Bukan rahasia lagi jika perairan Indonesia yang luas menyimpan beragam kekayaan alam yang berharga. Lobster merupakan salah satu kekayaan perairan Indonesia yang menjadi komoditi mewah. Potensi lobster di Indonesia juga sangat besar. Pada tahun 2020, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa potensi benih lobster alam di lautan Indonesia mencapai 20 miliar ekor per tahun.
Uniknya, lobster tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Lobster juga hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 100 < 200 meter di bawah permukaan laut, dengan suhu berkisar antara 20 hingga 30 derajat Celcius.
Besarnya Potensi Lobster di Indonesia
Indonesia juga memiliki beragam jenis lobster, seperti lobster batik, lobster pasir, lobster mutiara, lobster bambu dan beberapa jenis lainnya. Lobster jenis pasir dan mutiara sendiri merupakan lobster yang paling potensial untuk dikembangkan dengan sistem budidaya perikanan yang ada di Indonesia.
Potensi terbesar dari budidaya lobster terletak pada nilai ekonomi yang tinggi. Lobster sangat diminati pasar internasional terutama di negara-negara barat. Seharusnya, kondisi ini membuat petani memperoleh keuntungan yang besar jika berhasil mengembangkan budidaya lobster. Selain itu, lobster juga memiliki kemampuan tumbuh yang cepat apabila berada di lingkungan yang tepat. Hal ini mengisyaratkan bahwa budidaya lobster dapat memperbesar peluang panen lobster dalam waktu singkat.
Sayangnya, besarnya potensi lobster di Indonesia belum memberikan dampak besar bagi perekonomian nelayan. Hal ini berbanding terbalik dengan Vietnam di mana budidaya lobster dapat menyumbang devisa negara hingga 2 milyar dollar. Padahal, Vietnam mendapatkan sumber benih lobsternya dari Indonesia. Sungguh menyedihkan.
Untuk mencapai keberhasilan dalam budidaya lobster, petani memerlukan solusi untuk mengatasi sejumlah tantangan. Sistem pengelolaan yang cermat, kualitas air yang terpantau secara konstan, dan perencanaan dalam pasokan dapat membantu meminimalisir risiko kerugian serta memaksimalkan keuntungan.
Terobosan Baru untuk Mengatasi Kendala Budidaya Lobster
Salah satu inovasi untuk mengoptimalkan hasil budidaya lobster adalah penggunaan Internet of Things (Iot) pada keramba. Hendra, seorang pemuda yang resah dengan banyaknya nelayan yang kehilangan pekerjaan dari budidaya ikan kerapu di Situbondo, memulai sebuah terobosan baru dalam dunia budidaya lobster.
Menyadari besarnya potensi budidaya lobster di Situbondo yang belum digarap dengan sepenuhnya, serta berbagai kendala yang harus dihadapi oleh para petani lobster, Hendra yang memiliki latar belakang pendidikan dan tim menciptakan sebuah terobosan baru bernama Lobstech.
Terobosan yang melibatkan penggunaan teknologi ini menjadi harapan baru bagi para petani lobster, mengingat Situbondo merupakan daerah potensial dalam pembudidayaan lobster. Dilansir dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, setidaknya satu induk lobster dapat menghasilkan 25 hingga 50 ribu anakan yang baru menetas. Dari jumlah tersebut, satu persennya diperkirakan dapat bertahan hidup dan menjadi benih bening lobster. Setelah melalui tahap pemberian makan yang tepat, setiap bulannya benih-benih tersebut dapat menghasilkan induk lobster yang berkualitas.
Penggunaan Lobstech untuk Meningkatkan Efektivitas Budidaya Lobster
Setelah melalui penelitian yang cukup panjang selama kurang lebih dua tahun, Hendra dan tim mulai mengembangkan kotak sensor berbasis Internet of Things (IoT) untuk mengontrol kualitas air di tempat pembudidayaan lobster. Kotak sensor ditempatkan di keramba lobster kemudian disambungkan dengan aplikasi Lobstech yang terhubung dengan komputer Hendra.
Pada prinsipnya, Lobstech akan memantau budidaya lobster dengan cara mengontrol kualitas, tingkat oksigen, juga menjaga stabilitas keasaman air. Selanjutnya, data yang terkumpul dalam sistem akan ditampilkan dalam aplikasi Lobstech. Petani yang bekerja sama dengan Lobstech dapat memantau dan menganalisis data tersebut secara real time melalui ponsel masing-masing. Selanjutnya para petani dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan berdasarkan data yang mereka dapatkan.
Untuk memudahkan pemantauan, Lobstech juga menyediakan dashboard yang dapat digunakan untuk mengontrol kegiatan budidaya lobster dari mana pun. Selain itu, LObstech juga menambahkan fitur alarm yang akan memberikan notifikasi jika terdapat masalah pada kotak sensor.
Bagaimana Lobstech Memberikan Dampak bagi Nelayan
Penggunaan Lobstech dalam budidaya lobster terbukti memberikan dampak positif pada produksi lobster. Tercatat, produksi lobster meningkat hingga 80 persen sedangkan biaya produksi dapat ditekan hingga 70 persen dibandingkan dengan cara konvensional. Selain itu, masa budidaya lobster juga semakin pendek yaitu antara 5 hingga 6 bulan saja untuk sekali masa panen.
Meskipun, masa panen menjadi pendek namun bukan berarti kualitas lobster yang dihasilkan mengalami penurunan. Sebagai contohnya, seekor lobster dengan berat 100 gram bisa didapatkan dalam waktu 1 bulan saja. Padahal, sebelumnya diperlukan waktu hingga 8-10 bulan untuk mendapatkan lobster dengan ukuran berat yang sama.
Keberhasilan demi keberhasilan aplikasi besutan Hendra ini menarik minat para nelayan untuk bergabung menjadi mitra Lobstech. Bagusnya, Hendra tidak melepas para mitra begitu saja. Ia dan timnya terus memberikan pendampingan berupa konsultasi serta kontrol sehingga mampu mendapatkan hasil terbaik. Dengan mengembangkan budidaya lobster yang terintegrasi seperti ini, mereka mampu menghasilkan hingga 3.600 ekor lobster per bulannya.
Menurut Hendra, dengan kerjasama dan keterlibatan banyak pihak, potensi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari Vietnam dalam bidang budidaya lobster tidak akan lama. Asalkan serius, dalam tiga tahun lagi Indonesia mampu menyejajarkan diri dengan Vietnam, mengingat sistem yang mereka gunakan masih sangat sederhana. Hanya saja, nelayan Indonesia perlu meniru keuletan dan kegigihan nelayan Vietnam dalam menghadapi segala tantangan dalam budidaya lobster.
Harapan Sang Penggagas Lobstech untuk Indonesia di Tahun 2030
Untuk saat ini, Hendra sedang melakukan upaya penjajakan dengan perusahaan Jerman guna mengembangkan sensor yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi. Ke depan, Hendra juga ingin mengimplementasikan IoT dalam pembudidayaan hewan laut lainnya.
Atas gagasan, inovasi, kepedulian, keuletan dan kerja keras seorang Hendra, ia pun meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra. Hendar berhasil membuktikan bahwa bukan hal yang mustahil untuk menerapkan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan, asalkan masyarakat mendapatkan pendampingan dengan konkrit.
Harapan Hendra, pada tahun 2030 nanti Indonesia dapat bersaing dengan VIetnam sebagai produsen lobster terbesar di dunia. Ia berharap suatu hari nanti nelayan Indonesia bukan sekedar penangkap bibit lobster yang kemudian diselundupkan ke Vietnam. Yang pada akhirnya hanya menguntungkan Vietnam. Namun nelayan kita mampu menjadi pemenang di negeri sendiri, berdaya dan memiliki ketahanan ekonomi yang jauh lebih kuat karena potensi alam Indonesia.
Referensi:
- Podcast Radio Idola Semarang yang berjudul “Mengenal Hendra, Pemuda Pemberdaya Nelayan dengan ‘Lobstech’ dari Situbondo” https://www.radioidola.com/2022/mengenal-hendra-pemuda-pemberdaya-nelayan-dengan-lobstech-dari-situbondo/
- https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20201130134834-199-576152/lipi-potensi-benih-lobster-laut-ri-20-miliar-ekor-per-tahun
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/20/lobstech-pilihan-alternatif-meningkatkan-komoditas-lobster
- https://katadata.co.id/berita/maritim/5e9a4c48a2dc8/pengamat-ungkap-kendala-budidaya-lobster-kembali-ke-alam-jadi-pilihan