Halooo, long time no see, Temans. Iya, dua minggu terakhir ini BukNaj lumayan sibuk wira-wiri ke sekolah DuoNaj. Selain karena Najib sempat rewel di hari pertama sekolah, pada tanggal 17 Juli kemarin. BukNaj juga sedang berusaha untuk bangkit dari jet lag, setelah masa-masa malas akibat libur Hari Raya plus kenaikan kelas yang terlampau lama.
Hari ini memasuki minggu ketiga di tahun ajaran 2019-2020. Rasanya sudah bukan hari-hari pertama sekolah lagi, ya, karena sebagian besar anak sudah mulai terbiasa dengan rutinitas sebagai pelajar, termasuk orangtuanya. Tapi, tidak semua anak, lho! Karena beberapa siswa di sekolah Najib masih saja penuh “drama”, begitu pun di sekolah Najwa.
Kalau di sekolah Najib, ya, wajar dong, karena memang masih pre schooler. Biasanya “drama” siswa baru bisa berlangsung sampai sebulan, bahkan pada kasus tertentu bisa lebih. Tapi kalau di sekolah Najwa, menurut pengamatanku justru orangtua yang “drama”. Iya, drama terlalu cinta dan nggak tega buat ninggalin anak-anaknya. Maklumlah ya, masa peralihan dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar. Jadi sebagian orangtua sepertinya masih belum move on. Belum menerima kenyataan bahwa anak-anaknya sudah bukan anak kecil lagi bahkan mulai mandiri.
Sekali lagi aku nggak bilang semuanya, ya. Tapi, kenyataannya memang masih ada orangtua yang seperti itu. Begitu pula dengan anak-anaknya.
Flashback Hari Pertama Sekolah dengan DuoNaj
Bersama Najwa, BukNaj sudah melalui 5 kali hari pertama sekolah yang minim drama. Alhamdulillah Najwa termasuk nice girl sejak pertama kali belajar di taman kanak-kanak pada tahun 2015. BukNaj ingat betul, hari mengantarnya ke sambil menggendong Najib yang baru berusia 6 bulan.
Saat itu BukNaj juga nggak perlu berlama-lama di sekolah. Setelah perkenalan dengan teman, guru dan lingkungan sekolah, BukNaj segera pamit dan menyerahkan Najwa pada pihak sekolah. Kemudian hadir kembali untuk menjemputnya tepat 10 menit sebelum jam pelajaran selesai.
Seingatku, sejak saat itu BukNaj hanya mengantar kemudian menjemput Najwa. Bahkan, saat Najwa naik tingkat ke kelas B, BukNaj hanya mengantarnya. Sedangkan untuk urusan menjemput kami memercayakannya pada Bang Niko, tukang ojek langganan keluarga.
Begitu masuk SD, Najwa tetap sebagai gadis manis ibunya. Hanya diantar bahkan sejak hari pertama sekolah. Kemudian dijemput Bangg Niko pada jam pulangnya.
Dengan Najib tentu saja lain ceritanya. Najib termasuk “drama” pada awal-awal bermain di playgorup. Tapi syukur alhamdulillah tidak terlalu lama. Seingatku 2 hari pertama aku memang menemani di kelas. Hari berikutnya di luar kelas, kemudian sama sekali tidak ditemani. Hanya diantar kemudian dijemput kembali seperti halnya Najwa.
Memang urusan pencarian sekolah untuk Najib juga lebih rumit ketimbang untuk Najwa. Tapi sekali lagi kami bersyukur sudah menemukan “sekolah yang terbaik untuk Najib”. Untuk Najib lho, ya. Jadi mungkin terbaik dalam standart umum. Tapi bagi kami, sekolah yang terbaik untuk anak adalah yang bisa membuat mereka nyaman, senang, guru-gurunya welcome dan anak selalu menantikan hari-hari kembali ke sekolah.
Baca juga: Cerita Najib dan Sekolah Barunya
Tipe-Tipe Drama di Hari Pertama Sekolah
Nah, kalau ngomongin drama di hari pertama sekolah, tentunya Teman-teman juga pasti punya pengalaman masing-masing, dong. Baik pengalaman dengan anak-anaknya, ataupun pengamatan terhadap teman-teman si kecil.
Lebih-lebih yang punya pengalaman bekerja di sekolah, entah sebagai pendidik atau karyawan. Pasti lebih banyak pengalamannya. Ya, kan?
BukNaj sendiri sempat 7 tahun bekerja di sekolah. Dua tahun di Yogyakarta sebagai guru ekskul di salah satu SDIT di daerah Kalasan. Sedangkan 5 tahun yang tersisa, BukNaj bekerja di bagian administrasi di Islamic Intenational School di Magetan.
Meskipun tidak meng-handle kelas secara langsung, BUkNaj sering terlibat dalam “drama” hari pertama sekolah. Iya, karena seluruh staf biasanya dikerahkan untuk membantu.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman tersebut, setidaknya ada beberapa tipe drama siswa dan orangtua di hari pertama sekolah.
Drama Siswa di Hari Pertama Sekolah
- Tidak mau berangkat ke sekolah dengan berbagai alasan. Misalnya, capek, masih ngantuk, pengin main di rumah, di sekolah tidak punya teman, tidak mau mandi, dan sebagainya.
- Maunya mama/ibu ikut belajar di kelas. Biasanya karena belum nyaman atau belum beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
- Mau ke sekolah tapi dengan berbagai syarat. Misalnya, pulang sekolah minta jajan, mainan, atau yang lainnya.
- Di sekolah nempel terus dengan mama/ibu. Biasanya anak-anak yang seperti ini belum menemukan teman yang cocok, atau belum nyaman dengan gurunya.
- Tidak mau ke sekolah karena bosan . Nah, kalau alasannya bosan, orangtua harus mencari tahu apakah model belajar di kelas sesuai dengan karakter anak. Andai saja memang tidak sesuai, mungkin orangtua bisa berdiskusi dengan guru untuk menemukan solusinya.
Drama Orangtua di Hari Pertama Sekolah
Selain siswa atau anak-anak, beberapa tipe orangtua turut menyumbang “drama” di hari pertama sekolah. Misalnya:
- Orangtua belum tega melepas anak sendirian di sekolah. Orangtua tipe ini rela duduk berjam-jam di halaman bahkan di luar pagar sekolah.
- Belum bisa move on bahwa anaknya sudah besar bahkan mulai mandiri. Biasanya tipe orangtua seperti ini selalu khawatir kalau anaknya tidak bisa melakukan ini dan itu sendiri. Misalnya jika harus berganti seragam olahraga sendiri, atau harus membeli makanan di kantin. Pertanyaannya, memang ada orangtua seperti itu? Ada, bahkan BukNaj sering menjumpainya.
- Orangtua over excited. Iya, setiap orangtua pasti excited dengan hari pertama sekolah anak. Wajar, BukNaj juga, kok. Tapi jangan keterusan. Hari pertama banget sih oke, berikutnya ya biasa saja. Kalaupun ingin menunjukkan perhatian dan ketertarikan, tunjukkan saat anak-anak pulang. Sambut dengan hangat dan tanyakan bagaimana harinya. Bukan membuntuti anak ke sekolah demi melihat langsung apa saja yang dikerjakannya. Waduh, jangan sampai, deh.
Baca juga: Cara Menangani Tantrum pada Anak
Sebenarnya, drama di hari pertama sekolah ini bisa diantisipasi sejak jauh hari sebelumnya. Atau diperkecil kemungkinannya biar nggak kelamaan. Tapi, dalam penerapannya memang butuh kerjasama dari orangtua, siswa dan tentu saja pihak sekolah. Beberapa hal berikut ini biasanya BukNaj lakukan dan diskusikan dengan guru atau orangtua siswa (saat masih bekerja di sekolah dulu) untuk mengantisipasi drama hari pertama sekolah tidak berkepanjangan.
Tips Sederhana Menyiapkan Hari Pertama Sekolah Anak
1. Membangun rutinitas anak
Beberapa waktu setelah rencana belajar di bangku sekolah diputuskan, maka segera bentuk rutinitas anak. Misalnya:
Jam berapa anak harus bangun tidur di pagi hari?
Kapan waktu mandi pagi?
Seberapa lama waktu bermain?
Haruskah tidur siang?
Kapan harus tidur pada malam hari?
Ketika rutinitas anak sudah terbentuk, tentu akan lebih mudah untuk mengatur jadwal mereka. Memang prosesnya tidak mudah, tapi hasilnya bakalan sebanding, kok, dengan usaha yang sudah kita lakukan.
2. Menyiapkan kemandirian anak
Seperti yang BukNaj tulis di atas, ada sebagian orangtua yang khawatir anaknya tidak bisa ini atau itu sendiri. Semacam belum percaya dengan kemandirian anak.
Nah, daripada kita jadi over khawatir, alangkah baiknya jika kita latih kemandirian anak sebelum melepasnya ke sekolah. Misalnya dengan membiasakan makan sendiri, pergi ke toilet sendiri, tidur sendiri, bahkan beri kesempatan mereka memilih kemudian memakai pakaian sendiri.
Baca juga: 9 Jenis Keterampilan Kecakapan Hidup Anak
3. Biasakan anak untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Beberapa anak yang tidak dibiasakan berkomunikasi dengan orang lain—selain orang rumah—biasanya cenderung diam dan susah ditebak apa maunya. Nah, kalau mereka sedang mogok atau rewel, susahnya jadi bertambah, karena ditanya apa saja mereka hanya diam.
Untuk itu, berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan orang-orang di luar lingkaran terdekatnya. Dengan tetangg atau mungkin teman sebaya di rumah. Dengan begitu mereka akan lebih mudah untuk menghadapi hubungan dengan orang baru.
4. Membangun citra positif tentang sekolah, guru dan teman-temannya
Penting untuk membangun citra positif tentang lingkungan baru anak. Ceritakan bahwa teman-temannya baik, guru-gurunya sayang dan siap membantu Si Kecil.
Selain itu, usahakan mengikuti triall class untuk calon siswa baru. Dengan begitu, anak bisa melaihat dan merasakan langsung kenyamanan yang akan diperolehnya di sekolah.
Usahakan jangan menunjukkan kritik pada sekolah di depan anak-anak. Orangtua dan guru merupakan tim yang harus saling mendukung. Jadi, jika ada yang kurang berkenan, ada baiknya cukup orangtua dan guru saja yang mengetahuinya.
5. Orangtua harus tega
Tega? Oh ya, BukNaj ini ratunya tega. Sehari, dua hari sampai seminggu, it’s okelah masih ditunggu. Tapi minggu berikutnya, usahakan untuk lebih “tega”.
Namun, tega di sini bukan berarti tanpa persiapan, ya. Jadi sebelum melakukannya, pastikan orangtua sudah menyiapkan anak dengan berbagai informasi tentang sekolah.
Jangan lupa, buat kesepakatan dengan anak. Misalnya seperti ini, “Ibu pulang setelah adik masuk kelas. Nanti, saat adik pulang, ibu sudah menunggu di depan pitu gerbang.”
Ingat, tepati kesepakatan yang telah dibuat. Jangan membuat anak tidak percaya dengan orangtuanya hanya karena tidak menepati apa yang telah disepakati bersama.
Memang tidak selalu mudah karena tantangan setiap orangtua berbeda. Begitu pun karakter anak. Ada anak-anak yang cenderung kalem dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Akan tetapi, tak sedikit yang pandai beradu argumentasi alias “ngeyel” dalam segala hal, hahaha, seperti DuoNaj yang paling hobby berdebat sama ortunya. Adaaa aja alasannya.
Ah, tapi santai saja, pada akhirnya semua pasti bisa, kok. Yang penting orangtua harus panjang urat sabarnya dan telaten saat menerapkan komitmen untuk masa depan anak.
Nah, kalau sudah begini, harusnya drama hari pertama sekolah bisa diminimalisir, dong? Ya atau yes?