[Review] : MOANA, Other Typical of Disney Princess

I can lead with pride, I can make us strongI’ll be satisfied if I play alongBut the voice inside sings a different songWhat is wrong with me?
Akhirnya tuntas juga nonton film animasi Disney yang terbaru, MOANA. Sebenernya nggak baru-baru amat  sih, film ini pertama kali diputar di Indonesia tanggal 24 November tahun lalu. Sejak saat itu saya sudah heboh mengajak Najwa nonton ke bioskop. Rencana saya, kami nonton berdua, sedangkan suami berdua dengan baby Najib di playground, hahaha.. #ajimumpung
Ya, maklumlah, saya sendiri pun sudah hampir 4 tahun tidak merasakan gurihnya pop corn di XXI. Wajar kalau saya ngidam nggak ketulungan. Jangankan nonton di bioskop, nonton AFC di rumah aja selalu kalah sama Animal Planet atau Disney Junior. #melas.
Gayung sama sekali tak bersambut dari suami. Kebayanglah betapa repotnya doi saya ajak gantian momong baby Najib yang super aktif dan ceriwis. Maka, batal sudah rencana kami. Lucunya, si Najwa nggak kelihatan bete sama sekali. Kayaknya sih, doi emang nggak terlalu minat sama mbak Moana. Ya iyalah, secara doi masih maniak abis sama Elsa plus Anna. Segala tetek bengek princess yang udah lewat 3 tahun silam itu masih dikoleksinya. Lagu-lagunya masih juga dihafal. Sampai-sampai nih, baby Najib pun mulai ikut-ikutan nyanyi “Lek ik o, Lek ik o” (Let it go, let it go). Duhhh…  Bener-bener deh, Frozen mania.
Tapi, bukan BukNaj donk, kalau give up gitu aja. Kebetulan saya suka soundtrack film ini. Khususnya yang berjudul How Far I’ll Go. Selain liriknya ngena, saya justru menikmati lagu-lagunya yang dibawakan penyanyi Filipina sama Thailand. Berasa bisa aja, padahal mulut juga cuman komat-kamit doang, hahahaha…
Dari situ, perlahan Najwa mulai suka juga. So, saya putuskan mengajaknya nonton gratisan di rumah. Kok, kayaknya saya yang ngebet banget ya? Iya bener. Karena saya ngerasa Najwa kebangetan sukanya sama si Elsa. Nah, saya pengen kasih perspektif princess yang lain sama dia. Yang kuat, perkasa (gatot kaca kali yak), jago berenang, nggak tinggal di istana, nggak ada pangeran berkuda dan yang paling penting berkulit hitam manis. Uhuii.. Emaknya banget yang terakhir itu #geer
So far, kami sangat menikmatinya. Saya pun surprise, karena Najwa tak beranjak selama lebih dari satu jam. Means, she was enjoy it. Tapi, kalau saya tanya bagus atau enggak? Dijawabnya lumayan suka. Saya bilang lumayan ya, artinya Frozen still the best for her. Nah, secara garis besar, saya mau kasih sedikit review tentang film ini. Ada beberapa aspek yang mampu memukau kami, meskipun pada bagian lain cenderung biasa.
Sekilas tentang MOANA
Moana kecil mulai tertarik untuk pergi ke  laut
Mengambil latar belakang Kepulauan Polynesia yang anggun dan alami, MOANA berkisah tentang seorang gadis yang berjuang menyelamatkan kampung halamannya dari kehancuran. Dikisahkan bahwa Moana, sang tokoh utama, semenjak kecil sangat ingin berlayar mengarungi samudera. Namun, keinginan tersebut selalu dipatahkan oleh ayahnya yang seorang kepala desa/ kepala suku di sebuah pulau kecil Motunui.
Ternyata, Moana adalah gadis yang dipilih samudera untuk menyelamatkan pulau Motunui dari kehancuran yang disebabkan kemarahan Te Fiti. Te Fiti sendiri adalah seorang dewi pencipta. Menurut mitos yang diceritakan nenek Moana, jantung Te Fiti yang berupa batu berpijar telah hilang, dicuri oleh Maui si manusia setengah dewa. 

Moana is a dififferent Disney princess 

Moana bukan putri yang lemah lembut

Menurut saya, Moana menyajikan sesuatu yang berbeda dari kebanyakan Disney princess, yang biasanya selalu cantik, lemah lembut, yatim piatu atau dibuang keluarganya. Moana tampil sebagai putri yang kuat, teguh pendirian dan bahagia.Tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang saling menyayangi dan perhatian. 
Selain itu, tidak ada tokoh prince charming dalam film ini. Itu sebabnya saya lumayan ngotot mengajak Najwa nonton. Karena dalam film ini seorang gadis dipresentasikan dengan baik sebagai sosok yang mandiri, merdeka dan bertanggung jawab.
Animasi dan soundtrack sebagai bagian terbaik
Menurut saya pribadi, animasi dan soundtrack film ini sangat mampu memikat hati.  Penggambaran lautan biru, pasir putih dan hutan tropikal yang begitu asri, ditambah setiap detilnya membuat saya merasa larut di dalam suasananya. Sungguh menakjubkan dan memanjakan mata.
Ditambah dengan alunan musik yang bernuansa etnik, yang mengiringi setiap adegannya, saya merasa film ini layak dinominasikan dari segi soundtrack dan sound effectnya. Selain itu, lagu-lagunya sangat asyik, liriknya penuh arti dan dibawakan dengan apik oleh Auli’i Cravalho dan Dwayne ‘The Rock’ Johnson.
Overall, film ini menarik dan recomended buat ditonton dengan buah hati. Selain penyajiannya yang indah, tidak ada adegan yang berbahaya untuk anak-anak, aman lah pokoknya. Meskipun beberapa pesan cenderung kurang gamblang disampaikan. At least, Najwa bisa menangkap sebagian maksud film ini. Kurang lebih begini katanya, “Ooo, jadi princess itu nggak harus tinggal di istana ya Buk? Nggak harus putih, langsing dan cantik. Princess itu harus kuat dan pemberani kan Buk?” See, lumayan sesuai harapan kan? 
Nah, ada satu lagi nih, hikmah nonton Moana. Gadis kecil saya itu setuju ikut kursus renang. Padahal selama ini terus menolak. Hobi ke kolam renang, nyemplung ke air, tapi nggak mau diajari. Jadi, mulai minggu depan trayek ngojek saya tambah ke kolam renang. Hahaha..
Kalau teman-teman, bagaimana kesan-kesannya?

Leave a Comment