Indonesia dengan potensi sumber daya kelautan sebagai berkah, sudahkah memberikan penghidupan yang layak bagi masyarakat yang berdiam di atasnya?
Sebagai negara dengan wilayah 70 persen lautan dan 30 persen daratan, dengan 17.000 pulau dan garis pantai lebih dari 90.000 km, Indonesia sering dieluk-elukkan sebagai negara maritim dengan potensi kekayaan laut yang luar biasa besar khususnya di sektor perikanan. Sayangnya, Indonesia juga harus menelan kenyataan pahit akan kontrasnya kehidupan nelayan dengan kekayaan alam laut yang menjadi sumber penghidupan mereka. Miris, karena nelayan tradisional hidup dalam kemiskinan, sedangkan laut yang saban hari dijumpainya menyimpan potensi kekayaan yang tak terhingga.
Kemiskinan Mengancam Masyarakat yang Menggantungkan Hidup pada Kekayaan Laut Indonesia
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, tercatat 20 hingga 48 persen masyarakat nelayan di Indonesia masih termasuk dalam kategori miskin. Sedangkan data pada tahun 2019 menunjukkan kurang dari 14,58 juta jiwa atau sekitar 90 persen dari 16,2 juta nelayan belum berdaya secara ekonomi dan berada di bawah garis kemiskinan.
Salah satu permasalahan yang menyebabkan rendahnya perekonomian masyarakat nelayan di Indonesia adalah hasil tangkapan ikan yang rendah. “Kalau sedang mujur, pulang bisa bawa ikan banyak. Kalau enggak, kadang cuma separuh karena harus berbagi dengan pemilik kapal. Kadang malah pulang tanpa ikan,” begitu keluh sebagian besar nelayan tradisional yang menetap di kampung-kampung nelayan.
Selain persaingan antar nelayan yang menyebabkan minimnya hasil tangkapan ikan, ketepatan daerah potensial penangkapan juga mempengaruhi hasil tangkapan ikan. Selama ini, nelayan tradisional menggunakan pengalaman turun-temurun untuk memetakan daerah penangkapan ikan. Biasanya, mereka melakukannya dengan membaca kondisi laut apakah ada buih-buih pada permukaan air, atau melihat apakah ada kawanan burung di permukaan laut, juga melihat rasi bintang. Cara-cara ini membuat nelayan harus berputar-putar menjelajahi perairan untuk menemukan tanda-tandanya. Otomatis, waktu, tenaga, dan bahan bakar yang diperlukan juga semakin banyak. Sedangkan, hasil tangkapan ikan tidak selalu sesuai dengan harapan.
Sebuah Tekad untuk Melakukan Perubahan Kecil
Rupanya, permasalahan serupa dialami nelayan tradisional di Bali. Jumlah tangkapan ikan yang rendah membuat masyarakat nelayan hidup pas-pasan, bahkan berada pada ancaman kemiskinan. Kehidupan nelayan Bali berbanding terbalik dengan kemegahan wisata Bali. Tak sepadan dengan kekayaan lautnya.
Tak pelak kondisi ini mengusik seorang seorang I Gede Merta Yoga Pratama. Alumnus Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Udayana ini merasa prihatin dan bertekad ingin membuat sebuah perubahan kecil. Pada umumnya, nelayan kecil menjual hasil tangkapannya pada tengkulak dengan harga yang lebih murah. Hal ini terpaksa dilakukan karena hasil tangkapan tidak seberapa, bahkan tak jarang nihil. Yoga ingin nelayan kecil bisa mendapatkan hasil tangkapan setiap hari meskipun berada di antara pergumulan kapal-kapal besar.
Saatnya Nelayan Kecil Sebar Jaring dengan Bekal Teknologi
Aplikasi Fish-Go menjadi jawaban atas perubahan kecil yang diimpikan Yoga. Awalnya, ia tidak pernah menyangka bahwa aplikasi yang lahir dari tugas kuliah ini dapat membawa nelayan tradisional “naik kelas”. Sempat menjadi bahan guyonan bagi dosen dan teman-temannya, namun aplikasi yang terinspirasi dari “Pokemon Go” ini akhirnya membuahkan hasil setelah digarapnya dengan serius bersama beberapa orang teman yang kemudian menjadi timnya..
Tercetusnya ide pemanfaatan teknologi di dunia penangkapan ikan ini bermula ketika Yoga mengikuti sebuah proyek pada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ia menemukan manfaat teknologi pemodelan sonografi untuk memetakan makhluk hidup di wilayah perairan. Ternyata, metode ini juga dapat digunakan untuk pemetaan ikan. Dengan memanfaatkan teknologi citra satelit, daerah potensi penangkapan ikan dapat diprediksi berdasarkan karakteristik ikannya. Yoga pun tak lantas membiarkan pengetahuannya menguap begitu saja, bersama teman-temannya ia menggunakan data selama kurun waktu 10 tahun terakhir untuk menghasilkan peta prediksi.
Pernah ditertawakan dan tak jarang dipandang sebelah mata namun semangat seorang I Gede Merta Yoga Pratama tak pernah surut. Berkat semangat, keuletan dan keyakinannya, Yoga memutuskan merintis teknologi yang diimpikannya untuk para nelayan melalui lomba karya ilmiah. Hasilnya pun tidak mengecewakan karena prototipe Fish Go berhasil memenangkan hadiah. Puncaknya pada akhir 2019, Pemerintah Kabupaten Badung tak ragu lagi untuk menggelontorkan dana sebesar 1 miliar.
Seiring dengan karier Fish Go yang terus menanjak, Yoga pun mulai merekrut tenaga ahli di bidangnya, mulai dari tenaga IT hingga akutansi. Yoga juga mulai melakukan sosialisasi pada nelayan meskipun hasilnya tak seindah angan-angan.
Semangat Mengubah dengan Pendekatan Langsung di Lapangan
Pada masa-masa sosialisasi Fish Go, Yoga tak segan untuk melaut dan mengarahkan langsung para nelayan. Awalnya hanya satu nelayan saja, kemudian keberhasilan aplikasi pendeteksi lokasi ikan ini pun mulai diminati dan menyebar di kalangan nelayan Badung.
Uji coba diterapkan melalui kelompok-kelompok nelayan Kabupaten Badung dan Karangasem, khususnys di Desa Seraya. Keunikannya, meskipun Fish Go berbasis android, namun tidak semua nelayan harus memiliki android. Dalam satu kelompok yang terdiri dari beberapa nelayan dengan beberapa kapal hanya diperlukan satu ponsel android saja.
Fish Go, Perwujudan Semangat untuk Hari Ini dan Masa Depan yang Lebih Baik
Aplikasi Fish Go menerapkan semangat kebaikan untuk hari ini dan masa depan karena tidak terbatas untuk membantu nelayan memperbaiki taraf hidup nelayan, namun juga ingin menjaga keberlangsungan ekologi.
Siapa sangka, sebuah perubahan kecil yang awalnya hanya ada dalam angan-angan Yoga dan kawan-kawan terwujud dalam sebuah aplikasi yang menawarkan perbaikan bagi para nelayan tradisional. Berbasis teknologi, Fish Go diharapkan dapat mengikuti laju perkembangan dunia di masa depan.
Fish Go menawarkan pelacakan daerah potensial penangkapan, rute penangkapan, memetakan pergerakan ikan, memprediksi cuaca dengan tepat sasaran sehingga nelayan dapat melaut dengan aman, dan waktu penangkapan terbaik. Fish Go juga mudah digunakan nelayan dengan memberikan daerah potensial penangkapan hingga tingkat spesies yang ada.
Selain itu, Fish Go juga memungkinkan efisiensi bahan bakar kapal karena menyediakan rute penangkapan ikan. Hanya saja, terkadang timbul permasalahan sinyal ketika telah melebihi jarak 6-9 mil. Untuk mengatasinya, Yoga memasang GPS eksternal yang sudah disiapkan sebelumnya, dengan koordinat yang didapatkan dari aplikasi Fish Go.
Fish Go, Berbasis Teknologi Namun Tidak Meninggalkan Keberlangsungan Alam
Untuk menemukan koordinat kapal juga bukan perkara mudah. Yoga menuturkan bahwa ia memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan untuk mengumpulkan koordinat tangkapan ikan di satu daerah. Tidak mudah dan tidak cepat, namun prediksi lokasi ikan yang dihasilkan semakin mumpuni.
Semangat untuk mengubah kehidupan di hari ini, namun jangan pernah meninggalkan masa depan. Begitu pun semangat yang dikobarkan Yoga melalui aplikasi Fish Go yang juga berkeinginan untuk menjaga keberlangsungan ekologi, memastikan ketersediaan ikan sustain di masa depan.
Aplikasi Fish Go menyediakan fitur penyeleksi kapal, di mana hanya kapal dengan maksimal 5 GT dan bermesin 5PK, serta memiliki alat tangkap yang ramah lingkungan yang akan mendapatkan akses. Fish Go diciptakan memang tidak menyasar kapal besar. Pertama, karena Yoga dan teman-teman ingin memberikan kesempatan pada nelayan kecil untuk memperbaiki taraf penghidupan. Kedua, untuk memastikan ketersediaan ikan senantiasa sustain di hari-hari yang akan datang.
Keberhasilan Fish Go Menjadi Sebuah Pengharapan Bagi Nelayan Kecil
Setelah proses panjang dan tidak mudah yang dilalui Yoga bersama sembilan orang rekannya, Fish Go mulai membuahkan hasil dan memberi manfaat bagi nelayan kecil. Yoga menuturkan bahwa sejak berhasil membawa nama pemerintah, ia dan rekan-rekannya lebih mudah mendapatkan akses pada nelayan. Kini, tak kurang dari 563 nelayan telah menjadi pengguna aktif. Meskipun aplikasi Fish Go baru tersedia di Kabupaten Badung, Buleleng, dan Karangasem, namun tawaran dari kabupaten serta pulau lain terus berdatangan.
Ketepatan prediksi Fish Go juga memberikan semangat dan pengharapan baru bagi para nelayan. Sebuah pengalaman menarik terjadi ketia Yoga dengan para tim dan nelayan melakukan pencarian ikan lemuru. Umumnya, untuk menjaring ikan tersebut diperlukan waktu hingga 2 jam, dengan 20 set jaring harus dilepaskan. Namun, dengan menggunakan aplikasi Fish Go, tak berselang 30 menit dengan hanya 10 jaring diturunkan, ikan-ikan tersebut telah memenuhi jaring dan harus segera dinaikkan.
Semangat I Gede Merta Yoga Pratama Jangan Berhenti Pada Satu Generasi
Sebagai salah satu penerima Penghargaan Satu Indonesia Award Tahun 2020 yang diprakarsai oleh Astra Indonesia, Yoga dan tim telah membuktikan bahwa impian dan harapan untuk masa depan yang lebih baik dapat diwujudkan sejak hari ini, dengan semangat dan keberanian untuk menghadapi setiap rintangan dan kegagalan. Yoga berharap, inovasi teknologi dapat meningkatkan penghidupan nelayan kecil. Menghapus kemiskinan di atas laut Indonesia yang kaya.
Ke depan, Yoga menargetkan aplikasi Fish Go dapat digunakan di seluruh Indonesia. Ia tak memungkiri bahwa untuk mewujudkannya memerlukan penelitian yang lebih mendalam dengan pengembangan lebih lanjut. Ia juga berharap pemerintah setempat maupun pusat memberikan dukungan untuk penelitian yang akan terus dikembangkannya.
Yoga sadar betul, Fish Go tidak dapat bergerak sendiri. Semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia tidak dapat berhenti sampai di sini, diperlukan gerakan masif dari seluruh pihak untuk menjaga semangat ini terus menyala hingga di hari-hari nanti.
Aplikasi Fish Go hanyalah salah satu cara untuk menumbuhkan kesadaran bahwa teknologi sangat mungkin untuk membantu memperbaiki taraf hidup nelayan di Indonesia. Di masa depan, perkembangan teknologi akan semakin pesat dengan penggunaan yang kian masif. Momen tersebut tentunya harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mewujudkan Indonesia yang berdaya di hari ini dan di masa depan nanti.