. Saya dulu pas mau kasih nama buat anak malah disarankan sama mertua untuk gabungkan nama saya dan suami, tapi sayanya nggak mau. Hahahaha. Akhirnya dapat nama Hammam dari Trans TV yang pas banget lagi nayangin acara islami (lupa nama acaranya), tentang nama-nama yang paling baik.

    Reply
  23. kalau anak-anakku namanya campuran dari nama Batak (asal daku) dan Jawa (asal Bapaknya) plus ditambah nama yang berasal dari bahasa Arab, biar agak beda dari orang lain 🙂
    Jadi pengen juga bikin postingan sejarah nama anak.

    Reply
  24. MasyaAllah keren yaa kak nama-namanya dan cari namanya hehe bisa jadi referensi nih yaa cara-cara cari nama anak hehe. Disetiap nama ada harapan dan doa dari orang tuanya untuk anaknya, semoga semuanya dimudahkan sama Allah yaa kak 🙂

    Reply
  25. Karena selain sebagai Do’a. Nama juga adalah “warisan” pertama dari Orangtua untuk Anak-anaknya ya Mba. Aku dulu waktu menyiapkan Anak pertama, tidak terlalu lama karena nama tersebut sudah ada di angan2 sejak masih di bangku SMA, pikiran saat itu karena “itu diambil dari Nama salah satu Surat dalam Al-Qur’an yang paling disukai Baginda Rasul”, tapi untuk Anak kedua sangat lama menentukan namanya, karena perasaanku kuat mengatakan kalau aku hamil Baby Girl, padahal hasil USG selalu menunjukkan Baby Boy. akhirnyaaa nama disahkan saat aku pembukaan ke-8, haha. Masya Allah.

    Reply
  26. Ceritanya seru sekali Mbak Damar. Dan memang banyak ortu itu, menggabungkan nama mereka untuk nama belakang anaknya. Misalnya teman saya, nama belakangnya Basmar, gabungan dari Basir dan Martha. Kalau Mbak Damar dan Mas Bastian, bisa lho, pakai Basmar hahaha.
    Najib Ali saya suka tuh, Mbak, sejak zaman Asia Bagus. Kocak hehehe.

    Reply
  27. Saya pun lumayan lama menemukan nama. Sadar diri kalau suka bosenan. Nah jangan sampai dong kasih nama anak, trus saya bosen. Masa’ harus ganti lagi hahaha

    Reply

Leave a Comment