Pendidikan adalah salah satu senjata untuk melawan kemiskinan, bekal utama untuk mengarungi kehidupan. Pendidikan sendiri merupakan media bagi seseorang dalam mengembangkan potensi, dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Sedangkan bagi sebuah bangsa, pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan negara.
Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Di Indonesia, hal tersebut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31. Namun, dalam penyelenggaraannya tentu tak bisa diserahkan sepenuhnya kepada negara. Diperlukan kepedulian dan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya pendidikan sehingga negara ini mengalami perubahan melalui generasi penerusnya.
Pendidikan Mengangkat Derajat Hidup Manusia
Mengutip istilah Prof. Anies Baswedan, PhD, pendidikan adalah eskalator sosial dan ekonomi. Pendidikan merupakan jembatan yang membawa seseorang ke level yang lebih tinggi. Sehingga, membantu dalam aspek pendidikan harus dijadikan prioritas di antara aspek-aspek lainnya.
Di masyarakat, sudah sering kita dengar kisah anak-anak yang berhasil memperbaiki nasib dan perekonomian keluarganya melalui pendidikan. Kisah anak-anak buruh yang tumbuh besar dalam himpitan ekonomi, namun berhasil mengenyam pendidikan tinggi. Hingga kisah anak-anak yang hampir putus sekolah, namun kemudian berhasil mendapatkan pekerjaan yang layak berbekal pendidikan non formal.
Semua ini merupakan sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memiliki peranan untuk mengangkat derajat hidup manusia. Pendidikan juga merupakan sebuah tangga bagi seseorang untuk menggapai impiannya.
Kenyataan Pahit Dunia Pendidikan di Indonesia
Sayangnya, akses pendidikan di Indonesia masih belum merata. Melansir data dari GoodStats, dari 275,36 juta jiwa penduduk Indonesia, hanya 6,41 persen yang mendapatkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Bahkan sebanyak 65 juta penduduk Indonesia lainnya dilaporkan belum pernah mengenyam bangku sekolah.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan masalah kemiskinan disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya ketimpangan terhadap akses pendidikan bagi masyarakat. Tidak sedikit anak-anak dari keluarga miskin yang terpaksa putus sekolah karena harus terlibat dalam memenuhi perekonomian keluarga. Hal ini jugalah yang terjadi di Kelurahan Donggala Kodi, Ulujadi, Kota Palu, banyak anak-anak remaja yang memutuskan berhenti sekolah kemudian memilih untuk bekerja.
Permasalahan inilah yang menimbulkan keresahan di hati seorang Surya Dharma, peraih Apresiasi SATU Indonesia Awards ke-9 Tahun 2018 di bidang pendidikan. Surya melihat kenyataan pahit mengenai banyaknya anak-anak putus sekolah dan warga yang tidak memiliki pekerjaan.
Di Ulujadi, Kota Palu, selepas menyelesaikan pendidikan di bangku SMP, anak-anak dengan kondisi ekonomi kurang mampu lebih memilih untuk mengamen, menjadi juru parkir, bahkan menikah, dibandingkan melanjutkan pendidikan di SMA. Kesulitan biaya menjadi alasan utama sehingga mereka enggan melanjutkan belajar di bangku sekolah. Akhirnya, mereka bekerja seadanya sekedar untuk membantu ekonomi keluarga.
Jadikan Program “Tuntas Belajar 12 Tahun” sebagai Gebrakan Baru di Dunia Pendidikan
Surya sadar, kondisi pendidikan di daerah tempat tinggalnya tidak boleh dibiarkan. Sebagai seorang guru, ia merasa gelisah dengan nasib generasi muda di sana. Ia pun bertekad membuat suatu perubahan untuk generasi muda di Ulujadi.
Pada awal 2011, Surya Dharma merencanakan program “Tuntas Belajar 12 Tahun”. Ia berpikir bahwa pendidikan 9 tahun saja tidak cukup untuk membekali seseorang dengan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Bersama istrinya yang juga berprofesi sebagai guru, Surya memiliki keyakinan bahwa program ini akan sangat membantu anak-anak yang terkendala ekonomi sehingga harus putus sekolah.
Surya bertekad menjadikan program “Tuntas Belajar 12 Tahun” sebagai sarana untuk membantu warga yang ingin melanjutkan pendidikan hingga tamat jenjang SMA. Surya juga berkeyakinan bahwa dengan menuntaskan pendidikan hingga jenjang SMA dan mengantongi ijazah, maka makin besar pula peluang untuk memperbaiki taraf hidup warga melalui pekerjaan yang lebih layak.
Dua tahun berselang yaitu pada 2013 Program “Tuntas Belajar 12 Tahun” benar-benar direalisasikan. Surya mengaku, banyak kendala yang harus dihadapi di lapangan. Namun ia tidak berhenti, dan mengajak berbagai pihak untuk membantu sebagai relawan.
Program “Tuntas Belajar 12 Tahun” bisa dibilang menjadi gebrakan baru di dunia pendidikan, mengingat pada tahun yang sama pemerintah masih mewajibkan setiap anak menuntaskan wajib belajar 9 taun. Barulah pada Juni 2015, dunia pendidikan mengambil kebijakan baru dengan penetapan Wajib Belajar 12 Tahun bagi seluruh warga negara Indonesia.
Melalui “Tuntas Belajar 12 Tahun”, warga yang putus sekolah bisa melanjutkan pendidikan informal kemudian menyelesaikannya dengan mengambil ujian Paket C. Program ini juga memfasilitasi peserta dengan program Paket A, Paket B, juga berbagai keahlian yang menunjang pekerjaan seperti bahasa Inggris, fotografi, dan computer.
PKBM Khatulistiwa, Rumah Bagi Mereka yang Ingin Tumbuh Berbekal Pendidikan
Program “Tuntas Belajar 12 Tahun” terus berjalan hingga pada tahun 2016 berada di bawah naungan yayasan yang berwujud Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Khatulistiwa. Keberadaan PKBM Khatulistiwa membuat kegiatan semakin maju, serta ditambah semakin banyaknya perhatian dari para relawan yang siap bergabung sebagai pengajar.
Meskipun pada awal pelaksanaan program “Tuntas Belajar 12 Tahun” hanya sedikit warga yang tertarik untuk mengikuti program belajar yang dirancang Surya dan istri, namun kenyataannya setiap tahun semakin banyak warga yang mau bergabung. Hingga akhirnya, pada tahun kelima sejak direalisasikan, PKBM Khatulistiwa berhasil meluluskan sekitar 300 orang. Lulusan PKBM Khatulistiwa juga banyak yang sudah mendapatkan pekerjaan yang layak dan berhasil memperbaiki taraf hidupnya.
Menularkan Semangat Surya Dharma untuk Masa Depan Indonesia
Perjuangan Surya Dharma untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di tempat tinggalnya memang tidak mudah. Ia harus melalui proses yang panjang dari tahun 2011 hingga sekarang, harus menghadapi berbagai tantangan, hingga akhirnya peserta PKBM Khatulistiwa terus bertambah dan setiap tahun memiliki lulusan. Bahkan, pada tahun 2022 yang lalu, PKBM Khatulistiwa ikut serta dalam ujian ANBK PKBM, dan ANBK Paket C pada Agustus 2023.
Semua ini hanya terjadi karena sosok Surya Dharma yang menolak untuk menyerah apalagi berhenti. Surya Dharma menunjukkan besarnya efek yang ditimbulkan dari kegelisahan hatinya membuat perubahan yang berarti bagi masa depan warga.
Indonesia memerlukan sosok-sosok seperti Surya Dharma, yang menyimpan kegelisahan dan peduli dengan masa depan bangsa ini. Bayangkan saja jika Indonesia memiliki satu orang Surya Dharma setiap penjuru negeri ini, maka cita-cita bangsa seperti tertuang pada Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 bukan sekedar impian. Suatu hari Indonesia harus menjadi negara maju, sejahtera, dan dapat mencerdaskan kehidupan bangsanya.
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia
Referensi:
- Website SATU Indonesia Awards
- Instagram @pkbmkhatulistiwa
- Youtube Satu Indonesia Awards