Perkembangan Anak Usia Praremaja (9-12 Tahun) dan Tips Mengasuhnya

Maret 2020 yang lalu Najwa berulang tahun yang kesembilan. Sebagai orangtua, kami dihadapkan pada tantangan baru terkait pengasuhan. Hal ini dikarenakan perkembangan anak usia praremaja bisa dibilang lebih sensitif. Mereka berada pada fase peralihan antara usia kanak-kanak dan remaja.

Selain perubahan fisik, anak-anak yang berusia 9 hingga 12 tahun mengalami banyak perubahan terkait kehidupan sosial emosionalnya. Mereka tidak mau lagi disebut sebagai anak-anak. Namun, belum cukup umur untuk dianggap sebagai remaja. Serba nanggung.

Bahkan untuk mendapatkan ukuran baju yang sesuai dengan ukuran tubuhnya pun tidak mudah. Dipakein baju anak-anak sudah tidak muat. Tetapi, memakai baju ukuran remaja juga kadang masih kebesaran. Panjangnya pas, tapi badannya kelebaran. Biasanya itu yang saya alami bersama Najwa.

Dari pengamatan saya pribadi, menginjak usia 9 tahun banyak sekali perubahan dalam diri Najwa. Mulai dari perkembangan fisik, bahasa, kognitif dan sosial emosionalnya. Sejauh ini menurut saya semuanya normal dan menunjukkan tahapan perkembangan anak usia praremaja pada umumnya. Sedangkan untuk detilnya ada dalam poin-poin berikut ini:

4 Aspek Perkembangan Anak Usia Praremaja

Perkembangan fisik anak usia 9-12 tahun

Perkembangan Fisik Anak Usia Pra Remaja

  1. Tinggi dan berat badan bertambah. Untuk Najwa sendiri sekarang tingginya sudah mencapai 144 cm. itu artinya hanya beda 10 cm dengan saya yang berusia 30++. Selain itu berat badannya sudah mencapai 31 kg. Sebelumnya berat badan Najwa tidak beranjak dari angka 25 kg.
  2. Mulai senang melakukan kegiatan fisik dalam tim. Baik itu olahraga maupun kerja kelompok.
  3. Kecepatan dan kekuatan tangan serta kakinya semakin baik.
  4. Mulai menyukai kegiatan yang melibatkan detil. Seperti memasak, membersihkan rumah, membuat prakarya.
  5. Kepercayaan dirinya mulai terbentuk dan mulai menunjukkan eksistensi di bidang khusus.
  6. Gigi susu mulai tanggal dan digantikan gigi permanen.
  7. Mulai menunjukkan tanda-tanda pubertas. Hal ini sempat membuat Najwa khawatir sampai akhirnya kami mengajak Najwa berkonsultasi kepada dokter anak.

Selain itu, menurut keterangan dokter, ukuran otak anak pada usia praremaja semakin besar, bahkan hampir sebesar ukuran otak dewasa.

Perkembangan Bahasa Anak Usia 9-12 Tahun

Untuk perkembangan bahasanya sendiri juga bisa dibilang signifikan. Najwa mulai bermain-main dengan penggunaan diksi, dan menyelipkan humor dalam obrolan-obrolannya. Selain itu, pada umumnya perkembangan bahasa pada anak usia praremaja juga ditandai dengan:

  1. Mulai mengetahui bahwa beberapa kata memiliki lebih dari satu makna.
  2. Mereka mulai berbicara dengan menerapkan kaidah tata bahasa, bahkan menyadari jika ada kesalahan.
  3. Mulai mengekspresikan emosi dan perasaannya secara verbal.
  4. Suka menggunakan bahasa gaul.
  5. Paham saat diajak berkomunikasi dan dapat menggunakan beberapa sudut pandang.

Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 Tahun

  1. Dapat menganalisa bacaan berdasarkan pengalaman dan logika.
  2. Mulai tertarik untuk bereksperimen dengan alat dan bahan yang dijumpainya.
  3. Mulai memahami konsep yang bersifat abstrak.
  4. Menggunakan kemampuan baca tulis dalam kegiatan sehari-hari termasuk untuk memengaruhi orang lain.
  5. Tidak bisa berlama-lama untuk duduk dan mengerjakan soal.
  6. Mulai menyukai konsep hitungan, berat dan waktu.

Bagaimana dengan perkembangan sosial emosionalnya? Apakah tahapan perkembangan anak usia praremaja juga memengaruhi kehidupan sosial emosionalnya? Oh jelas, justru aspek sosial emosional ini yang perubahannya sangat kentara.

Maka jangan kaget jika orangtua harus lebih sabar menghadapi anak-anak pada usia sensitif ini. Sekali lagi karena usia ini sangat nanggung. Tidak bisa disebut anak-anak, namun masih belum cukup umur untuk diajak berpikir layaknya remaja.

Berikut beberapa perubahan sosial emosional yang dapat dijumpai pada anak-anak usia 9-12 tahun.

Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Praremaja

  1. Mulai bermain dengan teman yang memiliki kesamaan minat.
  2. Memiliki 1 atau 2 orang “musuh”, namun juga mulai memiliki teman akrab.
  3. Mulai berani mengkritik teman lawan jenis.
  4. Marah saat diajak atau diberikan julukan.
  5. Selalu merasa benar saat berdebat.
  6. Butuh waktu untuk mengatasi frustasi dan kritik.
  7. Mulai memahami bahwa perilaku dapat melukai perasaan orang.
  8. Mulai memahami nilai moral seperti kejujuran.

Berbagai perubahan meliputi empat aspek dalam diri anak mau tak mau memaksa orangtua melakukan penyesuaian terhadap pola pengasuhan. Berikut beberapa tips mengasuh anak praremaja yang mungkin bisa diterapkan dalam keluarga kita:

Tips Mengasuh Anak Usia Praremaja

Cara mengasuh anak usia 9-12 tahun

1. Selalu menyediakan waktu untuk komunikasi.

Tidak mudah menjalin komunikasi dengan anak usia praremaja. Mereka mulai membatasi beberapa hal untuk dikomunikasikan dengan orangtua. Bahkan kadang merasa lebih nyaman mengomunikasikannya dengan teman sebaya.

Namun, para ahli menyarankan agar orangtua tetap menyediakan waktu secara khusus untuk berkomunikasi dengan anak. Mungkin dengan mengajak anak jalan-jalan berdua saat akhir pekan. Atau sekedar ngobrol dan berdiskusi di rumah. Kebiasaan baik ini tidak hanya membuat anak merasa aman dan diperhatikan. Namun dipercaya dapat membentuk keahlian interpersonal pada anak.

2. Lebih banyak mendengarkan.

Anak-anak pada usia 9-12 tahun paling tidak suka dibombardir dengan aneka pertanyaan. Mereka mulai memiliki privasi dan menjaganya dari orang lain. Biasakan untuk menahan diri dengan mengajukan pertanyaan pada anak. Sebagai gantinya, dengarkan apa yang ingin ia katakan. Meskipun mungkin anak diam saja tapi dengan begitu ia akan merasakan bahwa orangtua selalu ada untuknya.

3. Tidak mudah tersinggung.

Pada usia praremaja anak-anak cenderung memiliki ketergantungan pada teman-temannya. Maka tak perlu heran jika mereka lebih suka curhat pada teman ketimbang pada orangtuanya.

Nah, orangtua nggak perlu baper, ya, karena pada masa-masa mengenal privasi mereka memang cenderung lebih nyaman berkomunikasi dengan teman sebaya. Tak perlu dipaksa dan tetap berikan kelonggaran sebatas yang bisa ditoleransi orangtua.

4. Tidak gampang menghakimi.

Kebiasaan menghakimi dan mengkritik dapat menyebabkan anak menjauh dari orangtua. Selain itu, para ahli parenting mengatakan bahwa anak usia praremaja cenderung memperhatikan pandangan orangtua terhadap sekitarnya. Jika orangtua terbiasa mengkritik orang lain, maka bukan tidak mungkin mereka pun akan mudah mengkritik orang-orang di sekitarnya.

5. Mendampingi konsumsi tayangan

Tayangan televisi dan internet merupakan dua hal yang patut mendapatkan perhatian dari orangtua. Usahakan mendampingi anak-anak ketika menonton tayangan favoritnya. Cari tahu hal apa yang menarik dalam tayangan tersebut dan diskusikan dengan anak tentang nilai-nilai yang  boleh dan tidak boleh diikuti.

6. Jangan menghindari percakapan sensitif.

Usia praremaja merupakan fase di mana anak mulai tertarik untuk mencoba-coba. Jangan menghindar ketika anak bertanya tentang hal-hal sensitif seperti narkoba, alkohol bahkan seks bebas. Berikan informasi yang akurat pada anak. Ajak anak berdiskusi tentang segala kerugian yang bisa ditimbulkan dari hal-hal tersebut. Jangan membatasi akses informasi, namun selalu dampingi anak agar tidak sampai salah tafsir.

7. Dorong anak berolahraga.

Pada usia 9 tahun, anak perempuan cenderung mulai mengembangkan kepercayaan dirinya. Sayangnya, pada tahun-tahun berikutnya kepercayaan diri ini berpotensi luntur seiring perkembangan fisik dan cara anak mencitrakan dirinya.

Untuk itu, jangan segan mendorong anak untuk berolahraga. Selain membantu menjaga kesehatan, olahraga sangat efektif untuk menunjang pertumbuhan fisik, mengembangkan kepercayaan diri dan meningkatkan kemampuan akademis anak.

8. Jangan terlalu polos sebagai orangtua.

Sudah bukan zamannya menjadi orangtua yang terlihat polos di deapn anak. Orangtua harus melek digital. Melek informasi agar tidak tertinggal dari perkembangan zaman. Ingat bahwa anak-anak kita tidak hidup di zaman orangtuanya, namun di zaman mereka. Usahakan selalu mengikuti trend yang sedang berkembang, sehingga mampu menjaga keseimbangan dengan dunia anak.

9. Pupuk aspek emosional anak.

Jika mengasuh anak laki-laki, luangkan waktu untuk mengasah sensitivitas anak tentang cinta, persahabatan dan hubungan interpersonal. Jika mengasuh anak perempuan, maka penting untuk mengajarkan anak bagaimana menumbuhkan citra diri positif dan kepercayaan diri.

Kesimpulannya, perkembangan anak usia praremaja merupakan salah satu fase yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena berbagai aspek dalam diri anak terus berkembang. Orangtua perlu menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak, lebih banyak mendengar, dan terus memupuk sisi emosional dalam diri anak agar mereka tumbuh dengan empati yang tinggi.

 

Referensi:

  1. keluargakita.com tentang aspek tumbuh kembang anak usia 9-12 tahun.
  2. sehatq.com tentang tips mengasuh anak usia praremaja

 

7 thoughts on “Perkembangan Anak Usia Praremaja (9-12 Tahun) dan Tips Mengasuhnya”

  1. Senangnya punya anak usia praremaja itu berasa seperti punya temen. Bisa ngobrol panjang lebar dan bisa diajak jalan-jalan serta ikut aktivitas seru lainnya :))

    Reply
  2. Benar mbak, kunci pengasuhan anak remaja adalah komunikasi. Saya sudah memperaktekkannya. Kalau anak saya laki-laki cenderung suka kumpul2 sama teman sekolahnya, melakukan kegiatan bersama, biasanya sih olahraga bareng teman2nya. Kalau anak perempuan, agak main di perasaan juga kali ya mbak, ngambek2 an sama teman juga gak?

    Selain itu, teladan dari orang tua juga sangat berpengaruh terhadap pola asuh dan perkembangan anak. Makasih tipsnya mbak, insya Allah mau saya terapkan ke anak2.

    Reply
  3. Sama Mbak, Arif juga 9 tahun Maret lalu. Karena dia anak bungsu mungkin saya udah punya sedikit pengalaman mengasuh kakak-kakaknya. Tapi… tetap aja tiap anak berbeda sifat begitu juga pola asuh yang tepat. Nggak bisa sih pola asuh anak pertama berlaku persis untuk anak ke dua. Paling yang sama adalah garis besar pola asuhnya saja

    Reply
  4. Jadi keingetan anak-anak zaman SD. Penting ini, kita memerhatikan perkembangan sosial-emosional pra remaja. Ga tahu ya, anak-anakku kok engga terlalu berkenan dengan kenangan semasa SD. Entah mereka dibully di sekolah tapi engga cerita ato gimana. Pokoknya kalo ditanya soal temen SD, bawaannya nyolot. Zaman dulu ortu engga ada ilmunya pula…Huhuhu…

    Reply
  5. Wah Kak Najwa udah gede aja nih, udah 9 tahun yaa… Berarti selisih 2 tahun yaa sama Shofa.. Memang ya mba, kita sebagai orangtua harus mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Apalagi usia anak pra remaja udah mulai banyak tahu dan maunya. Penting bagi kita tahu dan paham bagaimana perkembangan mereka dan cara menghadapinya. Makasih ya mba ulasannya

    Reply
  6. Menjadi sahabat anak ya mba kalau fasenya udah remaja, kebayang aku dulupasti mulai mencari jati diri sehingga jadi agak kritis dan ngeyel. hehehehe.

    Reply
  7. makasih tipsnya mbak Damar, buat bekal saya saat anak-anak remaja nanti tentunya. Saya deg-degan nih bayangin gimana nanti anak-anak saat remaja dan apakah saya bisa membersamai mereka dengan baik, hehehe. Semoga saja, amiin

    Reply

Leave a Comment