“Buk, baju seragamku di mana?”
“Buk, lauknya apa?”
“Buk, hari ini aku ngaji jam berapa?
“Buk, ada PR nggak?”
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu rasanya sangat akrab di telinga para ibu. Nggak cuma aku, bagi teman-teman pun, mungkin pertanyaan seperti ini sudah seperti kaset yang setiap hari diputar. Baik side A maupun B, mungkin isinya nggak akan jauh berbeda, selalu seputar itu-itu saja. Nah, lho! Ketahuan umur generasi kaset, hahaha.
Awalnya, apapun pertanyaan Najwa selalu kujawab layaknya seorang ibu yang siaga menjadi problem solver bagi anak. Tapi semakin ke sini, BukNaj mulai “wegiah!”, alias tidak semua hal harus dirampungi orangtua. Tujuan hanya untuk membiasakan Najwa bertanggung jawab pada urusannya sendiri. Seragam, jadwal ngaji dan PR, aku rasa semua itu hanyalah hal sederhana yang seharusnya menjadi urusan pribadinya.
“Kelas Bayangan” yang Bernama Grup WhatsApp Orangtua
Harus kuakui, setelah Najwa duduk di bangku sekolah dasar, rasanya aku seperti sedang “sekolah lagi”. Tak hanya tentang kurikulum 2013 yang membutuhkan campur tangan orangtua. WhatsApp group khusus orangtua murid sepertinya sudah menjadi “kelas bayangan”. Apapun yang terjadi di dalam kelas sepertinya bisa orangtua ketahui dari grup ini. Tak hanya PR dan tugas-tugas lainnya. Kapan anak pulang, masuk dan seragam yang harus dipakai pun bisa kita cari tahu hanya dengan menyentuhkan jari di layar smartphone.
Ck… Ck … Ck… teknologi oh teknologi.
Di satu sisi, keberadaan grup WhatssApp khusus orangtua memang mempercepat arus informasi dari sekolah. Terkadang, anak belum sampai di rumah pun, orangtua sudah tahu hari ini mereka belajar apa. Bahkan, ada di halaman berapa PR-nya, atau besok pulang jam berapa karena suatu hal yang tidak biasa.
Bagi orangtua yang memiliki segudang kesibukan, keberadaan WhatssApp Group memang sangat membantu sehingga tak sampai ketinggalan informasi di sekolah anak. Urusan administrasi surat-menyurat pun jadi lebih ringkas dan menghemat kertas. Cukup ketak-ketik sebentar semua informasi tersampaikan langsung pada yang berkepentingan.
Tapi, keberadaan WhatssApp Group seringkali membuat anak menggampangkan amanah dari guru.
“Kak, kapan ujian?”
“Lihat aja di grup Mama-mama!”
BukNaj kezellll, dong!
Beberapa hal menyangkut kewajiban dan tanggung jawab siswa sepertinya sedikit bergeser dengan adanya fasilitas yang satu ini. Misalnya tentang PR atau tugas yang seharusnya menjadi media komunikasi antara guru dengan siswa. Atau informasi lain menyangkut agenda sekolah. Menurutku, selama sifatnya tidak darurat, sebaiknya tetap disampaikan secara langsung kepada siswa. Iya, memang seperti kembali ke zaman “batu”. Tapi tak mengapa, jika hal sesederhana ini bisa memupuk tanggung jawab, melatih komunikasi dan daya ingat anak.
Menegaskan Peran Seperti Apa yang Dijalani Ibu di Rumah
Nah kembali lagi tentang cerita Najwa yang sedang belajar bertanggung jawab. Sebagai ibu rumah tangga, aku sadar keberadaanku yang hampir 24 jam bersama mereka seringkali disalahartikan.
“Ntar aja ngerjain PR-nya, kan diajari Ibu!”
“Buk, tolong suapin aku, donk!”
“Buk, tolong bikinin aku mie goreng, donk. Aku nggak mau lauknya.”
Ibuk, Ibuk dan Ibuk. Sepertinya segala hal harus dibantu Ibuk. Bahkan untuk hal remeh-temeh seperti ke kamar mandi pun, kadang-kadang DuoNaj masih menunggu Ibuk. Beneran deh, BukNaj pening kalau urusan begini.
Menyadari kebiasaan seperti ini nggak bisa dibiarkan begitu saja, aku pun mulai mengambil sikap tegas dan memposisikan diri tidak sepenuhnya menjadi problem solver anak. Berulang kali aku menegaskan bahwa, “Ibuk di rumah bukan untuk melayani kalian. Tapi Ibuk di rumah, untuk memastikan kalian menjadi mandiri.”
Dengan penegasan seperti ini, otomatis bertambah pula tanggung jawabku untuk mengajarkan keterampilan kecakapan hidup bagi keduanya. Terlebih untuk Najwa, yang sekarang hampir menginjak usia 8 tahun.
Mengapa Perlu Mengajarkan Keterampilan Kecakapan Hidup pada Anak Usia Sekolah Dasar
Pak Munif Chatib dalam bukunya “Orangtuanya Manusia” pernah menuliskan, bahwa pada usia 7 tahun kedua seorang anak menyandang status sebagai “pembantu”. Kata “pembantu” di sini diartikan sebagai masa ketaatan saat menjalani pendidikan. Karena pada masa 7 tahun kedua atau praremaja, orangtua memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan, pengajaran dan pengarahan sebagai bekal menentukan arah hidup pada masa-masa selanjutnya. Ibarat fondasi rumah, masa 7 tahun kedua atau praremaja merupakan awal pembangunan tersebut.
Pada masa ini, seorang anak tidak cukup “dijejali” dengan pengetahuan akademis. Hal-hal yang menyangkut keterampilan kecakapan hidup perlu segera dipaparkan pada anak, mengingat tidak selamanya orangtua mendampingi mereka.
Ada saatnya mereka harus menghadapi masalah sendiri, hidup jauh dari orangtua, atau dihadapkan pada pilihan-pilihan. Ada kalanya mereka harus cerdas mengelola keuangan. Atau berpikir kreatif agar bisa bertahan hidup dalam kondisi yang serba terbatas.
Hal-hal seperti ini memang ada dalam materi di buku pelajaran. Tapi sebagian besar sifatnya hanya teori yang kemudian diujikan di atas kertas ulangan.
Nah, orangtualah yang memiliki andil besar untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Tak harus muluk-muluk, namun melalui kegiatan sehari-hari kita bisa memaparkan anak pada keterampilan kecakapan hidup yang sudah pasti bermanfaat untuk masa depan mereka.
Sudah siap memaparkan keterampilan kecakapan hidup pada anak? Yuk, langsung saja!
9 Keterampilan Kecakapan Hidup untuk Anak Usia Sekolah Dasar
- Merawat diri dan barang yang dimiliki
Sejak usia 7 tahun bahkan kurang, aku sudah mengajarkan cara mandi pada Najwa. Bagian tubuh mana yang harus disabun, digosok atau disikat. Bagaimana harus membilas alat kelamin kemudian mengeringkannya.
Memang hasilnya belum maksimal. Itu sebabnya kami punya jadwal khusus untuk “mensupervisi” kebersihan tubuhnya. Pada kesempatan itu pula aku kembali mengajarkan pada Najwa bagian tubuh mana yang kadang menyimpan kotoran tak terlihat.
Saat usia sekolah dasar anak harus memiliki keterampilan untuk merawat dan menjaga kesehatan tubuhnya. Mereka harus tahu apa akibatnya jika kesehatan dan kebersihan tubuh tidak dijaga. Begitu pula mereka harus tahu bagaimana merawat barang-barang yang dimiliki. Misalnya mencuci sepatu, membereskan mainan, menjaga kebersihan tempat tidurnya atau barang-barang lain yang dimilikinya.
Keterapilan merawat diri dan barang pribadi merupakan pola pemberian tanggung jawab paling ringan bagi anak. Sehingga bisa dijadikan awal dalam proses pembiasaan.
- Peduli dan mampu menyiapkan kebutuhannya sendiri
Sebelum mengajarkan anak untuk peduli pada lingkungan dan orang-orang sekitarnya, rasanya perlu untuk melatih mereka peduli pada diri dan kebutuhannya.
Ada kalanya orangtua tak perlu menawarkan makanan agar mereka merasakan lapar. Sudah saatnya orangtua membiarkan anak memilih seragam dan menyiapkan buku-buku pelajaran agar mereka peduli dengan kebutuhannya sebagai pelajar.
Hal yang sangat sederhana yang seringkali membuat seorang ibu gemas kemudian menyiapkan segalanya. Padahal, dari hal sesederhana itu sebenarnya kita sedang melatih kepedulian dan kecakapan hidup anak.
- Manajemen waktu
Manajemen waktu merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai sedini mungkin. Segera setelah anak-anak mengenal angka, maka ajarkan mereka konsep waktu karena kemampuan ini sangat membantu mereka mempelajari manajemen waktu.
Selain itu biasakan menyebutkan angka jamnya saat mengingatkan jadwal tertentu pada anak. Sejak Najwa masih duduk di bangku TK, kami terbiasa menyebutkan angka-angka pada jam, sehingga sejak kecil dia bisa mengira-ngira, “Kalau masuk jam 7, aku harus berangkat jam berapa ya?”, “Kalau berangkat jam setengah 7, aku harus mandi jam berapa ya?” Begitu terus hingga akhirnya ia sendiri yang mengatur jadwalnya.
Keterampilan memanajemen waktu merupakan modal dasar untuk membentuk karakter disiplin. Selain itu, mereka pun lebih mudah membiasakan diri dengan rutinitas dan belajar berpikir runtut.
- Manajemen uang
Selain belajar menabung, anak-anak juga harus dikenalkan dengan mata uang dan harga barang. Ajak anak berbelanja agar mereka mengerti transaksi jual-beli. Atau, sekali-kali minta bantuan mereka untuk berbelanja di warung dekat rumah.
Biasanya aku meminta bantuan anak-anak untuk berbelanja di dekat rumah. Selain belajar mengingat nama barang yang harus dibeli, anak sekaligus belajar menghitung total belanjaan. Apakah ada uang kembalian, atau justru kurang? Ia belajar banyak dengan cara-cara seperti ini.
- Mengetahui aneka bahan pangan dan dapat mengolahnya
Kenalkan anak pada berbagai bahan pangan dan variasinya. Tunjukkan bahwa ada berbagai alternatif dari satu jenis unsur makanan. Bahwa sumber karbohidrat tidak harus nasi, sayuran tak cuma wortel dan bayam. Sawo, nangka dan sirsak juga termasuk buah-buahan. Kalau perlu, sesekali cobalah untuk memasak dengan bahan yang sedikit tidak biasa.
Tak perlu heran jika awalnya mereka merasa aneh bahkan nggak doyan. Tapi setidaknya mereka melihat bahwa bahan-bahan tersebut bisa diolah dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh kita. Sehingga mereka tak perlu heran jika kelak melihat masakan dari bahan sejenis.
Selain itu, pada usia sekolah dasar perlu rasanya untuk mulai mengenalkan anak pada aktivitas dapur. Menggoreng telur, merebus air, membuat minuman, menghaluskan bumbu. Semua kegiatan tersebut merupakan keterampilan awal dalam pengolahan makanan.
- Berkomunikasi
Tidak hanya menjalin komunikasi secara verbal, keterampilan mengungkapkan perasaan dan pendapat juga termasuk di dalamnya. Di samping itu, keterampilan berkomunikasi juga meliputi bagaimana memilih kata-kata yang tepat dan memahami maksud dari lawan bicara.
Kebiasaan meminta tolong, mengucapkan maaf dan terima kasih juga termasuk dalam keterampilan ini.
- Menjaga diri dan meminta bantuan
Menjaga diri termasuk keterampilan inti mengingat semakin maraknya kejahatan yang mengintai anak-anak. Perlu rasanya mengajarkan anak mengidentifikasi tanda-tanda kejahatan. Mengajarkan anak untuk tidak ragu berteriak, melapor dan meminta bantuan pada orang yang tepat.
- Naik kendaraan umum
Tidak selamanya anak akan bersama kita, kan? Tidak selamanya pula ibu-ibu ini harus berperan sebagai mommyjeg. Untuk itu, ajarkan anak cara menggunakan kendaraan umum. Iya, sekarang memang banyak transportasi online. Tapi tidak ada salahnya mengajarkan anak menumpang angkot dan memilih rute sesuai tujuan. Bagaimana ber-commuterline bagi warga Ibukota. Atau, mencoba berkereta api, bis, kapal laut dan pesawat terbang agar mereka mengetahui cara dan bagaimana harus bersikap di dalam berbagai jenis moda transportasi umum.
- Literasi
Keterampilan literasi tidak sekedar tentang bisa membaca. Dalam hal ini, biasakan anak untuk membaca dan terampil memahami isi bacaannya.
Keterampilan ini perlu untuk membaca petunjuk atau cara penggunaan suatu barang. Begitu pula untuk membaca dan memahami arahan.
Dengan menguasai keterampilan kecakapan hidup seperti 9 poin di atas, sebenarnya anak-anak telah memiliki sepertiga dari keseluruhan bekal untuk menapaki masa depan. Tentu tak terbatas pada 9 poin tersebut saja, karena pada dasarnya masih banyak keterampilan kecakapan hidup yang perlu untuk dikuasai anak.
Yang terpenting sesuaikan saja besar-kecilnya tanggung jawab dengan tingkat usia anak. Selain itu, jadikan kebiasaan secara terus-menerus dan lakukan supervisi untuk melihat tingkat ketuntasan dan kekurangannya.
Bahasan tentang tumbuh kembang anak ini memang nggak pernah ada habisnya. Begitu pula tugas sebagai orangtua yang tidak benar-benar ada pensiunnya selama usia masih ada. Maka dari itu, yuk, sama-sama kita belajar dan berbagi pengalaman. Karena sesungguhnya, sekolah menjadi orangtua hanya mengandalkan pengalaman dan sharing sesama orangtua.
Oh ya, jika ingin membaca artikel parenting dengan tema dan pembahasan lain, silakan kunjungi keponih.com yang ditulis oleh Yashinta Astuti. Seorang ibu dengan 2 balita yang memiliki passion di dunia kepenulisan, fotografi dan seorang video maker.
Dari 9 hal yang perlu diajarkan pada anak alhamdulillah aku dah sedikit2 ngasih tau ke Raya, karena aku mengalami sendiri, dari kecil di gembleng sama nyokap membuat aku dewasa bisa melakukan hal sendiri tanpa bergantung sama nyokap atau orang lain 🙂 kalau anak disuapin terus kapan mereka bisa mandirinya, kl dah gede ntar masa mau terus disuapin sama ortunya 😀
thanks for sharing mba, reminder buat saya.. kadang suka kasian ke anak kalo ga dibantu ini itu, padahal mereka perlu punya ketermapilan dasar untuk bertahan hidup y
Mommyjeg itu apa ya hihi
Woh ini bekalku mbak, PR ku banyak banget ini ngajarin ke io. Harus semangat, masih ada 2 tahun lagi untuk sedikit demi sedikit menanamkan keterampilan hidup dasar buat io
Iya , anak-anakku makan buah ya biasanya mangga, pir, apel, semangka dll yg banyak di supermarket. Waktu mudik ke rumahneneknya ada sawo dan kedondong, mereka coba dan nggak mau makan, aneh katanya.
Btw sekrg memang banyak ya WAG mama2 anak2 sekolah, biasanya anak2 SD ya. Aku nggak punya krn anak2ku udah ABG, SMP dan SMA mereka sudah ada group kelas sendiri 😀
Hihihi di WAG memang info tentang sekolah suka lengkap, ya. Tetapi, seringkali juga saya mute. Makanya saya tetap mengharuskan anak-anak untuk jangan ketinggalan info. Biasanya mereka juga punya group sendiri di LINE
Setuju banget mbak melatih kecakapan hidup anak itu sedari dini biar mandiri. Nggak gampang nyuruh2, manja dan tergantung sama orang lain bakal tersingkir. Thanks sharingnya mbak, jadi pengingat diriku untuk mendidik anak yang kuat dan mandiri juga
Noted..
Iyaa sekarang aku nyiapin si nomor 1 supaya bisa mandi sendiri dan lebih mandiri utk hal lainnya. Perlahan tapi pasti. 7 tahun sbntar lagiii. Tipsnya insya Allah berguna banget mba Damar 🙂 makasih ya
Bergizi sekali artikelnya say, ada yang belum diterapkan ni pada bocahku, iya, sekarang aku juga nggak mau heboh mengingatkan pr ntar kalau di sekolah dimarahi biar tahu rasa hihihi
Keren nih, Mbak Damar.
Bisa diterapkan pada krucil-krucil saya. Biar mereka belajar, termasuk mandiri juga.
Terima kasih sharingnya, Mbak.
Soal tanggung jawab. Anakku yang masih TK pernah sampai lupa bawa tas ke sekolah. Karena dia main masuk aja ke mobil dan aku nggak ngecek lagi. Akhirnya sejak itu aku tanamkan, “ayo bertanggung jawab bawa tas dan botol minumnya sendiri.”
Alhamdulillaah kadang masih kecolongan juga. Qiqiqi… Main naik aja ke mobil, tau2 pas ngemoll gak pake sendal… Heuheuuu malah dapet sendal baru…
Memang penting menanamkan hal-hal seperti ini sejak dini.
Hahaha iya nih, apa apa pasti ibuk yang ditanyain. Mulai dari naroh barang dimana, makan apa, gimana ngerjain PR dsb. Ibuk paling laris lah di jam2 manapun. Prime timenya setiap saat :))
Mengajarkan kemandirian anak tuh memang kudu kuat2an hati. Kadang kita ingin tegas dan disiplin, terus ada orang lain yg bilang kita kejam, lalu kita pun jadi merasa bersalah. Sering banget aku mengalami ini. Tapi ya gpp sih orang lain kan cuma bisa komen, yg tau arah kita mendidik anak tentunya kita sendiri. Kalau anak kita cepat mandiri dan bisa lekas tanggap, kita sendiri juga kan yang bahagia.
Wah, ini mah cucu bunda banget tuh yg sangat bergantung sama si mbak tentang pakaian apa dipake hari apa dan ibunya setap mlm yg menyusun dan organize buky2 pelajaran utk esok harinya. Berabe, kan? Tp dengan dinas ibunya ke kyarckota selama 1 bulan cucu bunda mulai mau berusaha mandiri menyusun buku2pelajaran sekolah ya, sarapan minum cereal bikin sendiri. Md2an ini akan berkelanjutan dan cucu bunda ke sananya mulai mau bljr mandiri.
Bermanfaat sekali sharing nya, mendidik anak tidak semudah teori ya mba karena setiap anak pasti berbeda dan semoga kita bisa ya.
Mendidik anak tidak semudah teori ya mba karena setiap anak berbeda. PR besar buat orang tua semoga kita bisa ya mendidik anak.
Aku termasuk terlambat mengenalkan naik angkutan umum ke anak-anak. Lulus SD baru dilepas naik angkot. Soalnya SD sa’ kompleks, ke sekolah jalan kaki. SMP juga deket sih. SMA juga jalan kaki. Kuliah baru deh naik angkot. Yg besar naik motor. Soal mengolah bahan pangan, yg cowo pinter bikin omelet. Walaupun sekedar dadar, tapi suka dimacem-macemin. Kayaknya sih masih ringan tangan kok, engga malu ke dapur, Beruntunglah istrinya. Wkwkwk…
WhatsApp grup memang seringkali dijadikan andalan bagi orang tua untuk mengetahui kegiatan anak-anaknya di sekolah.
Tapi wali kelas anak saya, pernah loh sengaja gak share pengumuman di WAG. Tugas diberikan langsung pada anak. Wali kelasnya hanya memberitahu orang tua, bahwa siswa ada tugas dan diminta menanyakan detilnya kepada anak.
Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar tanggung jawab mereka.
Waaah keren banget kak. Bisa banget nih dicontoh buat si buah hati hehe. Tapii sayang blm punya hehe
Nice sharing Mak. But again, ketika praktiknya akan menemukan struggling tersendiri. Tapi selama kita sebagai orangtua tetep semangat memberikan yang terbaik buat anak kita, pasti ada jalan y
Wah bener banget ini. Beberapa keterampilan dasar sih udah aku terapkan di rumah. Terutama soal kemandirian menyiapkan kebutuhan pribadi
Yang belum itu keterampilan naik kendaraan umum. Selama ini sih beberapa kali aku ajak naik angkot, bus kota dan commuter line tapi ya gitu masih dalam pengawasan melekat banget nget nget
Bener juga sih. Di grup mama2 kan infonya udah lengkap banget, haha. Tau ajah nih jangan2 doi sering ikutan baca ya
Perlu banyak belajar dari mba Damar ini. Meskipun anak baru umur 1 tahun
Perlu banyak belajar dari mba Damar ini. Meskipun anak baru umur 1 tahun
Zamanku dulu, PR bisa ditanyakan ke teman via telpon. Sekarang malah wag orang tua. Tapi tetap perlu ada pembelajaran tanggung jawab bagi siswa, ya, supaya nggak bergantung dengan hal semacam itu.
grup WhatssApp kumpulan para orang tua murid tampak nya bagus juga ya mba, jadi bisa saling sharing dan memantau aktifitas sekolah anak melalui pertukaran informasi. Dan era sekarang hampir semua orang tua punya “kelas bayangan” semacam ini
Banyak anak usia sekolah SD seperti ini yang belum mempunyai kecakapan yang disebutkan di atas. Beberapa poin termasuk anak saya sendiri. Mengubahnya perlu effort yang luar biasa. Terutama untuk membiasakan memanage waktu.
Nah ini nih, aku juga sering banget merasa jengkel karena anakku suka lupa mencatat di agenda apakah ada PR atau enggak. Rasanya tuh suka mendidih otak ini kalau pas dengar jawaban anak, dia menjawab lupa, saat ditanya. Memang harus diupayakan agar anak-anak mandiri ya, mak. Semoga aku bisa praktekin ini.