Pengalaman Merawat Cacar Air pada Anak

Kurang lebih setahun yang lalu, saat Najwa mengeluh pusing dan nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Saat itu, kami memang sedang merencanakan untuk menghabiskan akhir pekan di GBK. Sambil menunggui ibunya yang berencana mengambil beberapa foto venue Asian Games 2018, DuoNaj dan ayahnya berencana menjajal sepeda tandem atau jogging ringan mengelilingi stadion utama.

Tetapi, tak disangka, sesampainya di GBK pusing yang dirasakan Najwa semakin menjadi, bahkan suhu tubuhnya pun berangsur-angsur naik. Awalnya kami pikir hanya kelelahan saja, tapi beberapa saat kemudian Najwa mengeluhkan gatal di sekujur punggungnya. Wajahnya pun terlihat memerah. Spontan saja aku langsung membuka baju untuk memeriksa punggungnya. Ternyata, bintik-bintik kecil kemerahan telah muncul di sebagian besar punggung, perut dan dadanya.

Penyebab  Cacar Air pada Anak

Duh, Najwa kena cacar air, begitu gumamku dalam hati. Baik Najwa maupun Najib, keduanya memang belum pernah terserang cacar air dan aku pun tidak pernah berinisiatif untuk memberikan vaksin cacar air karena berpikir setiap anak pasti akan mengalaminya. Setidaknya sekali dalam hidupnya.

Penyebab cacar air sendiri atau yang oleh dokter anak kami disebut dengan istilah varicella adalah serangan virus varicella-zoster. Cacar air dapat dengan mudah menular melalui percikan ludah atau kontak langsung dengan cairan yang berasal dari bintik atau ruam pada penderita cacar air.

Pada umumnya, cacar air memang menyerang anak -anak di bawah usia 12 tahun. Tetapi, pada kasus tertentu, orang dewasa pun bisa terserang kembali. Hal ini sempat terjadi pada ibu mertuaku, yang pada saat ayahnya Najwa terserang cacar air, beliau sebagai satu-satunya orang yang merawat pun kemudian tertular virus serupa.

Gejala Cacar Air pada Anak

Untuk gejalanya sendiri memang biasanya diawali dengan flu ringan, sakit kepala—seperti yang terjadi pada Najwa, demam ringan hingga berat, kemudian nyeri dan pasien mulai kehilangan nafsu makan.

Biasanya kemunculan ruam atau bintik-bintik merah yang berisi cairan bening tidak serta merta muncul pada keluhan awal. Tapi entah mengapa hal tersebut tidak terjadi pada Najwa, karena begitu ia mengeluh pusing dan nyeri, ruam dan bintik merah sudah terlihat nyata di punggung dan beberapa bagian tubuhnya.

Bisa jadi, hal ini dikareakan kondisi kekebalan tubuh yang berbeda. Atau, bisa juga sebenarnya Najwa sudah merasakan gejalanya, hanya saja ia tidak menghiraukan dan menganggapnya flu ringan atau kelelahan. saja.

Untuk penyebaran ruam atau bintik merahnya sendiri memang biasanya meliputi area wajah, dada, perut, kemudian baru ke area tubuh lainnya termasuk pada mulut dan tenggorokan. Untungnya, pada saat Najwa terserang cacar air justru yang paling banyak di area punggung, sehingga bekas bintik-bintiknya tidak banyak di area wajah. Akan tetapi Najwa justru semakin rewel karena ia sama sekali tidak bisa merebahkan punggungnya.

Merawat Cacar Air pada Anak

Sebenarnya penderita cacar air tidak memerlukan perawatan medis secara khusus, dan hanya perlu banyak istirahat dan mendapatkan perawatan di rumah. Hal senada juga disampaikan oleh dokter anak yang kami kunjungi untuk konsultasi. Beliau hanya memeriksa suhu tubuh dan kondisi ruam cacar airnya, kemudian menganjurkan pemberian paracetamol jika suhu tubuhnya masih di atas 37,5 derajat celcius.

Untuk perawatan di rumah pun sebenarnya sangat sederhana. Hanya saja memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan karena biasanya anak-anak menjadi rewel dan lebih manja. Berdasarkan pengalamanku merawat Najwa, beberapa hal berikut terbukti sangat membantu mempercepat penyembuhan dan pemulihan pasca infeksi cacar air pada anak:

  1. Mengawasi pasien agar tidak sampai menggaruk bintik merah atau ruam cacar air pada tubuhnya, karena hal ini dapat menyebabkan infeksi kulit dan bekas luka saat sembuh. Pemberian oatmeal, bedak dingin atau kompres sangat dianjurkan untuk memberikan rasa lebih nyaman.
  2. Memastikan suhu tubuh anak berangsur-angsur turun karena demam merupakan respon tubuh yang sedang berjuang melawan bakteri dan virus yang menyebabkan rasa sakit. Oh ya, pemberian penurun panas bisa dilakukan dengan membeli obat penurun panas secara bebas, hanya saja harus mengikuti aturan dalam kemasan.
  3. Memperbanyak cairan untuk mencegah dehidrasi pada pasien cacar air.
  4. Mandi seperti biasa dan sangat dianjurkan dengan sabun antiseptik.
  5. Mengganti baju saat tubuh mulai berkeringat dan dianjurkan menggunakan pakaian yang longgar dan berbahan dingin seperti cotton.
  6. Mengisolasi atau tidak membiarkan pasien cacar air berkumpul dengan teman-temannya untuk sementara waktu. Pada kasus Najwa, aku sempat mengajukan izin dengan surat keterangan dokter selama 5 hari. Ditambah dengan 2 kali weekend, total 10 hari Najwa tidak keluar dari rumah.
  7. JIka rasa nyeri dan gatal tidak tertahankan, biasanya dokter akan meresepkan antihistamin untuk mengurangi rasa sakit. Tetapi hal ini harus atas saran dan petunjuk dari dokter yang memeriksa anak.
  8. Menurut penjelasan dari dokter anak kami, pemberian vaksin cacar air memperkecil risiko munculnya ruam yang lebih parah. Di samping itu rasa sakit yang dirasakan pasien pun lebih ringan dibanding pada pasien yang belum atau tidak mendapatkan vaksin cacar air.

Alhamdulillah, setelah melalui masa 10 hari terisolasi di rumah, secara berangsur-angsur baik kondisi tubuh maupun ruam cacar air pada tubuh Najwa mulai mengering kemudian mengelupas. Pada beberapa bagian seperti leher memang ada yang membekas–karena Najwa menggaruknya, tetapi kami segera memberikan parutan jagung muda untuk membantu memudarkan warna dan bekas luka pada kulitnya.

Cara yang terakhir ini memang sangat tradisional, tapi bisa dibilang resep mujarab warisan keluarga kami.

Nah, ternyata merawat cacar air pada anak tidak se-horor yang dibayangkan, ya. Tetapi memang butuh kesabaran tingkat tinggi, telaten, dan untuk orangtua yang merawat sangat dianjurkan menjaga stamina dengan konsumsi vitamin agar tidak mudah tertular.

 

 

10 thoughts on “Pengalaman Merawat Cacar Air pada Anak”

  1. Saya juga pernah merawat anak cacar air (tanpa saran Dokter) gampang2 susah apalagi kalau anaknya banyak tingkah, dan nggak sabaran,habis sudah itu digatuk2. Untungnya waktu itu anak saya masih 1 tahunan, masih asi. Jadi nggak terlalu repot.

    Reply
  2. Zaman dulu waktu anak-anak kecil belum ada sih vaksin cacar air. Jadi ya mereka tertular aja alami. Alhamdulillah udah terlampaui. Ya ada bekas luka, satu. Kami bilangnya rajanya, soalnya yang terakhir kering dan ukurannya cukup besar. Kakaknya di lengan, dan membentuk keloid. Kalau adiknya di tengah dada. Nah, belum tahu tuh resep tradisional, parutan jagung muda, untuk memudarkan bekas luka. Dibuat boreh, ditempelkan di bekas luka?

    Reply
  3. Mba Damar waktu ngerawat anaknya terkena cacar air apa ada anggota keluarga yang kena jugakah, terutama kita ibunya? Bagaimana cara agar kita ibunya nggak sampai tertular Mba Damar? Soalnya pasti repot kan ya klo ibu ketularan soalnya biasanya ibu yang harus mobile ke sana kemari karena khawatirnya menulari orang lain juga

    Reply
  4. Anakku belum kena nih mbak. Semoga aja nggak barengan. Nggak kebayang kalau nanti gatal mereka bakal rewel tuh. Aku tipe emak kurang sbaar. Jadi kudu usaha ekstra untuk telaten ngerawat anak yang kena cacar nanti. Betewe, Artikelnya sangat membantu banget, Mbak.

    Reply
  5. Saat anak kena cacar air aku panik banget, karena aku cuma tinggal berdua sama suami, sementara keluarga semua jauh, langkah pertama suami mencari air kelapa, dan meminumkannya. tapi kecemasan kami yang sangat malah jadi anak makin rewel, akhirnya kami pergi ke dokter umum karena tidak ada dokter anak di situ

    Reply
  6. Waktu anaku kena cacar air, aku juga panik banget, karena saat itu masih tinggal dirantau dan jauh dari keluarga, udah gitu daerah kami tinggal sangat terpencil, alhamdulillah tetangga kanan kiri sangat peduli jadi terbantu juga dalam merawat anak saya.

    Reply

Leave a Comment