Cita-cita yang layak untuk diperjuangkan
Cinta tanpa syarat
Realistis menjalani kehidupan
Welcome 2017
Halo, Teman! Apa kabar 2017? Biar kekinian, saya bikin juga blogpost resolusi di awal tahun ini. Boleh donk! Sedikit terlambat memang, tapi gak pa pa lah. Daripada enggak sama sekali (alesan).
Buat sebagian orang, termasuk saya. Penting untuk membuat suatu rencana, target, goal atau gebrakan pada momen-momen tertentu. Misalnya, saat awal tahun, menjelang bertambahnya umur, momen Ramadhan, Hari Raya, kelahiran anak. Atau momen-momen lain yang sekiranya mudah diingat dan memiliki kesan tersendiri di hati.
Hal seperti ini memang sudah saya lakukan sejak lama. Misalnya saat masuk kuliah, saya berkomitmen doyan makan kacang panjang dan segala jenis sayuran, hahaha.. resolusi nggak penting amat yak. Eh, jangan salah, ini penting banget buat saya. Dulu, saya itu sangat pemilih dalam hal makanan. Sayuran yang ada bijinya gak doyan, lebih tepatnya ngeri liatnya. Telur rebus antipati. Kebayang, jijai banget kan, anak kuliah sok idih sama makanan? Gilak apa, yang ada mustinya semua dilahap, hahaha.. Itu mah, rakus.
Nah, momennya pas banget waktu itu. Pas saya masuk kuliah, biaya pendidikan udah mulai mahal. Sewa kamar kost pun, tarifnya sudah mulai kurang ramah di kanotng saya. Sedangkan jatah bulanan mepettt banget. Sisa makan sama ngangkot cuman cukup buat fotokopi. Jadilah resolusi itu saya buat, dan berhasil maksimal. Heheheheh… bangga
Semakin kesini, resolusinya semakin aneh-aneh. Misal nih, 2010 resolusinya ketemu jodoh trus nikah. Alhamdulillah, berkat doa dan ikhtiar, termasuk di antaranya bersedia dikenalkan sama si Sephia, melalui seorang teman. 6 bulan berikutnya, saya SAH jadi istrinya, hehehehe.. #banggalagi
Pernah juga punya resolusi omzet bisnis naik, beli motor pakek duit sendiri, lebih rajin ibadah, aktif berkegiatan sosial. Macem-macem pokoknya. Karena memang saya tipenya menunggu momentum. Jadi kalau ada moment special or something, ngerasa pas aja untuk bikin resolusi atau target pencapaian secara pribadi. At least, semangatnya lebih kerasa kalau pas momen tertentu.
Resolusi 2017
Lain dulu, pasti beda pula harapan yang ingin saya capai di tahun ini. Setelah beranak dua dan punya komitmen berkegiatan di rumah, pastinya capaian yang saya usahakan harus relevan dengan kondisi sekarang. Apapun bentuknya, saya ingin semakin menikmati segala hal yang sudah saya upayakan tahun lalu. Ringkasnya, saya ingin SEHAT JIWA RAGA.
Mengapa sehat jiwa raga? Karena saya paham betul siapa saya. Kemauan yang udah setumpuk di kepala, harus bertemu dengan kondisi yang masih terbatas. Kalau secara jiwa atau rohaniah, saya nggak sehat, maka akan berbahaya. Bukan untuk saya, tapi untuk anak-anak. Teman-teman pasti pahamlah, bagaimana nyebelinnya orang yang nggak sehat jiwanya. Segala-gala yang ada di sekitarnya bisa jadi sasaran semprot. Duh, amit-amit, deh.
Secara pribadi, untuk menjaga kesehatan jiwa, saya ingin lebih enjoy dan disiplin dengan komitmen berkegiatan di rumah. Ya, yang namanya simbok aktif kayak kutu loncat macam saya sebenarnya pasti berat untuk survive almost 24 hours at home. But, saya terus yakinkan diri sendiri, pasti bisa. Makanya nih, saya banyakin belajar, trus nyobain hal-hal yang bisa saya lakuin di rumah. Sambil momong kek, rempong kek, at least i have other activity to switching. That’s the point.
Cita-cita, cinta, dan realistis dengan kehidupan
Sudah agak lama semenjak saya sangat berani bercita-cita. Ketika sampai pada satu titik dan saya menyadarinya, maka tidak ada pilihan lain selain “memaksa”. Untuk berani bercita-cita kembali di usia yang sudah tidak lagi muda, pastinya saya butuh sokongan dari orang sekitar. So far, Suami dan Ibu lah yang paling semangat memberikan dukungan. Anak-anak, meskipun masih seusia baby baru lulus balita, sedang yang satunya masih belum berhasil disapih juga. Keduanya sudah mulai ok, ngerti dengan kegiatan ibunya. Lebih bisa diajak bekerja sama, dengan syarat saya memberitahu mereka. Mengenai kegiatan yang sedang saya kerjakan.
Kembali merintis berdagang
Pernah terjun dan lumayan berhasil di dunia wirausaha, rasanya sayang untuk tidak mengulanginya. That’s why, saya masih menyimpan keinginan menjadi mompreneur. Berdagang lebih tepatnya. Meskipun saya tahu, tidak semudah teori dalam memulainya. Setidaknya, pengalaman masa lalu bisa saya bongkar pasang kembali. Bismillah, tunggu toko saya dibuka ya ☺
Ngeblog? Menulis buku? Ngisi konten? Tiga hal tersebut lebih dari sekedar cita-cita. Namun sarana untuk berekreasi, refreshing atau apa sajalah namanya. So far, saya merasakan impact yang lumayan GRENG!! dari kegiatan menulis. That’s why, i have it as one of my soul theraphy. Kalau nantinya jadi lebih dari sekedar hobi, atau terapi? Ya, berarti memang saya berjodoh dengannya. Amin #doakencenglagi
How about love? Yah, yang ini mah jangan ditanya. Mencintai dan dicintai adalah obat paling ampuh untuk jiwa-jiwa ini, eciehhh… Kalau dipikir-pikir, bener juga kata pujangga. Bahwa jiwa yang penuh cinta ibarat taman yang subur, mau ditanami apa saja buahnya selalu kualitas jempolan.
Itulah mengapa saya ingin lebih mencintai, dan tentunya dicintai. Menjaga romantisme bersama pasangan, bounding dengan anak, kehangatan dengan Ibu dan saudara-saudara bahkan teman. Semua hal itu memberikan energi tersendiri buat saya. Selain bahagia, rasa dicintai seringkali memunculkan banyak ide segar. Slurrpp!! sesegar es buah.
Tapi ya jangan lupa musti realistis. Hidup ini kan kadang nggak berjalan sesuai keinginan kita semata. Udah bikin plan yang rapihhhh serapi baju di etalase toko. Taunya berantakan begitu saja karena satu dua hal. Ya, di situ memang yang namanya ujian datang. Makanya saya selalu bilang sama diri sendiri. Realistis .. Realistis .. Realistis. Setelah usaha dan doa, maka pasrahkan. Terima kenyataan dan yakin itu bukan kebetulan semata. #sokbijak
Mengubah pola hidup demi menjaga kesehatan raga
Nah, setelah jamu sehat jiwanya lengkap, maka kurang rasanya kalau raga ini tidak prima. Apalagi umur sudah kepala tiga, energi sudah berkurang tak terhingga. Kebangetan kalau masih pengen nyobain gaya hidup yang serampangan. “Hello, BukNaj! You’re not young anymore. Kapan lagi kalau nggak sekarang?” #tunjukdirisendiri
Yah, soalan yang ini saya memang belum berani bikin resolusi yang ekstrim. Sadar kalau masih hobi makan, ditunjang suami yang hobi ngajak jajan. So, saya belum punya nyali untuk misalnya total menganut food combine. Cukuplah mulai rutin berolahraga. Konsumsi sayur, buah dan air putih lebih banyak dari yang lainnya. Termasuk mengurangi kafein dan gula. Bismillah, 2017 saya ingin lebih sehat dan langsing tentunya. Hahahaha… ujung-ujungnya itu.
Akhirnya, apapun rencana yang kita tuliskan atau dengungkan dalam hati. Semuanya hanya akan menjadi resolusi tanpa goal yang bermakna. Jika tidak dibarengi dengan komitmen dan tindakan nyata. Welcome 2017, be nice for me, together we’ll walk harmoniously.
Mundur untuk napak tilas, sebelum akhirnya maju dan berjuang (lagi) |