Tepat tiga tahun setelah “Aroma Karsa” mengisi ruang imajinasi, pada akhir Februari 2021 yang lalu saya menerima novel Rapijali 1 setelah mengikuti pra pesan melalui salah satu toko buku online. Sayangnya, kali ini saya tidak mendapatkan edisi tanda tangan penulisnya karena keputusan membeli Rapijali ini terjadi secara spontan saja. Setelah membaca email dari Bukabuku mengenai sisa deposit yang sudah lama mengendap, saya langsung login kemudian memilih satu judul karya terbaru Dee Lestari.
Rapijali adalah dunia imajinasi yang menawarkan kisah perjalanan hidup seorang pemusik muda yang memiliki bakat istimewa. Cerita awal novel ini ternyata telah ditulis Dee Lestari saat ia baru lulus SMA pada usia 17 tahun. Rapijali yang merupakan kemasan baru dari “Planet Ping” kemudian mengalami banyak perubahan karena perubahan seting waktu, dan perkembangan kehidupan sosial di masyarakat. Dee Lestari tak segan meruntuhkan “Planet Ping” untuk membangun dunia imajinasi yang baru, namun ia memastikan tetap mempertahankan gagasan utama dan kisah awal “Planet Ping”.
Nah, daripada kalian penasaran dengan novel yang dibangkitkan dari tulisan masa remaja Dee, yuk langsung saja pada data buku dan sinopsisnya.
Baca juga: Cara Menulis Resensi Buku yang Informatif
Blurb Rapijali
Ping merasa telah memiliki segala yang ia butuhkan. Dunianya yang damai di Pantai Batu Karas, rumahnya yang penuh alat musik di tepi Sungai Cijulang, seorang sahabat terbaik, serta kakek yang menyayangi. Namun, diam-diam Ping menyimpan kegelisahan tentang masa depannya yang buram. Bakat musiknya yang istimewa tidak memiliki wadah, dan ia tidak berani bercita-cita.
Hidup Ping jungkir balik ketika ia harus pindah ke Jakarta dan tinggal bersama keluarga calon gubernur. Ping mesti menghadapi sekolah baru, kawan-kawan baru, dan tantangan baru. Mungkinkah ia menemukan apa yang hilang selama ini? Dan, apakah Ping siap dengan yang ia temukan? Bahwa hidupnya ternyata tak sesederhana yang ia duga.
Sinopsis Rapijali
Jauh ku berjalan, tinggalkan semua. Laut membentang, sungai bersilang, kampung halaman, orang-orang tersayang. (Rapijali 1: Mencari hal. 285)
Secara garis besar novel Rapijali berkisah tentang kehidupan gadis yang memiliki bakat bermain musik yang istimewa—genius musik—yang diturunkan oleh kakeknya. Ping memiliki kehidupan yang sempurna, dengan orang-orang yang mencintainya. Ada Yuda Alexander, kakek Ping yang mantan anggota grup band ternama—yang kini membentuk grup band baru bersama teman-teman dan cucu semata wayangnya. Ada Oding, anak laki-laki seumuran Ping yang sudah seperti saudara baginya. Dan juga keluarga Mulyana yang memperlakukan Ping selayaknya anak gadisnya.
Meskipun memiliki kehidupan yang terlihat baik-baik saja, sebenarnya Ping menyimpan gundah gulana dalam hatinya. Di satu sisi, bakat bermusik Ping seolah tak bisa berkembang jika tetap berada Cijulang. Sedangkan di sisi lain, ia tak bisa meninggalkan kakek sekaligus keluarga satu-satunya yang ia punya.
Baca juga: Review Buku Pelengkap Serial Harry Potter
Lelahnya hatiku mencoba pahami alasan ku di sini, di tempat yang asing, yang dingin, yang tak bersahabat… (Rapijali 1: Mencari hal. 285)
Namun, jalan hidup Ping dipaksa berubah ketika tiba-tiba saja ia harus pindah ke Ibukota. Ping harus tinggal bersama keluarga calon gubernur yang ia ketahui sebagai orangtua asuhnya. Ia pun melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah elit di Jakarta Selatan.
Dunia Ping seolah berbalik 180 derajat setelah ia tinggal di balik “penjara kemewahan”. Tetapi, di Jakarta dan di sekolah elit inilah, Ping justru menemukan harapan baru dengan bakat istimewa yang dimilikinya. Ia dan beberapa orang teman barunya membentuk Rapijali yang merupakan akronim dari nama-nama anggota grup band pelajar tersebut, dan seorang “Slord” yang wajib kalian cari tahu sendiri di bukunya.
Keberadaan Rapijali seolah memberikan kehidupan baru bagi Ping di tengah keterasingan Ibukota. Namun, baru sebentar ia mencecap gairah hidup dengan dunia musik dan teman-teman yang satu passion dengannya, Ping harus menghadapi masalah baru. Kehidupan Gadis Batu Karas ini tidak sesederhana kisah anak asuh yang dibawa orangtua angkatnya pindah ke Ibukota. Ping akan menghadapi permasalahan yang lebih rumit, yang jawabannya harus kita nantikan di buku yang kedua.
Baca juga: Resensi Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan
Kekurangan dan Kelebihan Rapijali
Terlepas dari latar belakang penerbitan novel ini— yang diangkat dari cerbung karya Dee yang pertama—tampaknya saya harus setuju dengan pendapat sebagian pembaca yang mengaku kurang puas dengan jalan cerita Rapijali.
Untuk ide ceritanya sendiri sebenarnya sangat menarik, Dee berusaha mengangkat dunia yang paling dekat dengan dirinya, yaitu musik—selain menulis. Sebagai pembaca, saya seperti melihat sosok Dee dalam diri si Tokoh Utama.
Namun, saya merasa terdapat beberapa kekurangan yang menyebabkan sedikit ganjalan setelah membaca Rapijali seri pertama ini. Misalnya saja seperti:
- Pengenalan karakter yang lumayan banyak dengan latar belakang masalah masing-masing, yang menurut saya sedikit rumit, dan berpotensi menimbulkan kekecewaan di akhir cerita.
- Pendalaman karakter tokoh-tokohnya masih kurang, namun sebagian tokoh tiba-tiba saja justru menghilang. Bisa jadi hal ini dikarenakan Rapijali dibuat tiga seri, sehingga Dee sengaja membuka sedikit demi sedikit karakter asli tokoh-tokohnya. Kemudian memunculkan kembali tokoh-tokoh yang sempat hilang.
- Akhir cerita pada buku pertama yang terasa seperti dipaksa selesai alias dipenggal, sehingga rasanya sangat mengganjal. Memang benar buku ini merupakan seri pertama, tetapi tetap saja rasanya kurang “sreg” di bagian akhirnya.
Terlepas dari kekurangan novel Rapijali 1, saya tetap mengakui kelebihan karya Dee lestari dalam beberapa hal, di antaranya:
- Cerita yang mengalir dengan jalinan peristiwa yang runut, khas Dee Lestari.
- Pemilihan diksi dengan porsi yang pas, tidak berlebihan namun juga tidak membosankan. Cocok untuk dibaca genre remaja hingga genre-genre di atasnya.
- Penyajian cerita yang terasa pelan dan sangat hati-hati sehingga tidak seperti dipaksakan. Kecuali pada bagian akhir cerita saja.
- Saya selalu mengagumi kejelian Dee memilih karakter untuk tokoh-tokoh dalam dunia ciptaannya. Selain karakter populer, Dee selalu memasukkan karakter yang tidak terduga dalam novelnya.
Pada novel Rapijali 1 ini pembaca memang tidak akan mendapatkan jawaban, atau solusi untuk permasalahan tokoh-tokohnya, karena sepertinya Dee sengaja menjadikan seri ini sebagai perkenalan saja. Selain itu, seluruh tokoh di sini memang sedang berusaha menemukan keinginan dan tujuan hidup, jadi, ibaratnya mereka ini masih galau dengan arah hidupnya, maka tak salah jika Dee memberikan judul “Mencari” untuk Rapijali seri pertama ini.
Sejauh ini, saya tetap menantikan seri Rapijali yang kedua karena pada akhirnya saya penasaran juga dengan sepak terjang enam anggota band gokil ini. Selain itu, saya juga menantikan aksi panggung Rapijali dalam pertunjukan-pertunjukan berikutnya. Setelah lagu lawas milik TIC Band dan lagu legendaris milik almarhum Benyamin Suaeb, kira-kira, lagu milik siapa lagi ya, yang bakalan diaransemen oleh Ping dan kawan-kawan?
Saranku, jika kalian benar-benar AdDEEction, lebih baik beli dan baca sendiri kisah Rapijali 1 ini daripada semakin penasaran dengan review-nya yang pro kontra.
Baca juga: Manfaat Membaca Buku Fiksi
Data Buku
Judul: Rapijali 1: Mencari
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Cetakan Pertama : Februari 2021
No ISBN: 978-602-291-772-4
Harga: 99 ribu
1 thought on “Review Rapijali 1 (Mencari) – Novel Terbaru Dee Lestari”