Resensi “Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya” Karya Rusdi Mathari

Shalatmu dan sebagainya adalah urusanmu dengan Allah, tapi Sarkum yang yatim dan ibunya yang kere mestinya adalah urusan kita semua.

Sejak cover buku “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya” ini di-publish di timeline Puthut EA, saya langsung tertarik untuk menjadikannya  salah satu koleksi di rumah. Menurut saya unik, ditambah judulnya menggelitik. saya pikir buku ini pasti asyik. Menyusul kemudian sinopsis yang berseliweran Facebook, membuat saya tak ragu lagi untuk segera melakukan pemesanan online, buku yang bergenre agama ini.

“Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya” merupakan kumpulan kisah seorang sufi dari Madura bernama Cak Dlahom. Awalnya, kisah-kisah di dalamnya merupakan tulisan berseri di situs Mojok. Seluruh kisah dalam buku ini telah ditayangkan selama dua kali Ramadan, rutin setiap dua hari sekali menjelang waktu berbuka.

Sejak pertama kali tayang, pada 17 Juni 2015, cerita Cak Dlahom ini telah mampu menyedot perhatian pembacanya. Bahkan beberapa judul seperti “Takut Neraka tapi Sudah Terbakar” dan “Cak Dlahom Mengaku Anjing”, keduanya telah dibaca hampir empat puluh ribu kali. Sebuah pencapaian yang fantastis yang akhirnya menggerakkan hati tim Mojok untuk mengumpulkan total 30 judul dalam 1 buku yang sangat “renyah”, namun syarat pendidikan agama.

Baca juga: Resensi Coelho’s Circle-Novel Tema Covid-19

Sinopsis “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya”

Secara garis besar buku ini bercerita tentang kehidupan Cak Dlahom—tokoh utama— di sebuah desa di Madura. Cak Dlahom sedikit berbeda dengan orang kebanyakan. Ia adalah seorang duda tua yang tinggal gubuk kecil di sebelah kandang kambing Pak Lurah. Ia sering dikira gila, padahal tidak. Ia juga dianggap memiliki ilmu agama yang tinggi, namun caranya dalam memahami substansi ibadah sangat berbeda dengan orang-orang pada umumnya.

Beberapa kali aksi Cak Dlahom sempat membuat geger warga kampungnya. Pernah sekali ia telanjang sambil berlari ke sana dan kemari. Pernah juga ia mengangkut tanah kuburan untuk disumbangkan pada panitia pembangunan masjid. Ia pun pernah berlari mondar-mandir di depan masjid sambil membawa oboir di tangannya.

Tingkah laku Cak Dlahom kerap kali menjadi bahan ejekan, bahkan ia juga dinggap sesat. Namun, Cak Dlahom tidak pernah marah. Ia selalu bisa menjelaskan maksud perbuatannya. Penjelasan-penjelasan dari mulut Cak Dlahom yang ceplas-ceplos seringkali membuat tetangganya terdiam, kemudian merenungi kembali pemahaman atas agama Islam yang mereka yakini selama ini.

Baca juga: Resensi “ibuk”- Novel Karya Iwan Setyawan

Rusdi Mathari Menggambarkan Realita Kehidupan dalam “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya”

Kisah-kisah dalam buku ini sangat menarik, menyentil sisi kemanusiaan dan kehidupan beragama. Kisah-kisah dalam buku ini juga banyak yang terinspirasi kisah yang ditulis para tokoh Islam, kisah dalam kitab, juga puisi dari Emha Ainun Nadjib. Sebenarnya ide cerita dalam buku ini bukan hal yang baru, namun selalu relevan dengan kondisi masyarakat kita.

Misalnya dalam salah satu kisah yang berjudul “Masuk Islam Dulu, Baru Puasa Ramadhan”, Dlahom mempertanyakan keislaman Mat Piti tetangganya, “apa benar kamu islam?” Mau tidak mau kisah ini menyentil sisi lain dalam diri saya tentang pemahaman agama. Saya pun sempat bertanya pada diri sendiri, “saya sudah Islam beneran atau belum ya?”, begitu gumam saya dalam hati.

Begitu pun dalam kisah “Membakar Surga, Menyiram Neraka” Saya sempat merenungi kembali makna kita sebagai manusia, makhluk Tuhan. Ngaku beragama, tapi apakah benar-benar sudah beribadah? Kita sering terlupa amalan untuk sesama manusia. Tapi tak mau sedikit pun diusik saat beribadah kepada Gusti Allah. Padahal, bukankah Allah memerintahkan keduanya?

Kesan Terhadap “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya”

Kisah-kisah dalam serial ini sangat mengetuk sisi relijius dalam diri saya. Tanpa terpaksa saya pun  berusaha mengoreksi ulang keislaman yang saya agung-agungkan selama ini. Islam bukan hanya tentang shalat lima waktu, membaca Al Quran, puasa, zakat dan berhaji. Islam juga tak sebatas urusan-urusan kita dengan Allah semata. Ucapan, perilaku, kasih sayang dan cara kita menghargai serta menghormati hak orang lain adalah Islam. Bahkan dicontohkan Rasul dengan sangat indah dan menentramkan. Islam itu indah, namun keindahan itu hanya akan terlihat jika umatnya dapat merepresentasikan Islam dalam kehidupan di dunia, bukan akhirat semata.

“Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya” menjadi angin segar bagi saya. Di tengah hiruk pikuk perdebatan tentang kafir dan muslim. Cerita-cerita di dalamnya menjadi penyejuk kala resah melanda. Mengapa harus khawatir dikafirkan? Sedangkan Allah Yang Maha Menentukan segalanya. Tak perlu menyombongkan diri sebagai muslim yang paling taat berbekal ayat-ayat. Kalau tetanggamu saja masih menderita dan saudaramu masih terlunta. Apalagi ayat-ayatnya modal potongan dari sosial media, mak jleb! Malu dibuatnya.

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk siapa saja yang ingin menyegarkan pemahamannya tentang Islam. Bahasanya ringan, blak-blakan, khas humor sufi, namun syarat makna dan pendidikan.

Baca juga: Rapijali 1 (Mencari)- Novel Dee Lestari

Tentang Penulis 

Rusdi Mathari, salah satu penulis yang aktif menulis di situs Mojok.co, telah lama malang melintang dengan karier kepenulisannya. Pernah menjadi wartawan, redaktur majalah, redaktur pelaksana koran dan berita, hingga menjadi redaktur eksekutif di salah satu portal berita. Beberapa penghargaan untuk penulisan terbaik berhasil diraihnya, termasuk salah satunya menjadi peserta crash program untuk reportase investigasi.  Salah satu judul buku yang ditulisnya dan menggelitik juga adalah Aleppo. Layak bersanding dengan buku “Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya” di rak buku koleksi teman-teman.

Jika teman-teman berminat mendapatkan buku serupa. Pembelian online bisa dilakukan melalui web Mojok Store, atau melalui facebook Buku Mojok dan twitter @BukuMojok. Saya yakin, teman-teman tidak akan kecewa. Buku ini kaya ilmu meskipun ditampilkan secara sederhana. Nggak keminter apalagi minteri.

Data Buku

Judul : Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya

Penulis : Rusdi Mathari

Penerbit : Buku Mojok

Cetakan pertama : September 2016

Genre : Agama

Harga : Rp. 60.000

 

 

3 thoughts on “Resensi “Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya” Karya Rusdi Mathari”

  1. Aku termasuk kelompok yang tergelitik dengan judul bukunya ini, mba.

    Sampai beberapa kali aku ulang-ulang membacanya, “Merasa pintar, bodoh saja tak punya?” itu, apa ya kira-kira maknanya?

    Namun aku tertolong setelah membaca review mba.
    Kira-kira aku bisa menangkap maksud yang tersirat.

    “… bahwa kita harus menjalankan agama itu seutuhnya ya, mba. Seimbang dunia dan akhirat. Jadi kudu harus banyak “membaca” situasi, membaca dalam kesedihan, kegembiraan, intinya bisa “membaca.”

    Gitu ya, mba?

    Reply

Leave a Comment