Digitalisasi Desa Wisata untuk Wujudkan Impian Berwisata dengan Nyaman dan Usaha Wisata Berkelanjutan

Setiap kali merencanakan berwisata ke suatu tempat, umumnya yang terbayang dalam angan-angan para wisatawan adalah suasana yang tenang, santai, bebas menikmati pemandangan alam sambil berswa foto untuk mengabadikan kenangan.

Sayangnya, beberapa tahun ke belakang, semenjak berwisata menjadi bagian dari gaya hidup dan kebutuhan bagi masyarakat—khususnya orang-orang yang ingin kabur sejenak dari padatnya rutinitas di perkotaan, berwisata sering kali bukan menghilangkan penat, namun justru menambah stres karena macet dan ramainya lokasi wisata.

Wisata alam yang mengunggulkan panorama yang indah,suasana yang sepi dan tenang, udara sejuk khas pedesaan, seringkali berubah menjadi lautan manusia, udara yang panas, jalanan yang macet tak ubahnya jalan perkotaan, dan situasi yang tak lagi tenang karena ramainya wisatawan.

Kondisi seperti ini acap kali kita temui ketika musim liburan atau cuti bersama di mana pengunjung membludak. Tak jarang, beberapa area wisata alam sering kali mengalami kerusakan karena padatnya pengunjung yang melebihi kapasitas kunjungan wisata.

Di lain sisi, masih banyak tempat wisata baru dan lama yang kurang terjamah oleh pengunjung karena minimnya informasi yang beredar. Tidak semua pengusaha mampu “jemput bola” dan cenderung pasif menunggu pengunjung datang. Padahal, di era digital seperti sekarang, potensi-potensi tersebut bisa dikabarkan lebih luas melalui berbagai platform digital. Situasi ini jika dibiarkan tanpa solusi tentunya akan berdampak pada perkembangan industri wisata dalam negeri ysng sedang bergeliat dengan munculnya kawasan desa wisata yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia.

Travel Digital Berpeluang Melejitkan Potensi Kawasan Wisata Baru untuk Berkembang

(Gambar: dokumen Reza Permadi)

Pertumbuhan dunia digital di setiap lini kehidupan mau tak mau berimbas pada sektor pariwisata. Saat ini, calon pengunjung menaruh minat yang cukup tinggi untuk melakukan riset dan pencarian terkait destinasi wisata baru dan lama. Segala informasi terkait harga tiket, penginapan, agenda wisata tertentu di lokasi tujuan, akomodasi dan kuliner sangat diburu oleh para pengunjung yang haus informasi. Sekarang, petunjuk wisata dari pemerintah bahkan dirasa kurang sehingga ulasan dari para blogger dan travel vlogger sangat diminati dan menjadi peluang marketing baru melalui ranah digital.

Persaingan bisnis di sektor pariwisata semakin tajam, bahkan bukan tidak mungkin pemain lama akan tertinggal oleh pengusaha baru yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Travel digital membuka peluang bermunculannya potensi-potensi wisata yang selama ini kurang dikenal dan kurang dimaksimalkan.

Sayangnya, penerapan travel digital juga belum optimal terbukti dari masih minimnya pengelola wisata yang menjalankan strategi travel digital. Dikutip dari Tempo.co, dari 717 desa wisata yang sudah mendaftar di platform Atourin besutan Reza Permadi ini, baru 197 desa wisata yang sudah berjalan.

Hal ini tentunya amat disayangkan mengingat Indonesia memiliki banyak destinasi wisata baru dan lama. Industri pariwisata Indonesia masih berkutat di ranah konvensional sehingga kurang sinkron dengan potensi calon wisatawan yang sebagian besar sudah beralih ke ranah digital. Salah satunya, potensi desa wisata yang banyak bermunculan dan menjadi alternatif wisata baru yang digandrungi wisatawan. Keberadaan Desa Wisata yang mampu go digital merupakan terobosan penting bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat karena berpotensi menyerap tenaga kerja dan mendorong UMKM lokal berkembang.

Lahirnya Atourin Sebagai Pendorong Desa Wisata Go Digital

(Gambar: dokumen Reza Permadi)

Di tengah meroketnya kebutuhan wisatawan akan alternatif informasi perjalanan secara digital, Reza Permadi seorang lulusan program Master of Sustainable Tourism menggagas lahirnya Autorin Visitor Management System atau AVMS yang merupakan program dari Atourin pada tahun 2019. Ide awal Atourin Visitor Management System sebenarnya berasal dari paper mata kuliah Smart Tourism yang diikuti Reza. Ia pun mewujudkan paper tersebut dalam sebuah program yang menjadi rintisan awal perusahaan Autorin yang didirikannya.

Selain itu, Atourin lahir karena pengalaman kurang menyenangkan bagi Reza yang gagal mendaki Semeru karena informasi penutupan area wisata yang tidak tersebar secara luas. Setelah melakukan perjalanan jauh dan melelahkan dengan memakan waktu dan biaya yang terbuang percuma, Reza memimpikan hadirnya platform digital yang dapat menginformasikan segala hal terkait suatu destinasi wisata.

Setamat dari bangku kuliah di Binus University, Reza Permadi bersama dua orang temannya berhasil mewujudkan impiannya untuk melahirkan sebuah platform travel digital. Autorin merupakan solusi pemasaran efektif dan efisien bagi destinasi wisata dan desa wisata. Reza menuturkan bahwa Autorin bukan sekedar agen perjalanan, namun menjadi marketplace yang memungkinkan pemilik produk wisata bertemu dengan calon konsumennya

Atourin Visitor Management System (AVMS) adalah program yang berfungsi sebagai alat untuk mendata dan mengorganisir pengunjung yang datang dan pergi ke desa wisata. Program ini memiliki keunggulan dalam kemudahannya untuk digunakan oleh pengelola wisata juga desa wisata.

Di samping itu, model bisnis AVMS juga sangat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi pengelola destinasi wisata. Misalnya dengan skema kemitraan yang memungkinkan pengelola wisata tidak mengeluarkan biaya platform di awal, melainkan dihitung menggunakan skema agent rate. AVMS sangat memudahkan pengelola untuk membangun database pengunjung dan tentunya mendukung gerakan go green karena mengurangi sampah kertas karcis.

Inspirasi Reza Permadi : Ubah Halangan jadi Peluang

(Gambar: Blog Atourin)

Dalam merintis platform wisata digital miliknya, tentunya Reza Permadi mengalami berbagai kendala dan halangan baik dari segi teknis maupun pengenalan produk. Kendala pertama berupa terbatasnya akses internet di desa wisata pelosok. Untuk mengatasinya, Reza berkolaborasi dengan Bakti Kominfo untuk penyediaan akses internet di desa-desa wisata yang berada di daerah pelosok.

Selain itu, Reza dan tim juga mendesain platform AVMS untuk dapat digunakan dengan dalam kondisi minim jaringan internet. Caranya dengan melakukan pemesanan sejak jauh hari dari kota tujuan. Kemudian saat hari H sesampainya di lokasi wisata, pengunjung hanya menunjukkan QR code bukti pembelian dan masyarakat pengelola di desa hanya mencatat secara manual.

Permasalahan berikutnya yang menjadi penghalang adalah rendahnya minat pengelola wisata untuk beralih ke platform digital. Kekhawatiran akan menurunnya profit menjadi salah satu penyebab keengganan mereka untuk go digital. Padahal, Atourin menerapkan harga publish pada pelanggan sehingga tidak mengurangi keuntungan. Atourin juga tidak merusak harga pasar karena mereka menetapkan harga publish. Selain itu, pengelola yang bergabung juga akan mendapatkan keuntungan lain berupa komisi.

Reza meyakinkan bahwa pemasaran digital tidak akan melumpuhkan pemasaran konvensional yang selama ini sudah dijalankan, namun justru berpotensi meningkatkan karena dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Atourin juga menyediakan informasi yang lengkap mengenai agenda menarik di setiap desa wisata dan memberikan potongan harga.

Kendala berikutnya adalah minimnya pengetahuan masyarakat mengenai teknologi digital. Padahal, penggunaan teknologi digital dapat mempermudah banyak hal salah satunya seperti pengembangan tour virtual. Oleh karena itu, Atourin juga aktif melakukan edukasi kepada para pengelola wisata. Tidak hanya diajarkan menggunakan platform digital, mereka juga mendapatkan pelatihan membuat produk wisata, menghitung biaya, juga teknik pemasaran melalui Atourin.

Menjalin Kolaborasi dengan Berbagai Pihak untuk Mewujudkan Wisata Berkelanjutan

(Gambar: Blog Atourin)

Reza Permadi melalui Atourin memiliki visi yang besar menjadi platform digital terkemuka yang dapat menghubungkan kekayaan alam dan budaya Indonesia dengan para penikmatnya. Melalui inovasi dan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait. Atourin dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat desa, berkontribusi dalam peningkatan kunjungan wisatawan, dan mendukung pembangunan wisata berkelanjutan di dalam negeri.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Reza Permadi menargetkan dapat mendorong seluruh destinasi wisata termasuk di dalamnya desa wisata di Indonesia go digital pada tahun 2030. Sekedar informasi, berdasarkan data BPS pada 2021 yang lalu tren digital telah menjangkau hingga 70 persen wisatawan Indonesia. Sayangnya, hal tersebut belum diimbangi dengan tren go digital di kalangan pengelola wisata.

Dalam mewujudkan visi dan misinya, Reza Permadi bersikap terbuka dan membawa Atourin untuk berkolaborasi dengan pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf). Atourin terlibat dalam berbagai program seperti Program Anugerah Desa Wisata Indonesia dan Program Kampanye Sadar Wisata, juga program Beli Kreatif Desa Wisata. Dalam program-program tersebut, Atourin berkesempatan mengakuisisi semua mitra sehingga mengalami peningkatan yang cukup masif.

Atourin juga digandeng pemerintah daerah untuk membawa desa wisata naik kelas melalui go digital. Misalnya membantu Pemerintah Belitung Timur dalam upaya mendigitalkan 10 desa wisata, dan Pemprov Kalimantan Tengah dengan 20 desa wisata. Sedangkan di Samosir, Atourin juga dipercaya untuk membawa 10 desa beralih ke ranah digital.

Tak membatasi dengan siapa perusahaannya berkolaborasi, Atourin juga digandeng pihak swasta yaitu Astra yang selama ini aktif menjalankan program pemberdayaan desa. Beberapa program Astra seperti Desa Sejahtera Astra dan Kampung Berseri Astra merupakan perwujudan dari komitmennya untuk mengembangkan potensi desa. Melalui kolaborasi ini, Reza bersama Atourin juga sedang mengupayakan agar kampung binaan Astra dapat bergabung dengan platformnya.

Berkat kerja keras, inovasi, dan kolaborasi dengan berbagai pihak yang berdampak positif, Reza Permadi sebagai penggagas Atourin berhasil menjadi salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2023 peserta individu kategori teknologi. Atourin juga berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi digital memiliki potensi besar dalam pengembangan wisata desa di Indonesia. Serta mendukung upaya wisata berkelanjutan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui usaha sampingan pendukung kawasan wisata.

Leave a Comment