Sheva—penulis buku anak “Little Grey”, berhasil menghadirkan cerita dengan konflik sederhana melalui rangkaian kalimat-kalimat pendek yang mudah dipahami pembaca pemula. Tetapi, jangan salah, meskipun konflik yang dihadirkan bisa dibilang ringan, justru di bagian itu “Little Grey” mampu memainkan emosi pembacanya. Lebih-lebih, Diani Apsari sebagai Ilustrator berhasil menghidupkan cerita dengan menghadirkan karya ilustrasi yang mengandalkan goresan sederhana, namun mampu menggambarkan kegundahan tokoh-tokohnya.
Hai, kali ini aku kembali membuat review buku setelah hampir satu tahun vakum. Tadinya aku memasang target untuk menulis review semua buku yang kubaca setiap bulan. Tapi nyatanya aku justru “tenggelam” dalam buku-buku tersebut. Keasyikan membaca kemudian “berjalan-jalan” dalam dunia yang diciptakan penulisnya. Sampai akhirnya tak satu pun dari sekitar 80 buku yang berhasil kutuntaskan di tahun 2019 tak ada yang berhasil kubuat review-nya di blog ini.
Review pendek selalu ada. Biasanya kuposting di facebook atau instagram saja, sekalian biar ada update-an. Tapi insyallah 2020 ini aku bakalan mulai membuat review lagi seperti dulu. Dari target 5 buku per bulan, setidaknya 2 buku kurencanakan menjadi bahan postingan blog. Doakan aku konsisten, ya.
Nah, di awal tahun ini aku sengaja memilih buku bergambar dengan genre anak sebagai materi review buku pertama. Seperti apa buku pilihanku? Yuk, langsung saja pada blurb-nya.
Blurb
Little Grey is different from other girls. Her hair is as greay as the ashes, and her only friend is Zooey, the grey cat.
Everyone calls her “Little Grey”. Until one day, she meets new friends who calls her as ‘Anna’ her real name.
All of them have grey hair. All of them love tea, and milk and sunsets. All of them are now best friends. Would you like to know the story?
Data buku
Judul buku: Little Grey
Penulis: Sheva
Ilustrator: Diani Apsari
Penyelia naskah: Septi Ws.
Penerbit: Grasindo
Tahun terbit: 2018
ISBN: 9786020515472
Genre: Buku anak bergambar (U6+)
Bahasa yang digunakan: Bahasa Inggris
Harga: Rp62.000,00 (P. Jawa)
Review Buku Anak “Little Grey”
“Little Grey” merupakan buku cerita bergambar dengan genre anak yang disajikan dalam bahasa Inggris. Mengangkat tema diversity dan self-acceptance, “Little Grey” mengisahkan kehidupan seorang gadis cilik—Anna— yang terlahir dengan kondisi fisik berbeda dengan gadis-gadis pada umumnya. Perbedaan ini membuatnya harus hidup sebatang kara, karena menurut penjelasan Aunt Lisa—orang yang kemudian merawatnya— Anna ditinggalkan begitu saja oleh ibunya dikarenakan perbedaan yang ada dalam dirinya.
Perbedaan fisik tersebut membuatnya mendapatkan julukan baru, yaitu “Little Grey”. Tak hanya Aunt Lisa, teman-teman di sekolahnya pun memanggil Anna dengan sebutan yang sangat tidak disukainya tersebut. Akan tetapi, Anna hanya diam. Ia mulai tidak suka dengan dirinya sendiri. Ia pun tidak memiliki teman kecuali Zooey, seekor kucing yang juga berbulu abu-abu.
Suatu ketika Anna bertemu dengan pasangan suami istri yang kemudian menjadi teman baiknya. Mereka bertiga memiliki kesenangan yang sama yang membuat ketiganya bisa dekat. Sepasang suami istri ini pula yang kemudian menumbuhkan kesadaran pada diri Anna, bahwa terlahir berbeda itu bukan masalah. Selain itu, Anna pun mulai diyakinkan untuk mencintai dirinya sendiri.
Sayangnya, saat Anna mulai menemukan kebahagiaan bersama orang-orang yang menerima dirinya apa adanya, perpisahan demi perpisahan harus dihadapinya. Anna pun kembali sendiri, namun kali ini ia tidak terlalu bersedih seperti dulu, karena ia tahu menjadi berbeda itu tidak masalah. Anna mulai percaya diri dengan perbedaannya. Ia tak peduli ketika orang-orang memanggilnya “Little Grey” bahkan selalu menyebut dirinya sendiri sebagai Anna.
Kesan sebagai Pembaca Dewasa
Sebelum “Little” Grey menjadi salah satu koleksi bacaan di rumah, aku memang sudah beberapa kali membacakan buku dengan tema sejenis untuk DuoNaj. Menurutku tema diversity dan self-acceptance merupakan masalah krusial yang harus segera dipaparkan pada anak. Apalagi zaman bullying dan intoleransi sudah menjamur seperti sekarang ini. Orangtua harus kuat-kuat kasih “benteng” buat anak.
Cara penyajian “Little Grey” bisa dibilang berbeda dari buku cerita anak pada umumnya. Pesan moral yang ingin disampaikan tidak ditulis secara gamblang, tetapi tersirat dalam ceritanya. Selain itu “Little Grey” tidak terkesan menggurui dan minim campur tangan karakter dewasa dalam penyelesaian konfliknya. “Little Grey” kuat dalam story telling dan pemilihan kata-kata.
Buku ini tidak hanya mengajarkan penerimaan diri bagi pembaca anak. Namun, bagi pembaca dewasa buku ini sangat menghibur dan memanjakan mata karena ilustrasi yangi berhasil menghidupkan keseluruhan ceritanya.
Kelebihan dari Kacamata Pembaca Dewasa
Kelebihan “Little Grey” sendiri terletak pada kalimat-kalimat pendek yang digunakan. Bagi pembaca pemula, kalimat pendek dan jumlah kata yang tidak terlalu banyak sangat direkomendasikan. Sedangkan untuk anak yang sudah atau sedang mempelajari bahasa Inggris, “Little Grey” merupakan salah satu buku bacaan yang mudah dipahami.
Di samping itu, ilustrasi merupakan faktor penting yang membuat buku ini “hidup” dan memiliki nilai lebih. Melalui goresan-goresan sederhana, karakter dan suasana hati tokoh-tokohnya tergambar jelas. Bahkan pada halaman tanpa teks, ilustrasi yang disajikan mampu merepresentasikan situasi dan suasana hati yang berusaha dibangun dalam cerita.
Material yang dipilih untuk mencetak bukunya juga bagus dengan sampul hard cover sehingga tidak mudah lecek.
Kekurangan
Selain kelebihan, pastinya ada sedikit kekurangan dari buku ini. Menurutku secara pribadi, bukunya kurang tebel, jadinya cepet habis trus kehabisan stok bacaan lagi, haha. Nggak faedah banget penjelasannya.
Selain itu dimensi bukunya agak kekecilan untuk dijadikan material read aloud. Padahal kalau dari segi konten, “Little Grey” oke banget untuk sesi membaca nyaring bersama anak.
Overall aku dan anak-anak senang membaca “Little Grey”. Aku merekomendasikan buku ini untuk dibacakan pada pembaca pemula. Sebagai hadiah untuk pembaca buku berbahasa asing kategori anak dan pemula, serta siapa saja yang menyukai buku cerita ilustrasi.
Sepertinya aku juga suka buku ini setelah membaca ulasan Mba… hehehehe. Pesan moralnya, itu yang terpenting. Aish, jadi ingin baca deh tuh.
Bagus reviewnya karena lengkap. Saya juga suka buku2 anak bahasa Inggris, dan senang tau ada buku2 ini diproduksi org Indonesia. Ditunggu review buku2 lainnya
Wah bagus ya bukunya mbak. Bisa menjadi bahan untuk diceritakan ke anak-anak. Sampulnya hard cover jadinya lebih awet. Ditambah dengan ilustrasi yang menarik. Ceritanya sarat akan pesan moral.
makasih reviewnya
Semoga tetap konsisten me-review bukunya ya, Mbak..
Menarik banget buku ini. Baca review-nya ikut sedih. Kekurangannya emang menjadi masalah emak2 seperti kita. Cepet abis dibaca harus beli lagi apalagi anaknya doyan baca
80 buku setahun?
Keren kamu mbak Damar!!
Aku tahun lalu cuma 20-an kayaknya dari target satuminggusatubuku. Hiks
Aku suka baca review ini..dan buku yang ada ilustrasi menarik sungguh bikin makin nambah makna bukunya. Suka!!
Wow 80 buku dalam setahun!
saya baru namatkan 30 buku sudah sangat bersyukur, hehehe…
Eniwey buku ini sepertinya bagus untuk hadiah buat ponakanku yang masih taraf pembaca pemula.
Bagus reviewnya mak Damar. Bagus bukunya dan mendidik.
Wah luwarbyasaak! 80 buku setaunnn? Mais bisa menang lomba blog plus ngevent? Uwowwwww…. aku mlongo mbaaaa…. wkwkwkwk
Btw itu ilustratornya putrinya Bunda Hani ya? Wiih cakeeep…
Jadi penasaraan akuh pengen baca jugak
Waoww mantul ihh mb Damar. Bisa melahap 80 buku dalam setahun. Aku…sambil ngaca meleri diri sendiri. By the way…msh konsisten review buku ya mba? Buku yg ini agak sedih bacanya . Tapi pastu ada sisi positifnya. Nice!
waduuuh…80 buku setahun?…..hebat banget, saya harus tiru nih. Ulasannya keren Mba, enak bacanya.
Enak dibaca reviewnya mengalir jadi penasaran dengan buku Little Grey, tampaknya cocok untuk anak yang baru bisa membaca yang biasanya ingin membaca apa saja yang bisa dibaca