KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya, Cerminan Kampung dengan Semangat Mengubah Kualitas Kehidupan

Sempit, panas, berantakan, kotor, dan gersang, mungkin suasana tersebut yang tergambar dalam pikiran kita tentang suasana perkampungan padat penduduk di Jakarta. Keterbatasan lahan membuat masyarakat terpaksa membangun rumah secara berdempetan. Tembok-tembok berhimpitan dengan rumah warga lainnya. Gang-gang sempit tampak di sana-sini, berbaris, berderet dan bersambung antara gang satu dan lainnya, hingga terlihat persis seperti labirin.

Jangankan mengharap udara yang segar. Atau, jalanan yang bersih dengan sampah-sampah tersimpan rapi di dalam bak pembuangan sementara. Tak jarang, pemandangan yang kita temukan di perkampung padat penduduk hanyalah kotoran di sana-sini. Sampah berserakan dan menjadi tempat bergumulnya tikus juga kecoa. Salran air mampet karena tertutup kotoran atau lumpur. Hampir mustahil mendapatkan lingkungan yang asri di area perkampungan padat penduduk seperti di Jakarta.

Namun, pemandangan berbeda akan kita dapatkan ketika berkunjung ke RW 01 Sunter Jaya. Perkampungan yang memiliki luas wilayah 12 hektare dengan 24 RT dan terletak di wilayah administrasi Tanjung Priok ini menyajikan pemandangan yang berbeda. Rasanya hampir tak percaya bahwa wilayah tersebut berada di salah satu pemukiman padat yang berjarak 2 kilometer dari Danau Sunter, Jakarta Utara. Wilayah ini seolah memberikan harapan baru, bahwa keterbatasan lahan bukanlah halangan untuk menghadirkan suasana hijau, bersih, sejuk dan asri di area sudut padat di Jakarta.

Perjalanan Warga RW 01 Sunter Jaya untuk Mengubah Wajah Lingkungannya

Tumbuhnya kesadaran warga untuk memilah sampah dan melakukan penanaman di lahan terbatas (foto: IG: proklim_sunterjaya01)

Wajah RW 01 Sunter Jaya yang hari ini kita lihat bukanlah sulapan. Semua dimulai sejak tahun 2008, ketika gang dan saluran air di wilayah RW 01 dipenuhi sampah. Hal ini dikarenakan minimnya kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya, banjir tak dapat dielakkan lagi karena minimnya resapan dan saluran air yang tidak lancar.

Melihat situasi memprihatinkan yang sangat merugikan secara finansial dan berbagai kelelahan yang akan ditimbulkan, Bapak R.B. Sutarno atau yang lebih akrab disapa Pak Sutarno, warga RW 01 sekaligus penggerak Kampung Berseri Astra Proklim RW 01 Sunter Jaya tergerak untuk melakukan perubahan dengan melakukan pemilahan sampah rumah tangga.

Dalam memulai aksinya, Pak Sutarno selalu menekankan untuk memulai dari dirinya sendiri. Maka, dari rumah pribadinyalah kegiatan pilah sampah organik rumah tangga ini mulai digiatkan. Selanjutnya, Pak Sutarno mencoba menawarkan konsep tersebut pada lingkungan sekitar yang kemudian mendapat sambutan baik dari para tetangga. Sampah organik rumah tangga dipisahkan untuk diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik dikelola Ibu-Ibu PKK melalui Bank Sampah “Puspa Cindra Kana” untuk didaur ulang. Kegiatan pemilahan sampah ini kemudian terus berkembang menjadi pengolahan sampah organik. Pak Sutarno bersama beberapa orang temannya mempelajari cara pengolahan sampah organik hingga menjadi kompos.

Mengubah Sampah Rumah Tangga Menjadi Berkah

Pembuatan pot komposter oleh Bapak RB Sutarno- Pembina KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya (IG: @proklim_sunterjaya01)

Siapa sangka, sampah rumah tangga yang tadinya menjadi musibah kini berubah menjadi berkah bagi warga. Perlu diketahui bahwa sampah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar timbunan sampah di Indonesia. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sebanyak 19,45 juta ton sampah sepanjang tahun 2022. Dari jumlah tersebut, sebagian besar sampah yaitu sekitar 39,63 persen berasal dari sampah rumah tangga.

Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi warga RW 01 Sunter Jaya. Selain dapat mengatasi salah satu penyebab banjir di wilayahnya, keberadaan sampah rumah tangga kini menjadi salah satu jalan rezeki bagi warga.

Tak hanya menghasilkan kompos dalam bentuk padat dan cair, sampah anorganik pun kini kembali memiliki nilai guna karena mendapatkan sentuhan daur ulang. Galon es krim, ember plastik, galon cat, hingga galon air mineral bekas, semuanya diubah menjadi pot komposter yang dapat diperjualbelikan dengan harga yang lebih tinggi dibanding saat berwujud barang bekas..

Keterbatasan Lahan Bukan Halangan untuk Menanam

Suasana gang sempit di perkampungan RW 01 Sunter Jaya yang berubah menjadi asri (IG:@proklim_sunterjaya01)

Tak berhenti sampai di situ, Pak Sutarno dan warga bahu-membahu untuk mengubah lingkungan yang gersang, panas, dan pengap khas perkampungan padat penduduk. Penghijauan merupakan salah satu cara untuk menghadirkan suasana sejuk dan asri di gang sempit tersebut. Masalahnya, mereka tak memiliki cukup lahan untuk menanam.

Namun semangat Pak Sutarno sebagai pengagas perubahan di wilayah RW 01 Sunter Jaya tidak surut begitu saja. Ia pun mencoba menerapkan banyak teknik penghijauan yang tidak memerlukan lahan. Untuk area gang sempit digunakan sistem tanaman gantung. Sedangkan pot komposter dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menanam sekaligus tempat pembuangan sampah organik rumah tangga.

Kini, jika kita berjalan di wilayah RW 01 Sunter Jaya, maka pemandangan gang yang gersang dengan sampah berserakan tak lagi dapat ditemukan. Kegiatan pemilahan sampah terbukti telah mengurai masalah banjir akibat saluran air yang tidak lancar, juga mengubah kesan kotor dan kumuh di gang sempit di wilayah Tanjung Priok ini. Selain itu, program penghijauan dengan teknik penanaman metode minim lahan berhasil mengubah wajah RW 01 Sunter jaya menjadi hijau, sejuk dan segar.

Program Penghijauan dan Upaya Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat

Kebun mini sebagai upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (Foto: IG @proklim_sunterjaya01)

Tak berhenti sampai di situ, pria bernama lengkap Robertus Bellarminus Sutarno ini juga membuat tempat pembibitan di area lantai dua di rumahnya. Taman pembibitan tersebut berbentuk taman mini seluas kurang lebih 150 meter. Taman tersebut dipenuhi dengan pot sebagai media tanamnya. Aneka pepohonan seperti pohon pisang, kelor, cabai, pegagan, hingga lidah buaya tumbuh subur di sana. Uniknya, meskipun tanaman tersebut hidup dalam media terbatas namun tetap berbuah. Tumbuh dalam pot nyatanya tak membuat tanaman-tanaman tersebut menjadi mandul.

Menurut Pak Sutarno, “jika semua warga mau membuat taman mini seperti yang dilakukannya, maka mau apapun mudah karena tinggal petik saja. Mau sayur atau buah tinggal petik saja, lebih irit juga.”

Taman mini milik pak Sutarno juga dilengkapi dua kolam mini yang terdiri dari kolam patin dan kolam lele. Air kolam mini pun diambil dari limbah air penyejuk udara (Air Conditioner). Konsep kebun dan kolam mini milik Pak Sutarno bisa disebut kebun gizi dan kolam gizi, di mana hasilnya dapat dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dengan cara seperti ini, bukan tidak mungkin akan tercipta ketahanan pangan bagi masyarakat.

Di samping penanggulangan banjir, pemanfaatan lahan di gang sempit untuk penanaman sayuran, tanaman obat dan buah, kegiatan pilah sampah, pembuatan komposter, dan efisiensi energi merupakan upaya mitigasi perubahan iklim yang terus dilakukan oleh warga yang tinggal di wilayah gang sempit di utara Jakarta ini. Wilayah itu kini lebih kita kenal dengan sebutan Kampung Berseri Astra (KBA) Proklim RW 01 Sunter Jaya.

Usaha Tak Mengkhianati Hasil, KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya Diganjar Penghargaan Nasional

Kunjungan dari insitusi baik pemerintah maupun swasta untuk mempelajari sistem komposting. (IG: @proklim_sunterjaya01)

Perubahan yang terjadi di sudut padat RW 01 Sunter Jaya menarik perhatian pemerintah dan pihak swasta. Pada tahun 2015, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan verifikasi Kampung Proklim. Kemudian, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun 2016, KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya resmi diganjar penghargaan sebagai Kampung Proklim Nasional Tipe Perkotaan.

Program Kampung Iklim merupakan hasil sinergi dari berbagai pihak yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintan. Program Kampung Iklim berangkat dari kesadaran tentang kenaikan suhu permukaan bumi yang berkisar antara 0,4 hingga 1 derajat celcius di Asia tenggara. Dengan adanya sinergi dan terbentuknya kelembagaan di Kampung Berseri Proklim RW 01 Sunter Jaya, pihak swasta yang dinahkodai Astra berperan dalam pendampingan dan penyediaan sarana prasarana untuk mendukung adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang terus dikembangkan oleh warga.

Bantuan mesin pencacah plastik dan pelatihan mengolah sampah plasti yang diberikan oleh Astra (IG:@proklim_sunterjaya01)

Kini, sudah saatnya semangat Pak Sutarno dan warga RW 01 Sunter Jaya ditularkan pada seluruh masyarakat Indonesia. KBA Proklim RW 01 Sunter Jaya dipandang mampu menjadi kampung percontohan untuk kampung-kampung tipe perkotaan di seluruh Indonesia. Kampung Berseri Astra Proklim RW 01 Sunter Jaya merupakan wujud kolaborasi masyarakat, swasta, dan pemerintah yang diimplementasikan dengan nyata dan terasa pada denyut kehidupan warga. Semangat Kampung Berseri Astra Proklim RW 01 Sunter Jaya memberikan harapan baru bagi masyarakat yang mendiami area pemukiman padat penduduk di seluruh Indonesia, khususnya Jakarta.

 

 

 

 

Leave a Comment