Pernahkah kamu membayangkan mengunjungi sebuah desa yang hijau dan asri, memiliki tradisi lokal yang mengakar dan terus dilestarikan oleh masyarakatnya hingga menjadi sesuatu yang unik dan menarik bagi para wisatawan?
Ya, nyatanya desa seperti yang ada dalam bayangan kalian memang ada di salah satu provinsi di Indonesia. Dusun Tanon, begitulah daerah tersebut dinamai. Tak mengherankan jika wilayah Tanon memiliki udara yang sejuk dengan pemandangan alam yang asri karena lokasinya terletak di kaki lereng Gunung Telomoyo yang berada pada ketinggian 1.100 km dari permukaan air laut. Dusun Tanon berada di provinsi Jawa Tengah tepatnya berjarak sekitar 59 kilometer dari Ibukota provinsinya yaitu kota Semarang.
Warga dusun yang terletak di Desa Ngrawan, Getasan, Kabupaten Semarang ini dulunya memiliki penghasilan dari bertani dan beternak sapi perah, khas mata pencaharian penduduk desa pada umumnya. Enggan meneruskan profesi orang tuanya, sebagian besar pemuda Dusun Tanon memilih untuk bekerja keluar dari daerah tempat tinggalnya. Dusun Tanon meskipun memiliki suasana yang tenang dengan pesona alam yang memikat, dulunya terkenal sangat sepi dan taraf hidup juga pendidikan masyarakat yang rendah. Tapi itu dulu, sebelum dusun ini dikenal luas dengan wajah baru sebagai “Desa Menari”.
Semua Berawal dari Mimpi Kecil Pemuda Tanon
Semua berawal dari mimpi kecil seorang pemuda Dusun Tanon yang bernama Trisno. Kala itu, ia telah menamatkan pendidikan sarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Trisno disebut-sebut sebagai Pemuda Dusun Tanon yang pertama kali berhasil mengantongi gelar sarjana.
Trisno pulang ke kampung halamannya setelah bertahun-tahun merantau di Surakarta. Kali ini ia pulang, bukan sekedar untuk singgah. Namun, Trisno pulang untuk mewujudkan mimpinya. Ia ingin berbuat sesuatu pada tanah kelahirannya.
Di dusun, ia banyak menghabiskan waktu untuk berbaur dan mengamati masyarakat. Trisno merasa prihatin dengan banyaknya anak-anak putus sekolah karena harus membantu orangtuanya bekerja. Banyak juga anak-anak yang berhasil lulus sekolah namun berakhir menjadi pengangguran tanpa keterampilan. Tak sedikit pemuda yang memilih untuk merantau karena merasa tak ada harapan lagi untuk memperbaiki nasib jika terus bertahan di Tanon.
Potensi Dusun Tanon yang Seolah Tak Kasat Mata
Padahal, Dusun Tanon memiliki kekayaan yang berpotensi untuk menyejahterakan masyarakat. Selain kekayaan alamnya, masyarakat tanon memiliki tradisi lokal yang terus dilestarikan yaitu menari. Menari adalah tradisi turun-temurun bagi warga Dusun Tanon sehingga setidaknya di setiap rumah terdapat penari dan penambuh gamelan.
Masyarakat Dusun Tanon juga memiliki permainan tradisional zaman dulu, juga menjual makanan tradisional masa kecil. Semua keunikan di Dusun Tanon berpotensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Sayangnya, bagi masyarakat semua potensi ini seolah tak berarti.
Melihat kenyataan ini, Trisno pun berinisiatif untuk memberdayakan warga dan potensi alam Dusun Tanon. Harmonisasi masyarakat, alam, dan budaya lokal merupakan sebuah keunikan yang memiliki peluang besar untuk mendatangkan orang-orang. Trisno pun menggagas konsep desa wisata untuk tanah kelahirannya tersebut.
Desa Menari sebagai Wajah Baru Dusun Tanon
Awalnya, tentu tak mudah untuk menggerakkan masyarakat. Warga cenderung pasif dan hanya mengangguk-angguk seolah paham ketika Trisno mengajak berdiskusi. Tak sedikit yang hanya bengong, sedangkan yang lain hanya manut-manut saja dengan konsep desa wisata yang digagas Trisno.
Hingga akhirnya seorang warga secara spontan bertanya, “Kalau begitu, apakah nantinya desa kita akan terkenal?” Mendengar kata “terkenal”, mata warga desa spontan berbinar-binar. Dari situlah kegiatan pemberdayaan Dusun Tanon sebagai desa wisata dimulai.
Sebutan “Desa Menari” kemudian dipilih Trisno agar Dusun Tanon lebih mudah dikenal.
Mengapa Desa Menari? Karena penduduk Tanon memiliki jiwa seni yang sangat tinggi khususnya di bidang menari. Selain itu, menari adalah tradisi turun-temurun yang telah ada sejak zaman leluhur mereka. Tarian Geculan Bocah (dolanan bocah) yang dibawakan dengan penuh keceriaan, Tari Lembu Tanon (berangkat dari profesi warga sebagai peternak), Tari Kuda Lumping, Tari Topeng Ireng, Tari Topeng Ayu, Tari Warok Kreasi. Sekarang, semua tarian ini menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari.
Kini, siapapun yang berkunjung ke Dusun Tanon tidak hanya dimanjakan dengan suasana desa wisata yang tenang dan asri. Namun juga akan terhibur dengan berbagai pertunjukan tari dan permainan tradisional dengan konsep dolanan ndeso seperti; Toya Gila, Tangga Manusia, Pipa Bocor dan Serok Mancung. Permainan tradisional ini sudah dimainkan secara turun-temurun dan hanya menggunakan peralatan sederhana seperti bambu.
Harmonisasi Alam dan Budaya Lokal yang Menyejahterakan Masyarakat
Selain terinspirasi dari kesenian menari yang menjadi tradisi turun-temurun warga, kata “Menari” sebenarnya merupakan akronim dari Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori.
Menurut Kang Tris, begitu panggilan akrab penggagas Desa Menari sekaligus penerima penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards 2015 untuk kategori Lingkungan ini, filosofi menari tergambar pada paket-paket wisata yang ditawarkan. Ia berharap, pengunjung yang datang ke Desa Menari dapat merasakan harmonisasi dengan lingkungan, masyarakat, juga apa saja yang ada di Tanon. Seperti permainan tradisonal, makanan, juga cara hidup masyarakatnya.
Di Desa Menari terdapat beberapa paket wisata, seperti paket pembelajaran dan dolanan ndeso, paket wisata pembelajaran, paket dolanan ndeso plus, paket homestay 1 malam plus edukasi, paket homestay 2 malam plus edutainment.
Dalam paket-paket tersebut, pengunjung akan diajak bermain permainan tradisional, belajar membuat produk olahan, menginap di rumah warga dan mencoba aktivitas masyarakat lokal seperti beternak dan bertani. Melalui paket-paket tersebut Kang Tris berharap dapat memunculkan inspirasi dan menularkan semangat Dusun Tanon kepada para pengunjung.
Harmonisasi atau keselarasan hidup antara warga dengan potensi alam dan budaya lokal melalui Desa Menari harus diakui berperan besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain produk jasa wisata dan edukasi, produk olahan seperti sabun susu, keripik adas, juga berbagai produk sayuran juga menjadi oleh-oleh yang diburu pengunjung. Ini membuktikan bahwa Desa Menari Tanon terus bertumbuh dan berkembang. Menurut Kang Tris, “Bukan ramainya yang dikejar, namun value yang bisa diambil masyarakat sehingga masyarakat semakin maju dan berkembang.”
Berkat semangat dan kerja keras Kang Tris bersama warga, pada 2016 yang lalu, Astra mengganjar dusun ini menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) pertama di Jawa Tengah dan ke-27 di skala nasional.
Tangan Astra di Desa Menari
Terpilihanya Desa Menari Tanon sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) tentunya tidak didapatkan begitu saja. Astra telah mendalami potensi Dusun Tanon sejak tahun 2015, sampai akhirnya menjadi Kampung Berseri Astra pada tahun berikutnya.
Pada tahun 2017, dari empat tahun masa pendampingan Astra telah banyak terjadi perubahan pada Dusun Tanon. Sejak konservasi menari yang digerakkan Kang Tris, anak muda banyak yang bergerak untuk ikut memberdayakan desanya.
Kegiatan pemberdayaan di Desa Menari juga telah mencakup empat aspek pilar CSR Astra yaitu aspek lingkungan, pendidikan, kewirausahaan, dan kesehatan. Di pilar pendidikan Astra telah menggelontorkan beasiswa untuk anak-anak sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, bahkan perguruan tinggi. Kemudian pada tahun 2016 Astra juga memberikan pendampingan dan pelatihan Bahasa Inggris bagi warga desa.
Di pilar kewirausahaan, para peternak sapi perah dibina agar menghasilkan nilai tambah bagi hasil ternaknya. Di pilar lingkungan, selain outbond modern, juga dibuatkan zona tanaman untuk edukasi wisata ramah lingkungan. Untuk pilar kesehatan, warga mendapatkan pelatihan senam jantung untuk dewasa dan lanjut usia, penyuluhan dan pelatihan bagi kader posyandu dan ibu-ibu balita, juga sosialisasi mengenai tanaman obat.
Wajah baru Dusun Tanon hingga menjadi Desa Menari tak mungkin terjadi tanpa adanya semangat dari seorang inspirator sekaligus penggerak seperti Kang Tris. Namun dalam perjalanannya yang tak mudah hingga akhirnya menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) Desa Menari Tanon seperti saat ini, semua tak lepas dari partisipasi warga yang telah “diracuni” semangat positif dari Kang Tris sehingga ikut bergerak, ikut membantu mengubah wajah Dusun Tanon yang dulu sepi dan terbelakang.
Namun yang tak kalah penting, besarnya komitmen masyarakat untuk terus menjaga keselarasan hidup dengan alam dan budaya lokal merupakan aset yang pada akhirnya mengangkat taraf hidup mereka.
Referensi:
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-4254711/desa-menari-di-semarang-yang-menyedot-perhatian-wisatawan
https://jateng.antaranews.com/berita/271383/menari-pesona-hidup-dusun-tanon
https://www.antaranews.com/berita/577377/trisno-menyulap-kampung-menjadi-desa-wisata-tanon