Si Kecil Sering Marah-Marah? Mungkin 1 dari 6 Hal Berikut Penyebabnya

Penyebab anak marah
Pexel.com

Akhir-akhir ini saya sedikit kewalahan dengan DuoNaj yang cenderung lebih mudah marah ketimbang biasanya. Enggak cuma Najwa yang memang sudah lebih mengerti dan cenderung pandai beradu argumen dengan saya atau ayahnya. Najib yang baru berusia 3,5 tahun pun mulai sering marah tanpa alasan yang mudah kami pahami.

Awalnya dia suka ikut-ikutan Najwa yang berteriak atau menunjukkan sikap tidak setuju dengan pendapat saya. Tapi kemudian, Najib pun mulai menunjukkan aksi serupa meskipun sedang tidak ada Najwa di rumah.

Kesal? Ya, pastilah namanya juga orang tua. Sudah seharian capek mengurus kebutuhannya. Ee, masih ada aja yang kurang pas untuk mereka. Akhirnya mereka marah, berteriak atau menunjukkan aksi melawan yang benar-benar memainkan emosi saya.
Pada saat kondisi emosi sedang stabil, saya memang lebih mudah menangani kemarahan mereka. Tapi sebaliknya saat emosi sedang labil, saya pun bisa dengan mudah mengumbar kemarahan atau justru memendamnya dalam-dalam hingga berakibat “meledak” di belakang. Tentu saja sebenarnya ini berbahaya dan kurang sehat untuk saya, juga perkembangan anak-anak.
Dari situ saya mulai mencari tahu, kemungkina-kemungkinan yang menyebabkan si kecil jadi lebih sering marah daripada biasanya. Dari berbagai sumber yang saya pelajari, saya menyimpulkan ada 6 hal yang sangat krusial dan mungkin menyebabkan seorang anak jadi lebih mudah marah

Penyebab Seorang Anak Lebih Sering Marah

 

 

Penyebab anak marah
Pexel.com

1. Kelelahan atau kurang tidur
Kondisi anak yang kelelahan atau kurang tidur tentu tidak bisa diabaikan begitu saja.  Selain menimbulkan efek kurang menyenangkan untuk pertumbuhan dan kesehatan fisiknya, dalam kondisi seperti ini anak cenderung lebih mudah meluapkan emosi an kekesalan. Atau bahkan marah tanpa sebab yang jelas.
Selain kondisi fisik, perkembangan otak anak pun sangat dipengaruhi dengan kecukupan waktu beristirahat. Hal ini seolah mengingatkan saya untuk selalu memastikan waktu tidur yang cukup untuk DuoNaj. Beda usia tentu saja beda jatah waktu yang diperlukan. Tapi intinya jangan kemalaman dan berikan waktu istirahat yang berkualitas.
2. Anak tidak bisa mengungkapkan  perasaannya dalam kata-kata
Teman-teman juga pasti pernah menghadapi kondisi ketika si kecil nampak marah tanpa alasan. Orang tua ngomong apapun salah. Bahkan solusi yang kita tawarkan pun, justru ditanggapinya dengan kemarahan yang semakin menjadi-jadi.
Bisa jadi  hal ini dikarenakan si kecil tidak bisa menamai perasaannya. Marah, senang, sedih, kecewa, terlalu banyak nama-nama perasaan yang harus dipahami anak. Mungkin saja karena si kecil kecewa terhadap suatu hal, tapi dia meresponnya dengan berteriak atau marah sebagai ekspresi yang paling gampang.
Menyadari hal tersebut, saya pun terus belajar memahami perasaan anak. Tak lupa, kami pun mulai membiasakan anak untuk menamai emosinya. Misalnya saat dia marah karena apa yang diterimanya tidak sesuai dengan keinginannya, kami mengenalkan mereka bahwa itu “kecewa”. Atau, ketika dia kehilangan sesuatu, maka nama emosi yang lebih tepat adalah sedih ketimbang marah.
Perkara ini memang tidak semudah dan sesederhana yang saya bayangkan. Tapi tetap saja harus dihadapi. Maka berproses dan belajar bersama mereka adalah hal yang paling mungkin untuk dilakukan
3. Mengalami gangguan kesehatan
Saya rasa tidak hanya anak-anak. Kita, orang dewasa saja juga lebih mudah marah saat kondisi kesehatan sedang kurang prima. Merasakan kondisi tubuh yang tidak seperti sedianya, tentu saja sangat memengaruhi kondisi emosi seseorang. Untuk itu, saya pun segera mencari tahu apakah kondisinya sedang menurun saat marah-marah sudah mulai mendominasi cara berinteraksi anak.

Tumbuh gigi, gejala flu, dan masalah pencernaan biasanya paling sering mengganggu kesehatan anak. Maka dari itu, saya pun mulai melakukan deteksi dini terhadap 3 macam gangguan kesehatan tersebut jika emosi anak mulai tidak biasa.

Penyebab anak marah
Pexel.com
4. Terlalu banyak aturan
Sejak mulai sering membaca bahan bacaan parenting, saya pun mulai tak canggung untuk menceburkan diri dalam dunia anak-anak. Belajar berada pada posisi mereka dan merasakan segala hal yang orang tua terapkan pada anak.
Dari situ saya sedikit menarik kesimpulan. Mungkin, saya sebagai orang tua menerapkan terlalu banyak aturan sehingga membatasi ruang gerak anak. Jika kondisi serupa diterapkan pada saya, mungkin akan tiba masanya saya pun memberontak dengan segala aturan tersebut. Dan marah adalah ekspresi paling mudah untuk mengungkapkan perasaan terkekang.
Sejak itu saya mencoba lebih banyak melibatkan anak dalam beberapa hal terkait aturanrencanaujuan berlibur saat akhir pekan atau liburan tiba.
Saya juga mulai mendengarkan pendapat DuoNaj terutama Najwa, dengan tujuan menumbuhkan kepercayaan dirinya, mengakui keberadaannya dan membiasakan anak-anak untuk berani berpendapat. Dengan begini saya berharap mereka terbiasa untuk mengontrol emosi dan saling mendengar satu sama lain.
5. Marah di tempat yang salah
Kadang-kadang si kecil marah tanpa satu pun sebab di poin 1 hingga 4. Hal demikian sering saya temui pada Najwa. Ketika pulang sekolah wajahnya sudah muram tak seperti biasanya. Apapun yang kami lakukan selalu salah menurutnya, dan mengundang amarah bahkan teriakan dari mulut kecilnya.
Kalau sudah seperti ini, biasanya saya lebih banyak diam dan membiarkannya sendirian untuk beberapa waktu. Setelah suasana hatinya lumayan baik, biasanya Najwa akan bercerita apa yang baru saja dialaminya di sekolah.
Dari cerita-cerita tersebut saya bisa menemukan hal yang dapat memicu kemarahannya. Tapi seperti yang kita tahu, tak semua anak bisa mengekspresikan perasaannya secara spontan pada hal yang mengusik hatinya. Imbasnya, dia marah-marah di rumah. Padahal bisa jadi kemarahannya akibat teman atau orang lain yang ditemuinya di luar.
6. Karena orang tua sering marah
Yang terakhir bisa jadi anak-anak jadi suka atau lebih sering marah karena orangtuanya. Ya, seperti yang kita tahu, anak adalah seorang peniru ulung. Apapun yang dilihat, terlebih dari orang terdekatnya akan dengan mudah diserap kemudian ditirunya.
Terus terang saya merasa tertampar dengan poin terakhir ini. Karena saya akui, entah sadar atau tidak saya memang termasuk sering marah di rumah. Capek, kurang tidur, banyak pikiran biasanya paling gampang memicu kemarahan saya. Kalau sudah begitu kondisi emosional memang suka tidak stabil. Dan percaya atau tidak anaklah yang pertama kali terdampak.
Meskipun tidak mudah, saya sadar dan mulai berubah. Bersikap lebih santai dan tidak terlalu perfeksionis dalam segala hal mulai saya terapkan. Tujuannya hanya agar saya tidak terlalu kelelahan. Sehingga suasana hati saya selalu aman dan penuh kendali saat menghadapi anak-anak.
Hm, tanpa disadari ternyata orang tua juga yang turut menyumbang terhadap perilaku negatif anak. Hingga kini, saya sendiri terus menyemangati diri untuk memberikan yang terbaik bagi DuoNaj, berubah dalam banyak hal meskipun tidak sampai mengubah karakter asli saya. Tapi setidaknya saya berusaha menahan hal-hal yang saya rasa kurang tepat untuk dilihat anak
Parenting journey is always fun but complicated

19 thoughts on “Si Kecil Sering Marah-Marah? Mungkin 1 dari 6 Hal Berikut Penyebabnya”

    • memang itu penyebab yg aling sering menyebabkan anak marah. Karena belum bisa mengeluh yang benar-benar sakit yang mana. Jadinya ya asal ngamuk aja, hehehe

      Reply
  1. memang sebagai orange tua harus pandai pandai mengatasi kemarahan anak. Tak jarang kita sendiri putus asa dan terbawa emosi dengan marahnya anak. Jadilah seisi rumah rame dan bikin pusing

    Reply
  2. Anak itu memang memfotokopi orang tua banget ya. Kalau kitanya sering marah2, dianya jg bakal gt karena mencontoh kita yg menghadapi sesuatu dg marah2 🙁

    Reply
  3. Hihihiii… Anak saya akhir-akhir ini juga suka berteriak2 dan marah2 mbak. Memang cocok tuh alasannya kurang tidur, kadang tdk sadar dengan emosi apa yang tepat, adakalanya karena saya yang sering marah karena kelamaan begadang ma dia. Buanyak sekali yang cocok dengan keadaan anak dan saya. Hihihi. Terimakasih sudah mendefinisikan dengan baik mbak, jadi saya juga bisa mengelompokkan dengan tepat ketika anak mulai marah-marah.

    Reply
  4. Bener Bun. Erysha juga sekarang suka marah-marah dan mukul. Padahal sebelumnya nggak. Tetapi, karena Erysha baru masuk usia 2 tahun. Jadi, saya melihat perkembangan emosi yang semakin bagus. Karena Erysha sekarang sudah tahu dan ngomong mana yang dia suka mana yg tidak dll. Tapi, jadi nambah PR nih buat sayanya mengajarkan pengendalian emosi pada anak salah satunya seperti yang bunfa bilang di atas juga ☺️

    Reply
  5. anakku umur 8 sama 9 tahun,setiap hari selalu bertengkar dan marah-marah. saya sampai bingung bagaimna mengatasi mereka, kadang saya sendiri terpancing emosi untuk ikut-ikutan marah. sebagai orangtua kadang capek menghadapi hal itu. setelah saya cari-cari tahu sebabnya, dugaan saya mereka lelah dengan pelajaran di sekolah.

    Reply

Leave a Comment