Mempersiapkan Anak dengan New Normal

Sudah tiga bulan kami menjalani kehidupan abnormal di balik tembok-tembok rumah kami yang tidak seberapa luas. Hari-hari ini kami dipaksa berdamai dengan kehidupan New Normal, seiring dengan pernyataan WHO bahwa virus Corona yang menyebabkan Covid-19 ini kemungkinan tidak akan hilang, meskipun vaksinnya ditemukan.

Pernyataan ini kemudian ditanggapi pemerintah dengan himbauan untuk berdamai dengan Covid-19 dan memberlakukan protokol kehidupan New Normal. Meskipun kalau boleh jujur sebenarnya kami masih was-was karena kurva pasien terinfeksi belum juga melandai. Namun kami putuskan ikut berdamai dan mempersiapkan diri dengan kehidupan New Normal yang sepertinya akan menjadi gaya hidup baru di masa depan.

Kehidupan New Normal di Masa Pandemi Corona

Hal pertama yang menjadi fokus kami adalah mempersiapkan anak dengan New Normal. Selama ini kami sangat membatasi informasi tentang pandemi corona pada mereka, meskipun kami tak segan menyampaikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi akibat virus ini. Salah satunya mengenai penularannya yang sangat mudah dan tidak terlihat. Juga mengenai tidak adanya kepastian waktu, kapan pandemi ini akan berakhir.

Secara psikologis anak-anak sudah cukup menderita dengan keterbatasan ruang gerak selama 3 bulan terakhir ini. Sudah tidak bisa ke mana-mana, tidak punya teman pula. Jangankan ke area publik, sekedar ingin main ke depan rumah saja kami mewanti-wanti dengan berbagai peringatan. Misalnya seperti:  jangan lupa pakai masker, masuk rumah langsung cuci tangan, harus jaga jarak dengan orang lain. Pokoknya riweh, makanya mereka memilih di rumah saja daripada banyak aturan

Belum lagi mereka harus berdamai dengan libur bercita rasa sekolah. Kayaknya sih libur, tapi sekolahnya jalan terus, tugas numpuk dan tetap kejar target pembelajaran. Terdengar mudah, tapi tidak begitu halnya bagi anak-anak.

Berbicara tentang Kehidupan New Normal

Mempersiapkan anak dengan new normal

Kami sadar tidak bisa terus-terusan seperti ini. Bukan, bukan berarti kami memaksakan diri dan denial dengan situasi sekarang. Namun kami berusaha mempersiapkan anak-anak dengan kehidupan New Normal yang nantinya tidak lagi terbatas dalam dinding rumah kami. Akan tiba saatnya kami harus keluar rumah dan beraktivitas seperti sedia kala.

1.New Normal akan menjadi gaya hidup baru

Perlahan kami mulai berbicara kepada anak-anak bahwa kehidupan New Normal tidak akan terjadi untuk satu atau dua bulan saja. Segala hal yang tadinya abnormal ini akan terjadi dalam waktu yang mungkin lebih lama. Bahkan mungkin selamanya dan menjadi gaya hidup baru.

Anak-anak harus siap. Kami pun sebagai orangtua harus memberikan contoh kesiapan kami mengikuti protokol di area publik yang semakin njelimet dan butuh kesabaran. Suatu hal baru memang awalnya selalu susah. Tapi seiring berjalannya waktu, siapapun pasti bisa dan terbiasa.

2. Memakai masker akan menjadi perlengkapan fashion di luar rumah

“Nanti, kalau sudah boleh sekolah lagi berarti corona sudah pergi kan, Buk? Asyik! Berarti enggak perlu pakek masker lagi.”

Kami paham, memakai masker tidak selalu nyaman bagi semua orang. Jangankan anak-anak, saya pun kadang merasa engap dan tidak tahan jika terlalu lama. Tetapi, kami harus meyakinkan anak-anak bahwa pemakaian masker merupakan salah satu cara untuk meminimalisir penyebaran Covid-19. Nyatanya virus ini sangat kecil dan tidak terlihat. Nyatanya lagi, kemungkinan virus ini tidak akan hilang layaknya influenza.

Berulang kali kami sampaikan kepada anak-anak, masker akan menjadi salah satu perlengkapan fashion untuk keluar rumah. Jadi kalau sudah memakai baju dan celana, maka masker tak boleh lupa dikenakan.

Mempersiapkan anak dengan new normal

3. Perlengkapan cuci tangan jika nantinya harus kembali ke sekolah

Entah berapa bulan lagi anak-anak pasti kembali ke sekolah. Memang untuk saat sekarang kami masih ragu-ragu, apakah nantinya anak-anak kami izinkan kembali ke sekolah pada tahun ajaran baru. Namun, cepat atau lambat pasti akan ke sekolah juga karena kami belum berniat untuk melaksanakan pendidikan di rumah.

Untuk itu anak-anak harus terus diingatkan perkara mencuci tangan. Tak lupa kami pun merencanakan membawa sendiri cairan antiseptik, tissue basah, tissue kering dan sabun cair dalam kemasan kecil untuk mereka bawa setiap hari.

Nantinya sekolah juga pasti menyediakan fasilitas tersebut. Tetapi demi kenyamanan, apalagi kami tidak tahu apakah anak-anak bisa disiplin untuk antri dan menjaga jarak. Jadi, sebaiknya “siap payung sajalah, sebelum kehujanan.”

4. Hanya makan bekal dan tidak jajan di kantin sekolah

Masih jika mereka harus kembali ke sekolah, maka bekal merupakan perlengkapan wajib yang harus dibawa. Sebenarnya sebelum pandemi pun baik Najwa maupun Najib sudah membawa bekal, hanya saja sesekali mereka jajan di sekolah. Namun, ke depannya untuk sementara waktu sepertinya saya akan melarang mereka jajan di luar.

5. Social distancing

Tidak mudah meminta anak-anak untuk selalu menjaga jarak, apalagi jika mereka sudah bertemu dengan teman-temannya. Yang pelukanlah, gandeng-gandengan. Ya namanya saja anak-anak. Tetapi, mau nggak mau, sementara ini anak-anak harus terus diingatkan untuk menjaga jarak. Mending ngalah kalau kalau antrian berjubel di depan kelas atau di toilet. Pokoknya nunggu sepi saja dan jauhi kerumunan.

Tidak makan di luar dulu. Sekolah wajib bawa bekal dari rumah.

6. Tidak jalan-jalan ke mall, tidak makan di luar dan sementara tidak traveling dulu

Mengingat pada awal Juni nanti mall-mall di Jakarta rencananya akan dibuka kembali, maka sejak jauh hari kami sudah menjelaskan pada anak-anak bahwa untuk sementara waktu kami tidak akan ke mall. Tidak akan mengakses area hiburan di luar, tidak makan di luar dan sementara waktu tidak traveling dulu termasuk ke rumah orangtua di kampung.

Anak-anak sudah tahu apa alasan kami melarang itu semua. Salah satunya karena area publik bisa diakses siapa saja dan kita tidak tahu dari mana asalnya serta kondisi kesehatannya. Selain itu, kami sendiri tidak bisa memastikan kondisi kesehatan kami. Jadi sabar dulu, minimal sampai kasus positif mencapai angka 0% atau vaksinnya sudah ditemukan.

Intinya memang sabar, sabar dan sabar dengan segala ketidakpastian ini. Namun bukan berarti menyerah karena semuanya bisa diusahakan, salah satunya dengan mempersiapkan anak dengan New Normal.

Yang penting orangtua mengusahakan dan mau repot sedikit. Nanti, segala hal yang kita sebut New Normal ini akan jadi sesuatu yang normal kok, dan malah jadi abnormal kalau enggak kita lakukan.

 

Leave a Comment