Buk, Bantu Aku Menumbuhkan Kepercayaan Diriku

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
www.damaraisyah.com

“Buk, tadi temanku terlambat. Dia bilang dia tahu kalau masuknya jam setengah 10. Tapi Ibunya enggak percaya. Aneh ya, Ibu-ibu kenapa enggak percaya sama anaknya. Padahal anak-anaknya sudah tahu mana yang benar.”

Cerita Najwa sepulang sekolah tadi terasa bagai tamparan bagi saya. Bagaimana tidak, saya pun kerap kali tidak langsung percaya pada ucapannya? Tak jarang, saya juga masih sering meragukan kemampuannya. Suka mendiktenya untuk melakukan ini dan itu. Terlalu besar mengambil porsi dalam menyelesaikan masalahnya. Dan banyak hal lagi kesalahan yang saya lakukan dengan dalih khawatir pada anak.
Padahal saya tahu betul, kekhawatiran saya ini terlalu berlebihan, alias lebay. Saya juga paham bahwa cara saya ini bisa menghambat kepercayaan diri mereka. Padahal kepercayaan diri merupakan salah satu modal dasar anak, untuk bisa survive dalam kehidupan ini.
Terlalu Akrab dengan Penyakit Khawatir
Saya sering berpikir sendiri. Dulu, saya pun merasa kurang percaya diri akibat terlalu banyak kekhawatiran dari orangtua saya. Kekhawatiran itu kemudian berubah menjadi larangan, aturan dan berbagai batasan lain yang diterapkan pada anak-anaknya. Yang mau tak mau menghambat perkembangan emosional kami.
Tapi saya sangat memaklumi kondisi tersebut. Menjadi  orangtua tunggal memang selalu tak mudah. Sedangkan ibu saya harus menaklukkan tantangan tersebut bersama empat orang anak gadisnya. Tanpa pesangon, tanpa pensiun, bahkan tanpa penghasilan tetap. Hidup penuh kehati-hatian. Imbasnya, segala hal pun terasa sangat mengkhawatirkan baginya.
Kini, setelah menjadi orangtua saya merasakan betul kebimbangan tersebut. Di satu sisi, saya ingin memberikan kelonggaran untuk DuoNaj. Sehingga mereka lebih mudah menumbuhkan kepercayaan dirinya. Di sisi lain, sepertinya saya kadung akrab dengan penyakit khawatir. Hingga tanpa sadar saya pun menularkannya kepada buah hati saya.
Menumbuhkan Kepercayaan Diri pada Anak
Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com
A Parent’s ability to be instrumental in building their kid’s confident is one of the important things you’ll do for them ( Corine – The Pragmatic Parent)
Yup, saya setuju dengan kutipan di atas. Dalam hal apapun yang terkait dengan pengasuhan anak. Mau tak mau orangtualah yang pertama kali bertanggung jawab. Memberikan contoh, menularkan dan memaparkan pada kondisi yang mendukung perkembangan anak. Termasuk salah satunya dalam hal menumbuhkan kepercayaan diri.
Kebetulan, beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah artikel tentang menumbuhkan kepercayaan diri anak pada sebuah blog parenting asing. Idenya lumayan unik dan segar, cocok buat diterapin mahmud seperti saya dan teman-teman. Eh, umur berapa masih ngaku mahmud aja, hehehe.
Setelah mengalami sedikit penyesuaian dengan kondisi dan pengalaman pribadi. Berikut saya tulis kembali 7 cara dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada anak-anak versi saya.

1. Menjadikan anak sebagai prioritas utama

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com
Saya sibuk, teman-teman sibuk, dan setiap orang pasti memiliki kesibukan masing-masing di tengah dunia yang penuh dengan distraksi. Sayangnya anak-anak tak peduli dengan itu semua, karena yang mereka inginkan hanya kita, orangtuanya.
DuoNaj pun begitu, mereka tak perduli dengan pekerjaan rumah saya yang masih menumpuk. Tak ambil pusing jika rumahnya kotor karena saya belum sempat beberes. Yang mereka inginkan saya ada, hadir secara “utuh” bersama mereka. Bermain dan bercerita segala hal yang mereka inginkan.
Saya tak menyangkal bahwa perasaan jenuh dan lelah hampir menjadi keseharian. Tapi ketika menemukan progres baru yang berupa peningkatan kepercayaan diri pada anak. Rasanya seperti menemukan “jamu” untuk semua kelelahan ini.
2.  Memberikan pujian secara spesifik
Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com
Good job, Dear!”, “Great!” dan lain sebagainya. Biasanya begitulah saya memuji anak-anak. Apakah mereka senang? Tentu saja, karena pujian atau apresiasi selalu menjadi boosting semangat buat mereka.
Tapi, suatu hari Najwa menyentil saya dengan mengatakan, “Good job apanya, Buk?” atau “Great karena apa?” Wow, saya baru sadar ternyata selama ini saya hanya sekedarnya saja dalam memuji. Tidak spesifik alias kurang total.
Dalam satu artikel yang saya pelajari. Pujian yang bersifat spesifik jauh lebih membekas pada diri anak. Hal tersebut juga menumbuhkan karakter positif, memudahkan anak mengenali kekuatannya. Dan yang terpenting meningkatkan kepercayaan dirinya.
Good job, Dear! Ibuk suka cara Najwa memilih warna pada gambar pemandangan ini.”Sekarang, begitulah cara saya mengapresiasi anak-anak. Tidak hanya Najwa, Najib pun mendapatkan perlakuan yang sama. Saya berusaha menunjukkan di mana kekuatan anak dalam pujian. Sehingga mereka terfokus pada hal positif dalam dirinya.Baca juga : Penyebab Si Kecil Sering Marah

3. Menghargai pilihan Anak

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
www.damaraisyah.com

 

“Buk, aku mau pakai baju ini?” Najwa membawa satu stel celana pendek dan kaos. Padahal kami berencana pergi ke sebuah acara semi formal.
Dulu, saya langsung mengatakan “tidak” dengan pilihannya. Tapi sekarang, saya coba menjelaskan terlebih dahulu acara apa yang akan kami hadiri. Sehingga dia bisa berpikir untuk kemudian memutuskan kembali pakaian yang akan dipakainya.
Hal serupa sudah mulai saya terapkan kepada Najib. Termasuk dalam hal memilih menu di tempat makan, atau jenis makanan sebagai bekal.
Secara bertahap, saya juga memberikan keleluasaan kepada Najwa perihal kursus apa yang ingin diikutinya. Tentunya setelah melalui beberapa kali diskusi dan memberikan pertimbangan.
Cara ini sangat membantu keduanya  untuk terbiasa mengemukakan pendapat. Imbasnya, kepercayaan diri mereka pun mulai terbentuk seiring dengan persetujuan yang kami berikan pada pilihan-pilihannya.

4. Memberi kesempatan pada anak untuk belajar dari kegagalan 

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com
Memang tidak mudah melihat anak-anak melakukan suatu kegagalan. Sekecil apapun, gagal merupakan satu hal yang sangat ditakuti orangtua bagi anak-anaknya. Meskipun sejatinya anak-anak belajar banyak baik dari kegagalan maupun kesalahan yang mereka lakukan.
Anak-anak harus belajar dari kegagalan, sehingga mereka tidak megulang kesalahan yang sama. Terjatuh karena tidak berhati-hati, gagal dalam ujian karena tidak disiplin dalam belajar, atau tidak mengerjakan PR karena kelelahan bermain. Mereka akan menemukan hubungan sebab akibat, atau konsekuensi dari segala hal yang dilakukannya.
Belajar dari pengalaman adalah hal terbaik dalam sebuah proses belajar. Mereka akan terus mencari cara terbaik sehingga memperoleh hasil yang mereka inginkan. Terkadang memang sedikit berisiko, tapi saya pun sebagai orangtua sedang belajar menngambil risiko untuk proses belajar anak.
Saya percaya, proses tak akan mengkhianati sebuah hasil. Begitu pun dalam hal mengasuh.

5.  Membuatnya merasa berperan

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com

 

Anak-anak sangat senang jika dilibatkan dalam segala hal. Mereka  ingin mendapatkan peran dalam segala hal yang dilakukan orangtua.
Hal serupa saya alami di rumah. Anak-anak sangat senang jika terlibat dalam segala hal yang saya lakukan. Saya pun kini dengan senang hati membagi tugas pada mereka. Menyapu lantai, membereskan mainan hingga menyiram tanaman. Dengan penuh semangat DuoNaj akan melakukannya.
Bahkan si kecil Najib berkali-kali membuat saya terharu, karena keinginannya untuk membantu teman bermainnya seperti tidak bisa ditahan. Sekali waktu dia akan mengajari temannya menggowes sepeda. Di kesempatan yang lain, tanpa jijik dia membersihkan bekas muntah di baju temannya.
Ketika anak mengetahui dirinya memiliki peran, mereka akan merasa penting. Cara ini sangat membantu menstimulus kepercayaan diri pada mereka.

6.  Membiarkan anak menjadi problem solver bagi dirinya

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com

 

Dulu, saya terbiasa mengatasi setiap masalah yang dihadapi anak-anak. Misalnya saat Najwa harus berurusan dengan tugas sekolah. Maka saya akan menjadi hero yang senantiasa dinantikannya.
Tapi kemudian saya sadar. Saya bukanlah ibu peri baginya. Saya tak selalu ada untuknya. Maka memberikan kepercayaan pada Najwa adalah cara yang tepat untuk mengembangkan keterampilannya.
Semenjak itu pula saya lebih banyak mengambil porsi sebagai pendamping. memberikan saran yang memang selalu dianntikannya. Tempat berbagi keluh kesah dan semua kegembiraannya. Bahkan ketika Najwa atau Najib berselisih dengan teman sepermainannya pun, saya mulai mengambil jarak. Membiarkan mereka menyelesaikan sendiri perselisihan di antaranya.
Awalnya memang berat bagi kami. Bagi anak-anak, tentu saja mereka merindukan ibu perinya. Sedangkan bagi saya, naluri untuk menyelesaikan permasalahan anak tak bisa hilang begitu saja.
Kini, proses itu terus kami lalui bersama. Anak-anak pun mulai terbiasa untuk menyelesaikan permasalahannya. Bahkan si kecil Najib sudah bisa menyelesaikan hal-hal kecil yang biasanya selalu menunggu uluran tangan saya. Sekali lagi, saya tetap mendampingi meskipun tidak terlalu berperan.

7. Orangtua sebagai role model 

Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak
Pexel.com

 

“You cannot give your children what you do not have ” (Brene Brown)
Plak! Quote ini rasanya menampar lebih keras. Tapi harus saya akui kebenarannya, bahwa sebagai orangtua saya “tidak bisa memberikan apa-apa jika tidak memilikinya”. Ya, tentunya bukan materi saja. Karena dalam hal pengasuhan, teladan dan pendidikanlah yang utama.
Begitu pun halnya dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Saya sebagai orangtua adalah teladan yang pertama. Contoh yang mereka yakini kebenarannya. Maka dari itu saya pun terus berproses untuk menumbuhkan kepercayaan diri dalam performa saya sebagai orangtua. Menjadikannya sebagai karakter dalam keseharian saya.
Mudahkah? Tentu saja tidak. Setidaknya itu yang saya rasakan. Tapi belum pernah ada cerita orangtua menyerah dalam memberikan teladan pada anak-anaknya. Maka terus berproses adalah satu-satunya pilihan agar dapat memberikan yang terbaik untuk mereka.
Kalau dipikir-pikir, dari 7 poin di atas justru poin yang terakhirlah yang menjadi titik mulanya. Bersikap percaya diri dalam setiap hal yang kita tunjukkan pada anak. Baik dalam mengasuh, maupun melakukan aktivitas kita sendiri. Karena tidak bisa dipungkiri, anak-anak pasti terus melihat kita.
Mungkin ada saatnya kita lelah atau mengalami kegagalan. Tapi tak perlu khawatir dan kehilangan kepercayaan diri saat hal; tersebut terjadi. Kelak, ketika kita bangkit dari kegagalan tersebut, anak akan mendapatkan pelajaran kehidupan yang tak mungkin mereka dapatkan di sekolah manapun. Bahwa kepercayaan diri adalah modal bagi seseorang untuk dapat bertahan dalam kehidupan ini.

See, the journey of parenting is always unique!

18 thoughts on “Buk, Bantu Aku Menumbuhkan Kepercayaan Diriku”

  1. Itulah sebabnya aku berusaha memaafkan dan menghilangkang marah dulu di hatiku, sebelum menasihati Adiba untuk tdk membenci ayahnya, mama tirinya, saudara tirinya, dan adik seayahnya. Dan, tentu itu tak mudah. Sungguh, jadi role midel bagi anak adalah uji nyali tersendiri

    Reply
  2. Suka bagian memberikan pilihan pada anak, itu kerasa banget saat aku pergi sama ponakanku. Pilihan yg dia pilih, membuatnya tdk ragu2 saat memainkan. Walau pilihannya baru sebatas, mau mainan yg mana kl ke semacam TZ

    Reply
  3. Salfok sama Najwa yang lagi ngaca, nurun siapa yaaa? kwkwwkSetuju banget, kepercayaan diri adalah modal bagi seseorang untuk dapat bertahan dalam kehidupan ini.Makasih sudah mengulas ini Mbak 🙂

    Reply
  4. Jadi ketawa baca curhatnya si kakak, aneh ya kok ibu2 gak percaya sama anaknya, haha… Bocah ini seringkali omongannya bikin jleb ya. Murid saya ada Mba yang kakak dan adiknya semua urusan sekolahnya mereka yang atur. Dan memang ternyata Mamanya melatih anak2 menentukan pilihan, kayak mau pakai baju apa aja pas traveling. Kalau acaranya kurang cocok, disampaikan macam Mba Damar bilang. Ada lagi ayahnya murid yang memuji anaknya, "Ternyata kamu pintar banget ya, bisa jawab semua yang ditanya Miss Nita." Pujian pun bikin anak2 jadi tambah pede ya 🙂

    Reply
  5. Sukaaa tulisan mbak Damar, gak sabar ngajarin Musa tentang problem solver hihihi. Yang pake kacamata bawa bedak, titisan BukNaj banget yaa hahaha

    Reply
  6. Setuju banget dengan tips2nya. Banyak ortu yg mengartikan percaya diri itu tampil di panggung atau lomba. Padahal percaya diri terpenting itu adalah mengatasi masalah hidupnya sendiri, terlebih ketika menghadapi kegagalan.

    Reply

Leave a Comment