Permasalahan Saat Menyapih Anak

Dua kali menyusui, ternyata tidak membuat saya bebas dari permasalahan saat menyapih anak. Empat tahun yang lalu, saat menyapih Najwa, bisa dibilang permasalahannya tidak terlalu berarti. Selain karena anaknya lebih mudah disapih dibanding adiknya, Najwa juga sudah mulai mengonsumsi susu botol. Berbeda dengan najib yang full ASi bahkan tidak bisa minum susu dari botol.

Pengalaman Menyapih Anak Pertama

Soal sapih menyapih, bisa dibilang sangat mudah saat menyapih Najwa. Meskipun masih menggunakan cara lama—saya memakai plester saat menyapih Najwa—tetapi, Najwa bisa diberi pengertian sejak kecil. Sehingga dia dengan mudah langsung bilang, “nggak mau nenen lagi, karena sudah besar” Cukup sekali plester, tanpa perlu rayuan dari ayahnya yang saat itu masih tinggal terpisah dari kami berdua.
Masalah setelah menyapih pun cenderung ringan. Najwa tidak mengalami perubahan emosi pasca disapih, atau memiliki rutinitas baru seperti halnya Najib. Semua berjalan seperti biasa tanpa ada acara rewel berkepanjangan. Saya pun hanya dua kali mengalami bengkak pada payudara. Sekali di kantor, yang kedua pas sedang perjalanan dinas ke luar kota. Lumayan bikin keringat dingin yang kedua. Karena saat itu saya sedang menghadiri rapat dengan Board of Director.
Secara psikis, saya pun tidak terlalu galau pasca menyapih. Kalau perasaan ada yang kurang atau kangen suasana menyusui itu sudah pasti ada. Saya yakin semua ibu menyusui pasti merindukan masa-masa itu. Hanya saja karena saat itu pekerjaan saya sangat padat, perhatian saya banyak teralihkan dengan deadline dan tugas-tugas kantor yang lain.

Pengalaman Menyapih Anak Kedua

Nah, lain anak lain pula pengalamannya. Meskipun berasal dari perut yang sama—yang sampai hari ini masih bergelambir lemak di mana-mana—malah curhat. Tetapi tantangan yang saya hadapi saat menyapih anak kedua totally different dengan anak pertama.
Kalau dibilang karena faktor kedekatan yang berbeda, sebenarnya enggak juga. Meskipun saat Najwa kecil saya bekerja dan memakai jasa pengasuh untuk membantu merawatnya, saya dan Najwa enggak pernah kekurangan quality time berdua. Tetapi, beda memang saat anak kedua ini. Selain saya full di rumah, kami hanya tinggal berempat, tanpa ART atau anggota keluarga lain. Otomatis sejak lahir sampai hari ini Najib lebih banyak nempel sama saya. Faktor ini mungkin yang menyebabkan dia tidak hanya dekat, tapi cenderung tergantung sama saya. Akhirnya permasalahan menyapih anak pun menjadi lebih kompleks saat dengan anak kedua.

Permasalahan Saat Menyapih Anak

Penting banget bagi teman-teman yang berencana menyapih untuk menjaga kondisi tubuh selalu fit. Atau menunda sementara rencana menyapih saat kondisi baik ibu maupun anak sedang kurang baik. Mengapa? Karena, biasanya ibu pasti mengalami permasalah menyapih. Misalnya demam akibat payudara yang bengkak.
Permasalahan ini tidak selalu terjadi pada setiap ibu yang menyusui. Tapi berdasarkan pengalaman saya menyapih dua anak, juga cerita sesama busui, setidaknya ada 3 masalah yang kerap dialami ibu pasca menyapih.

1. Payudara bengkak

permasalahan-menyapih-anak

Kondisi ini hampir pernah dialami oleh semua ibu menyusui. Payudara bengkak, akibat ASI terlalu penuh. Menurut ibu-ibu yang menyapih dengan cara perlahan atau WWL, masalah ini umumnya jarang terjadi. Ya, karena pengosongan payudara terjadi secara perlahan. Seiring berkurangnya frekuensi menyusu, maka rangsangan pada kelenjar payudara pun menurun. Sehingga secara otomatis produksi ASI menurun dan pengosongan payudara pun terjadi.
Namun, tak sedikit juga yang mengalami pembengkakan pada payudaranya pasca menyapih. Saya pun mengalaminya saat menyapi anak pertama dan kedua. Pada saat menyapih anak kedua bahkan berlangsung hingga hampir dua minggu. Setiap 2 hari sekali payudara terasa berat dan panas. Bahkan sempat jatuh sakit dan demam.
Solusinya

– Kompres dingin dan hangat secara bergantian

Untuk mengurangi rasa sakit akibat bengkak pada payudara, saya melakukan kompres dingin dan hangat secara bergantian. Kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan panas. Sedangkan kompres hangat untuk mengendurkan kelenjar payudara yang menegang. Cara ini lumayan efektif dan dapat menimbulkan rasa nyaman.

– Perah ASI sedikit untuk mengurangi isinya

Secara teori sih, kalau payudara diperah justru akan memicu produksinya. Tapi saya nekat saja, memerah sedikit untuk mengurangi isinya. Saya lakukan saat payudara terasa mulai membengkak saja, dan nggak sampai benar-benar kosong. Hanya 100-150 ml saja. Lumayan membantu mengurangi rasa sakit. Selama dua minggu, 4 kali saya memerah ASI. Selebihnya payudara sudah terasa semakin kosong. Jadi nggak bengkak lagi.

Baca juga: Tumbuh Kembang Anak Pasca DIsapih

2. Emosi tidak stabil

permasalahan-ibu-saat-menyapihSeperti halnya saat mulai memberi ASI, saat menyapih pun kondisi emosi ibu sering tidak stabil. Ada rasa bersalah atau kehilangan. Faktor perubahan hormon pada ibu pun memiliki pengaruh besar pada perubahan emosi ini. Jujur untuk masalah yang kedua ini saya mengalaminya. Makanya saya sampai dua kali gagal menyapih, baru yang ketiga berhasil. Itupun berkat dorongan dengan sedikit dipaksa suami.
Momen bercanda bersama anak saat menyusu selalu membuat rindu. Belum lagi kalau anak rewel atau sakit, saya masih sering merasa bersalah, karena tidak dapat mendekapnya sambil menyusui. Situasi seperti ini sering kali memuat emosi naik turun. Sebentar tenang, tiba-tiba diam dan menangis.

Solusinya

Selalu bersikap tenang, terlebih saat anak rewel. Usahakan untuk menarik napas dalam-dalam. Hibur diri sendiri dan yakinlah bahwa ini hanya sementara. Minta bantuin suami saat anak mulai rewel, cara ini bisa sedikit mengalihkan perhatian kita pada rasa bersalah.
Istirahat cukup, kondisi fisik yang lelah sangat mudah memicu emosi ibu. Usahakan ikut tidur saat anak tidur. Tidak perlu lama, yang penting cukup untuk mengembalikan stamina. Selebihnya kita bisa melakukan aktivitas yang disukai untuk membuat suasana hati pulih kembali.

3. Perubahan berat badan

penurunan-berat-badan-akibat-menyapih

Pasca menyapih, berat badan ibu bisa saja naik atau bahkan turun.  Hal ini dipengaruhi metabolisme tubuh dan aktivitas masing-masing ibu. Kalau saya cenderung naik *tutupmuka.

Solusinya

Jaga pola makan dan aktif bergerak. Sepertinya dua cara ini paling ampuh membabat habis lemak di sekujur tubuh ibu-ibu bergajih seperti saya. Uhuk… Tapi, berdasarkan pengalaman anak pertama sih, ini tidak berlangsung lama. Beberapa bulan setelah menyapih Najwa dulu, berat badan saya normal kembali. Malahan cenderung lebih langsing. Semoga kali ini jadi langsing juga.
Bisa jadi perubahan berat badan ini dipengaruhi faktor hormon dan psikis. Segera setelah hormon tubuh kembali normal, pikiran lebih tenang dan terbentuk ritme baru yang lebih bersahabat. Maka berat badan pun akan kembali ideal. I Hope
Nah, demikian permasalahan menyapih anak yang semnpat saya alami. Saya sarankan teman-teman pakai metode WWL aja sih, karena lebih aman dan nyaman untuk ibu dan anak.
Kalau teman-teman bagaimana pengalamannya? Boleh share, dong! ^_^

Leave a Comment