Rahasia Mengasuh Anak Kinestetik dengan #AksiFlashBunda

Maksud hati ingin bersantai saat akhir pekan tiba. Bangun lebih siang, atau kembali bergelung dalam hangatnya selimut setelah menunaikan dua rakaat salat subuh. Tapi apa daya, kenikmatan seperti itu nampaknya hanya ada dalam angan-anganku saja. Karena kenyataannya setiap akhir pekan atau liburan, aktivitasku justru semakin padat.

Pekerjaan rumah tangga tak pernah ada liburnya, ditambah duo kinestetik yang saat liburan semakin banyak maunya. Yang jogging di Kanal Banjir Timur lah, berenang, main sepeda, kadang-kadang tanpa rencana mereka minta mengunjungi taman-taman di Jakarta, atau ke RPTRA.

Iya, Najwa dan Najib memang memiliki kecenderungan kinestetik. Sejak keduanya menginjak usia batita, kecenderungan itu sudah mulai terlihat, khususnya pada Najwa yang kini telah duduk di bangku kelas dua sekolah dasar.

Awalnya aku berpikir mungkin karena masih dalam usia kanak-kanak saja mereka berdua cenderung aktif dan susah diam. Tapi kemudian laporan demi laporan datang dari guru TK yang mengajarnya. Baik di Kelas A maupun B, semuanya menyatakan bahwa Najwa memiliki kecenderungan kinestetik seperti susah diam, suka melibatkan fisik dalam beraktifitas dan rentang konsentrasinya tidak bertahan lama.

Selain itu Najwa juga lebih mudah menerima materi dalam bentuk peragaan fisik, gerak tubuh, lagu, atau bersentuhan langsung dengan obyek yang menjadi bahan ajar.

Laporan semacam ini kembali kuterima saat Najwa belajar di kelas satu sekolah dasar. Suatu ketika Bu Guru menyampaikan hasil pengamatannya, bahwa dalam satu sesi jam belajar, Najwa hanya kuat duduk paling lama 30 menit saja. Selebihnya ia memilih berdiri atau berjalan-jalan di belakang.

 

Mengasuh anak kinestetik
Mengajak anak-anak beraktivitas di luar rumah sangat efektif untuk mengajarkan banyak pengetahuan baru

 

Cara Sederhana Mengasuh Anak Kinestetik

Di rumah, aku memang tidak mengharuskan anak belajar dalam kondisi duduk tenang di belakang meja belajar. Itu sebabnya aku tidak ambil pusing ketika Najwa belajar di mana saja. Kadang-kadang menghafal pun ia lebih nyaman sambil melakukan aktivitas lainnya.

Tak disangka hal serupa terjadi pada Najib adiknya. Karena sudah lebih dulu mengamati tanda-tanda kecenderungan kinestetik pada Najwa, aku pun mulai mengubah pola asuh yang lebih cocok untuk tipe belajar keduanya. Selain lebih banyak memberikan aktivitas fisik untuk meyalurkan energinya yang berlebihan, aku dan suami mulai sering mengajak keduanya beraktivitas di luar rumah untuk mengeksplor segala hal yang berpotensi menyumbang pengetahuan baru untuk anak.

Baca juga: Gangguan Kesehatan pada Anak saat Traveling

Tak jarang, kami pun melibatkan mereka dalam beberapa kegiatan kami berdua, termasuk dalam urusan pekerjaan rumah tangga.  Dan harus kuakui, keduanya lebih cepat mengingat dan memahami suatu konsep jika dipaparkan langsung pada peristiwa dan obyek aslinya.

Oh ya, anak-anak kinestetik juga cenderung menyukai musik dan gerak tubuh. Setidaknya ini yang kuamati dari beberapa anak dengan kecenderungan sejenis, dan tentu saja dari pengalamanku mengasuh DuoNaj. Keduanya sangat menikmati musik. Tentu saja mereka tidak menikmatinya dengan diam, tapi sambil berjoged a la artis Korea.

Atas dasar alasan ini pula aku memutuskan untuk memasukkannya  ke lembaga pelatihan musik dan ekstrakurikuler tari. Syukur alhamdulillah progress-nya sangat menggembirakan. Kami pun merasa sedikit terbantu untuk mengalihkan energi yang berlebihan itu dengan kegiatan yang positif.

 

Mengasuh anak kinestetik
Gerak tubuh (tari) dan musik sangat efektif untuk mengalihkan energi si kinestetik

 

 

Risiko Jatuh dan Lebam pada Anak-anak Kinestetik

Mengasuh anak kinestetik sangat melelahkan. Pada awalnya aku sempat kewalahan melakukan pola pengasuhan seperti ini. Karena baik Najib maupun Najwa, keduanya baru benar-benar diam ketika sedang tidur terlelap. Selebihnya, adaaa saja yang akan dilakukannya.

Dengan melakukan pengasuhan based on activity, mau tak mau aku pun harus banyak bergerak mengikuti kegiatan mereka. Capek, tapi kalau mengingat progress-nya, orangtua mana yang bisa menolaknya?

Selain itu risiko anak jatuh kemudian terluka atau lebam juga hampir tak bisa dihindarkan. Selain jatuh dari sepeda, perosotan, jungkat-jungkit, Najib pun pernah mengalami lebam di bagian dahi karena terjatuh dari tangga. Awalnya aku merasa khawatir dan mulai melarang-larang. Bukan apa-apa, karena merasa ngeri saja melihat  lebam di bagian dahi yang kemudian warna kulitnya pun berubah menjadi merah.

Belum lagi kalau si kecil mulai rewel karena merasa nyeri. Kalau nggak ingat manfaat positifnya, aku bakalan ngeluarin banyak aturan baru terkait aktivitas fisiknya.

 

Mengasuh anak kinestetik

Thromboflash Sahabat  Mengasuh Anak Kinestetik

Ketika anak mengalami jatuh kemudian menderita luka dalam atau lebam, kondisi pembuluh darah kapiler di bawah kulit memang pecah akibat benturan dengan benda tumpul. Nah, saat pembuluh darah pecah inilah maka darah yang ada di dalam akan menyebar ke jaringan yang ada di sekitar area kulit yang terbentur, kemudian mengakibatkan rasa nyeri dan perubahan warna kulit menjadi kemerahan.

Biasanya, satu atau dua hari setelah benturan, warna kulit akan menjadi kebiruan atau ungu gelap. Perubahan warna ini disebabkan karena minimnya asupan oksigen dan juga pembengkakan di area sekitar memar. Akibatnya, hemoglobin yang berwarna merah akan berubah menjadi biru.

Untuk membantu proses penyembuhan lebam, biasanya aku menggunakan Thromboflash yang merupakan gel anti thrombosis atau coagulant. Gel yang bahan aktifnya adalah Heparin 200 IU ini bekerja melarutkan gumpalan darah yang berada di permukaan kulit yang memar. Kemudian membantu mengurangi peradangan dan melancarkan darah. Sehingga proses penyembuhannya pun menjadi lebih cepat.

Baca juga: 5 Hal yang Dibutuhkan Anak dalam Kehidupannya, dan Semuanya Gratis!

Biasanya aku mengoleskan Thromboflash secara tipis-tipis pada bagian memar atau lebam. Pengaplikasiannya boleh dalam jangka waktu sampai lebam benar-benar sembuh total. Tapi pastikan tipis-tipis saja, dan jangan gunakan di atas luka yang terbuka.

Selama proses penyembuhan ini bagian kulit yang lebam atau memar biasanya akan mengalami perubahan warna. Mulai merah, biru atau ungu gelap, hijau pucat sampai pada tahap terakhir berwarna kuning kecoklatan. Saat warna semakin samar kemudian memudar, ini satu pertanda bahwa kondisi jaringan kulit sudah normal sehingga bisa dinyatakan sembuh.

 

Mengasuh anak kinestetik

 

Thromboflash Gel Anti Thrombosis Bersertifikasi Halal MUI

Sejak mengetahui risiko jatuh dan lebam akibat aktivitas anak kinestetik yang lumayan tinggi, Thromboflash wajib ada di kotak P3K di rumah. Sebagai salah satu produk yang melindungi konsumen, Thromboflash dengan bahan aktif heparin dari mucosa sapi ini lolos uji dan bersertifikasi halal sehingga aman dan nyaman.

Setelah memilih  Thromboflash untuk luka dalam/memar/lebam  yang dialami anak-anak, kami  pun enggak khawatir lagi ketika duo kinestetik di rumah selalu banyak aksi, meskipun kerap memacu adrenalin orangtuanya. Yang penting selalu dalam pengawasan agar aktivitas yang dilakukan tidak berlebihan. Urusan jatuh, kejedot dan sebagainya, serahkan saja pada Thromboflash biar gak takut lebam.

 

17 thoughts on “Rahasia Mengasuh Anak Kinestetik dengan #AksiFlashBunda”

  1. Wah…anak-anak kinestetik, BukNaj jadi ikutan gedombrangan. Hehe…Dulu anakku perempuan malah lebih aktif dibandingkan kakaknya yg cowok. Yg cowok jail aja sih. Pernah diikutkan taekwondo biar rada petakilan gimana gitu. Cuma tahan sampai sabuk ijo, trus quit. Engga suka “berantem” anaknya.
    Malah yg cewek, pas udah gede tanya, kenapa dulu engga dilesin martial art atau nari?…

    Reply
  2. Iioo juga kinestetik mbak. Harus banyak tenaga kita ya hihi.
    Mau coba ahh sedia ini di rumah dan kalau bepergian, baru tau merk ini soalnya hehhe

    Reply
  3. Butuh ekstra tenaga buat anak kinestetik, apalagi ada dua…Emaknya mesti setrooong!!
    Syukurnya kita terbantu dengan banyaknya pilihan kegiatan sekarang juga berbagai tempat berkegiatan di luar seperti taman untuk menyalurkan energi mereka.

    Reply
  4. aku dulu kalo jatuh sering lebam keknya aku pas anak2 juga kinestik nih, gak bisa diem wkwk. Wah jaman dulu kaya belum ada tromboflash, kalo udah ada keknya aman nih meski sering kejedot wkwk.

    Reply
  5. Wah Najwa.mirip banget sama buknaj. Hehe… Trus saya juga baru tahu ada salep anti lebam. Lumayan nih dapat referensi baru. Maklum, anak saya juga kinestetik. Thanks for sharing buknaj

    Reply
  6. Wah, duo Naj kinestetik ternyata. Pasti rumahnya seru terus 🙂 Apalagi ibuknya udah tau cara penyaluran bakatnya. Siplah.
    Nyimak, nih. Walaupun anak sulungku sih cenderung visual dari kecil. Ada buku, anteng deh. Belajarnya juga tenang, gitu.
    Mungkin sih, adeknya nanti ke arah kinestetik karena sukanya main2 di luar. Maunya jalan2 terus.
    Btw, baru tau nih ada Thromboflash. Catet, ah. Nice info 🙂

    Reply
  7. Ini seperti anak keduaku. Kalau belajar kaki dan tangannya nggak pernah diam. Saat jalan suka buru-buru, jadinya sering kejeduk-keduk. Jadinya kakinya banyak lukisanEnerginya banyak banget

    Reply
  8. Thromboflash cocok tersedia di rumah ya mba. Sewaktu-waktu anak-anak kita lebam karena jaruh atau kejedot gak bingung krn ada thromboflash. Makasi mb info ttg produk yang berguna buat sehari-hari.

    Reply

Leave a Comment