Terlambat dua hari, tapi tetap mengikuti euforia peringatan World Book Day tahun ini. Setidaknya, saya merayakannya dengan cara saya sendiri.
Memesan buku-buku indie secara online, dan pas banget 4 buku dalam satu paket bersampul coklat sampai di halaman rumah saya pada 23 April 2017. Hem … Salah satu cara menghadiahi diri di akhir bulan yang melelahkan.
Gambar : Pixabay |
Buku telah menjadi teman di antara keseharian saya yang”terbatasi” dengan ruang gerak dan waktu. Buku-buku pula yang mengantarkan saya untuk berekreasi hati, jiwa, meskipun raga belum sampai secara nyata.
Buku tidak hanya jendela ilmu, namun pengantar peradaban baru dan pembuka tabir di antara perspektif yang kadang terbelenggu.
Dari buku kita berilmu. Setiap deretan kata yang tertulis dalam lembar-lembarnya, mengajarkan kita untuk bebas dan merdeka mengekspresikan rasa. Buku mampu menjadi kawan lama maupun baru yang tak pernah lelah membagi kesenangan-kesenangan kecil, meskipun waktu kerap kali memberinya tampilan baru.Usang …
Sayangnya, di negeri yang akhir-akhir ini dipenuhi dengan drama politik. Keberadaan buku terlalu minim untuk mampu diakses di seluruh penjuru negeri. Jangankan gratis, di beberapa kota bahkan terlampau sulit untuk mendapatkan perpustakaan pemerintah yang dirawat dengan baik. Koleksi buku boleh jadi ada, tapi merawatnya? Tak semua tempat mau melakukannya dengan sepenuh rasa.
Jangankan mau ngomongin tentang koleksi, buku-buku “bagus” masih tak mudah didapatkan di beberapa daerah. Kalau rezeki berlebih, mak apergi ke kota sebelah dan membelinya di salah satu toko buku terkenal bisa menjadi solusi. Atau jika punya teman pengoleksi, bolehlah sesekali meminjamnya. Itung-itung berbagi ilmu.
Bersyukur teknologi informasi memungkinkan banyak hal terjadi. Salah satunya penerbit Indie yang memberikan peluang bagi para penulis untuk menuangkan kemerdekaannya dalam berpendapat. Penerbit indie seolah menjadi jembatan bagi penulis yang urung mendapatkan kesempatan membukukan karya di penerbitan mayor. Untuk dapat bertegur sapa dalam karya dengan pembaca setianya.
Selanjutnya, toko buku online memiliki peran besar dalam mendistribusikan buku ke daerah-daerah tanpa akses toko buku offline berkualitas. Keberadaan toko buku online memungkinkan penyebaran buku lebih merata. Dan semoga mampu memeratakan ilmu yang katanya milik para “penggila baca”.
Tapi tetap saja, kita harus merogoh kocek untuk mendapatkannya. Saya masih tetap memimpikan membaca dengan gratis, nyaman sehingga betah berlama-lama. Beberapa perpustakaan digital memang dapat diakses oleh siapa saja. Tapi harus bermodalkan koneksi internet bukan?
Saya memimpikan tempat dengan deretan rak buku tertata apik, rapi, bersih dan memanjakan kami para pembaca di dunianyata.
Baca juga : Tahapan Membaca pada Anak
Membentuk kecintaan akan buku dan aktivitas baca pun tak kalah menantang. Kebiasaan yang memang tak bisa datang dengan sendirinya. Tanpa upaya, jangan berharap bisa menjadikannya sebagai hobi atau kebutuhan.
Sebagai pasangan yang memiliki kegemaran sama. Saya dan suami tidak dengan mudah menularkan kesenangan ini pada anak-anak. Apalagi jika harus berebut perhatian dengan youtube. Kami hampir pusing dibuatnya.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu. Bertambahnya usia anak menandai bertambah pula keteratarikan mereka dengan aneka jenis buku yang kami tawarkan sebaga isalah satu “harta berharga” di rumah.
Menularkan minat pada anak-anak yang memang belum mampu menemukan manfaat dari aktivitas baca, tentu saja memerlukan ketelatenan dan teladan dari orang terdekatnya. Menciptakan lingkungan yang cinta buku dan gemar membaca juga.
Adalah Najwa yang kini telah mampu menunjukkan buku-buku favoritnya. Minatnya dengan dunia baca telah dimulai sejak kami semakin rajin membacakan buku untuknya. Rasa suka itu membuncah,saat dia mampu melakukan aktivitas baca secara harfiah. Mengeja kata per kata, kemudian meminta penjelasan mengenai intisari buku bacaannya dari kami para orang tua.
Perlahan, kebiasaan baik tersebut ditularkannya pada Najib, pria kecil penyuka cerita binatang. Sebelum tidur dia akan memilih buku mana yang hendak dibacakan untuknya. Terkadang, dia pun berlagak seolah mampu mengeja kata demi kata dan memahami maksudnya. Dunia anak memang selalu menggemaskan.
Buku adalah ilmu, tempat belajar tanpa belenggu ruang dan waktu. Buku adalah sarana rekreasi jiwa. Media di mana saya mampu mengenal dunia, bahkan saat kaki tak mampu menjejak di tanahnya.
Happy World Book Day 2017!