Seperti halnya seorang ibu yang memiliki pekerjaan di luar rumah sebagai profesi keduanya, ibu rumah tangga juga butuh manajemen waktu untuk menjaga produktivitasnya. Meskipun pekerjaan rumah tangga biasanya tidak memiliki job description yang jelas. Tidak ada deadline, monitoring, evaluasi atau bahkan minim apresiasi. Tapi sejatinya amanah yang diemban tidak kalah berat. Butuh keteraturan untuk menjaga tugas-tugasnya lancar dan berimbang, sehingga rasa galau dan kurang berarti tak perlu menghampiri ibu-ibu—yang hampir 80% waktunya dihabiskan dengan aktivitas domestik rumah tangga.
Aku sendiri sempat berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga itu lebih mudah. Santai, enggak perlu grusa-grusu ke tempat kerja. Enggak perlu ninggalin anak saat sakit. Enggak perlu mengiba untuk mendapatkan izin jika cuti ditolak. Tenaga dan pikiran pun lebih fokus hanya untuk keluarga.
Ternyata aku salah, karena nyatanya “rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput di halaman kita”. Setelah benar-benar menjadi ibu rumah tangga, aku baru merasakan bahwa tak ada yang lebih mudah di antara keduanya. Baik menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga, keduanya adalah amanah yang butuh dikelola dengan cerdas.
Baca juga: Berdamai dengan Diri Sendiri
Perasaan hampa, kelelahan, tak punya waktu untuk diri sendiri tiba-tiba muncul tatkala harus berhadapan dengan pekerjaan yang tidak pernah ada ujung pangkalnya. Pekerjaan rumah tangga benar-benar terus menerus seperti mesin produksi yang tak pernah di-setting dengan tombol off .Bahkan saat seorang ibu berniat mengambil jeda, nyatanya jeda itu tidak benar-benar ada, karena justru tumpukan pekerjaan yang menanti sebagai “hadiah”.
Mengapa perlu manajemen waktu untuk ibu rumah tangga?
Berkaca dari pengalaman semacam itu, aku memutuskan harus meluangkan waktu untuk diriku sendiri. Sekedar untuk menikmati setiap larik dalam buku-buku favoritku. Atau agar aku memiliki quality moment bersama suami dan anak-anakku. Iya, quality moment. Karena meskipun quantity time seorang ibu rumah tangga bersama keluarga lebih banyak. Tapi nyatanya tidak selalu begitu dengan quality time-nya.
Satu-satunya cara untuk membuat pekerjaan rumah tangga berjalan teratur dan sesuai dengan porsinya adalah dengan membuat manajemen waktu untuk ibu rumah tangga. Karena ibu rumah tangga pun merupakan sebuah profesi, yang nantinya harus memiliki goal untuk kemajuan seluruh keluarga. Dari 24 jam yang kita miliki, tidak semuanya harus dihabiskan untuk mengurus rumah dan segala tetek-bengeknya. Tapi di situ harus ada rencana jangka panjang yang mengakomodir kebutuhan seluruh keluarga.
Tips Manajemen Waktu untuk Ibu Rumah Tangga
1.Menentukan visi dan misi
Keluarga adalah organisasi terkecil dalam kehidupan. Setiap keluarga memiliki visi yang mengakomodir cita-cita setiap anggota keluarganya. Dalam hal ini ada cita-cita anak. Cita-cita orangtua pada anak-anaknya. Cita-cita suami. Dan yang sering dilupakan, bahwa seorang istri—ibu—juga harus memiliki cita-cita.
Tak masalah jika cita-cita seorang ibu hanya ingin melihat anak-anaknya sukses, keluarga yang dijaganya sakinah, suami yang didampinginya mendapat karier yang gemilang. Tapi untuk mewujudkan itu semua, tentunya seorang ibu harus bahagia. Menjadi seorang ibu yang bahagia adalah sebuah visi (impian) yang harus diwujudkan dengan misi atau langkah praktis dan strategi untuk mencapainya.
Baca juga: Belajar Mencintai Diri Sendiri
Sama halnya jika seorang ibu memiliki cita-cita yang menyangkut eksistensinya dalam suatu bidang ilmu atau keahlian. Contohnya momen ketika aku memutuskan memiliki visi sebagai penulis, di situ aku mulai memecah impian tersebut dalam langkah-langkah kecil yang disertai strategi untuk mencapainya.
2. Membuat skala prioritas
Bagi ibu rumah tangga semua pekerjaan terasa penting.
Urusan dapur? Penting
Sekolah anak? Penting
Cucian? Penting
Lantai mengilap? Penting
Urusan suami? Penting
Sampai-sampai lupa kalau urusan istirahat juga sangat penting. Untuk itu perlu dibuat skala prioritas sehingga tidak semua pekerjaan harus dituntaskan dalam satu waktu. Misalnya:
- Penting dan mendesak
- Penting, tidak mendesak
- Tidak penting, mendesak
- Tidak penting, tidak mendesak
Dalam mengatur manajemen waktu, perlu rasanya untuk mendahulukan segala hal yang mendesak terlebih dahulu. Karena sesuatu yang mendesak memang harus segera dituntaskan pada saat itu juga. Lain halnya jika kita mengerjakan satu hal yang penting tapi sebenarnya tidak mendesak. Ujung-ujungnya kita malah menghabiskan banyak waktu untuk satu hal, dan mengabaikan hal lainnya. Akibatnya? Semua jadi mendesak, karena pekerjaan terlanjur menumpuk.
3. Membuat timeline
Setelah memiliki skala prioritas, langsung saja masukkan setiap pekerjaan dalam kelompoknya masing-masing. Misal, pagi hari sambil memasak dan menyiapkan kebutuhan anak-anak, biasanya aku menyalakan mesin cuci. Dengan begitu bukan tidak mungkin 2 hingga 3 pekerjaan bisa kulakukan dalam satu waktu. Bersyukur perempuan memang ahlinya multitasking. Jadi untuk urusan seperti ini, rasanya bukan hal yang luar biasa bagi kami para kaum hawa.
Nah, siang hari saat anggota keluarga lain sibuk dengan aktivitas masing-masing, maka aku meluangkan waktu untuk urusanku sendiri. Bisa jadi menulis atau membaca selembar dua lembar buku sambil beristirahat. Tapi ingat, jangan sampai keterusan. Perhatikan betul kapan harus berhenti dan kembali pada pekerjaan lain yang mendekati urgent. Misalnya, mendampingi anak belajar atau bermain.
Di sini pentingnya memiliki timeline, sehingga apa yang kita lakukan terukur durasinya. Boleh bersantai, tapi enggak kebablasan. Boleh bekerja, tapi segera berhenti jika sudah masuk jatahnya quality time dengan keluarga. Membuat timeline memudahkan kita mengingat kapan harus memulai dan berhenti.
Baca juga: Berniat Resign? Cobalah 7 Macam Hobi Berikut Agar Tetap Produktif dari Rumah!
4. Selesaikan pekerjaan satu per satu
Saat memasak sambil menyiapkan keperluan anak dan mencuci, pastikan tidak membuka gadget karena akan sangat mendistraksi. Begitu pun saat mengerjakan satu pekerjaan yang lain, pastikan pekerjaan itu selesai terlebih dahulu, baru memulai yang lainnya.
Misalnya seperti ini, jika timeline untuk pagi hari adalah menyiapkan keperluan anak dan suami, memasak sambil mencuci. Maka tak perlu tergesa-gesa memegang sapu untuk membersihkan lantai. Begitu pula saat sedang mendampingi anak belajar, lupakan dulu cucian yang menggunung yang meminta untuk disetrika, atau sekedar dilipat. Ada kalanya bertindak multitasking, tapi tidak perlu setiap saat.
5. Sesuaikan dengan kemampuan diri
Meskipun semua ibu memiliki sisi supermom dalam dirinya, tapi tetap ya, kalau overload ya drop juga. Ujung-ujungnya sakit, jenuh, kemudian hilang semangat. Itu sebabnya sedetil apapun manajemen waktu yang kita buat jangan lupa masukkan jatah istirahat. Tidur lebih awal itu nggak dosa lho. Malah bagus kan, bisa bangun lebih awal juga. Atau, sekedar duduk santai sambil menyesap secangkir teh sebagai jeda juga perlu, untuk mengembalikan stamina yang hilang.
Yang tidak kalah penting adalah memiliki mindset positif. Karena sesungguhnya energi dan kebahagiaan yang terbesar itu datang dari pola pikir yang positif. Senantiasa berpikir bahwa apa yang dilakukan saat ini merupakan pilihan terbaik untuk diri sendiri dan keluarga. Berusaha menjaga hati dari godaan membandingkan diri dengan perempuan lain. Syukuri kesempatan yang kita miliki, karena sejatinya tidak sedikit perempuan yang berkeinginan memiliki posisi seperti kita. Tapi, bukankah hidup selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan?
Di samping itu perlu rasanya untuk meminta dukungan dari keluarga. Suami dan anak-anak adalah support system utama. Ajak mereka bekerja sama sehingga manajemen waktu yang telah dibuat bisa berjalan dengan lancar. Jangan ragu melibatkan keluarga dalam pekerjaan rumah tangga. Jangan sungkan mengingatkan jika mereka tidak melakukan tangung jawabnya.
Dengan tips manajemen waktu untuk ibu rumah tangga yang sesederhana ini, aku merasakan perubahan yang lumayan signifikan pada kondisi fisik dan psikisku. Selain lebih bisa mencintai diri sendiri, aku merasa jauh lebih produktif dan dapat melakukan hal-hal yang kusenangi tanpa perlu mengabaikan tanggung jawab kepada anak dan suami.
Ini detail bangeettt. Salut sama para IRT tanpa ART dan terus semangat menulis. Btw, skala prioritasnya mantap, terschedule rapih.
Bener banget pekerjaan rumah tangga itu monoton tiap hari begitu-gitu aja tapi kalau ditunda bisa terbengkalai juga. Nah keteraturan di sini bisa mengatasi pekerjaan menumpuk ya jadinya kita bisa punya waktu santai juga.
Rasanya kalau lagi cape pingin cuti ya hehehe tapi mana bisa cuti dari pekerjaan rumah tangga kecuali memang kita lagi bepergian gak sama keluarga.
Sekarang aku jua buat skala prioritas dan timeline takut ada yang lupa sama pekerjaan yang belum dikerjakan. Kalau nurutin penting pasti semua pekerjaan penting.
betul bgt mba, selesaikan pekerjaan satu persatu…seringkali saat multitasking malah banyak yg dikorbankan 🙁
nah iya bener banget walaupun sepertinya kita punya banyaaaaak banget waktu dirumah tapi ternyata kl ga pinter pinter bagi waktu ya bakal keteteran juga ya pekerjaan rumahnya. Huhuhu. Makasi tipsnya ya maaaak
Mba Damaar. Terima kasih buat tips manajemennya.
Aku jujur sama sekali belum nerapin manajemen waktu untuk IRT.
Hujan2 membaca tulisan Mbak Damar Aisyah bikin hatiku menghangat 🙂 duluuuu pertama kali menjalani status Ibu Rumah Tangga suka nangis karena kerjaan gak kelar2 apalagi klo Ibu mertua udah membandingkan dirinya yg udah pengalaman sebagai Ibu Rumah Tangga sekian lama dengan diriku yg baru ini.
Aku pun jadi suka ngebandingin diri sendiri. Kok rumah Ibu Mertua kinclong bener sampe kompor aja diselimutin pake kain bersih, kok di rumah Ibu Mertua samsek gak ada debu sementara di rumahku gampang banget nemu debu hehehehe.
Akhirnya aku pelan2 belajar manajemen waktu seperti yg diuraikan Mbak Damar di atas, memilah yg penting, penting banget dan urgent. Alhamdulillah, setelah anakku usia 3 tahunan, hidupku sebagai seorang Ibu dan Istri bisa lebih selow. Gak lagi bandingin urusan rumah dengan Ibu Mertua dan akunya juga sebodo amat klo disindir macam2. Karena, sampai kapan pun aku dan Ibu Mertua adalah dua Ibu Rumah Tangga yg berbeda. Blio full IRT, sementara aku Ibu bekerja juga.
aku merasa jadi supermom sayangnya aku sampe lupa alarm tubuhku mba yang udah jerit-jeritan akhirnya minggu lalu aku istirahat sampe ga kerja dan mengandalkan ART buat bantu semuanya..aku sombong banget merasa mampu sendirian, tidur ga kejaga kini aku ga boleh banyak cape sedih sih aku merasa jadi ringkih hehheh *surhat deh sehat2 ya mba dan keluarga
Ya Allah Mbak Damar, saya terharu looh baca tulisanmu ini. Bener banget kalau pekerjaan IRT itu semacam ‘never ending stories’, enggak ada habisnya. Rasanya pengin dikerjain semua dalam waktu bersamaan biar dikata multitaskingnya kelewatan. Tapi lelah sendiri. Akhirnya saya pun setuju kita ini bukan robot kan, ya. Istirahat itu perlu demi keteraturan di hari berikutnya. Thanks for sharing, saya bookmark halaman ini biar kalau lupa bisa nyontek lagi. Hehe.
Bener banget ya jadi IBu Rumah Tangga itu kok kaya ga ada habis2 nya kerjaan memang penting banget manajemen waktu buat IRT. Trus aku suka banget sama kata2, suami dan anak2 adalah support system utama. Harus bisa diajak kerjasama nih mereka.
Catat! Meski belum jadi IRT, tapi lihat Mbakku yang ngurus rumah ini itu kok kayanya gak selesai-selesai. Yang harus kuomongin nanti sama pasangan ya urusan setrikaan karena aku gak suka kerjaan satu ini
Iya mbaa, aku termasuk ibu rumah tangga. Kerja semuanya sendiri. Kalau nggak pakai timeline dan atur prioritas, kayaknya pusing sendiri. Waktu nyuci biasanya aku mengkilapin lantai bagian tertentu aja. Hihii. Ke pasar saat jadwal nyetrika…Dibagj sebisa aku. Berusaha pak suami nggak megang kerjaan rumah..
Bagus banget tulisannya ^^
6 tahun jadi IRT merasakan banget kalau pekerjaan IRT pun butuh manejemen waktu yang baik. Apalagi kalau ada krucil – krucil. Kalau saya biasanya berusaha bangun sepagi – paginya dan membereskan pekerjaan rumah tangga mulai dari masak, nyiapin sekolah si kakak, njemur sampai nyuapin si kecil. Biasanya jam 8/9 udah beres semuanya tinggal nemenin yang kecil bermain sambil nyolong2 main laptop atau buka hape 😀
Bener banget Mba, ibu rumahtangga tangga juga perlu manajemen waktu yang baik, agar segala pekerjaan bisa diselesaikan dengan tuntas.. Tahu sendiri kan pekerjaan di rumah itu gak ada habis2nya.. Saya mengalaminya juga koq, kerjaan di rumah keteter lantaran tidak bisa memanajemen waktu dengan pekerjaan yg ada..
Huhuhu … bener bangeet, ibu rumah tangga pun perlu manajemen waktu yang baik. Kalau enggak, semua bisa berantakan.
Katanya perempuan itu multitasking, tapi ternyata dengan mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu, malah bisa gak optimal. Bahkan kadang malah keteteran semua hihihi
Wah, keren nih tipsnya. Aku, walopun udah jadi IRT hampir 20 tahun, tetep aja gak bisa manaje waktu. Lebh dominan ke moody. Kalo lagi kepepet, baru deh suka bener. Tapi masa kudu kepepet terus biar pada sesuai jadwal? HIhihi… payah ya. :)))
Bener banget mbak, aku biasanya pakai to do list mengatur kerjaan sehari-hari tapi tetap aja ada job yang ditunda melulu hihi
Salam kenal. Sampai sekarang aku masih keteteran dengan pekerjaan rumah. Seperti lingkaran setan. Beres satu dilain berantakan. Akhirnya aku berdamai dengan diriku. Pokoknya kerjakan, masalah tidak beres-beres tak masalah. Jelek memang tidak ada komit untuk menjaga agar tidak berantakan.
Gimana ya mba biar bisa konsisten menej waktunya?..aku pernah nerapin menej waktu sampe nulis detail, tapi cuma bertahan 1sampe 2 hari Doang, hari2 berikutnya amburadul lagi, kegiatan nya sering tdk sesuai dengan manejemen waktu yg di buat.