Soft skill merupakan istilah sosiologis yang memiliki kaitan erat dengan kecerdasan emosional, kepribadian, keterampilan sosial, bahasa, keramahan, kebiasaan dan optimisme serta bagaimana seseorang menjalin hubungan dengan orang lain. Di dunia parenting, mengembangkan soft skill anak usia SD perlu segera dilakukan mengingat keterampilan ini menjadi salah satu modal untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Menjelang awal tahun ajaran baru, Ibu-ibu seperti saya pasti sudah melakukan ceklist terkait segala kebutuhan anak. Ada yang sudah dari jauh-jauh hari melatih kemampuan baca tulis si Kecil. Ya, meskipun pemerintah tidak mensyaratkan kemampuan baca tulis, kenyataannya beberapa sekolah tetap memberikan tes kepada anak.
Sedangkan untuk sekolah negeri sendiri, meskipun hanya mensyaratkan usia, kenyataannya pelajaran di kelas 1 SD bukan lagi Ini Ibu Budi atau Ba-Ca= Baca. Berdasarkan pengalaman Najwa, saat kelas 1 dulu ia sudah mendapatkan tugas mengambil inti cerita dari sebuah bacaan, menjawab pertanyaan, bahkan membuat cerita karangannya sendiri.
Pusing ya, Bu? Hehehe. Nggak perlu pusing dong. Berproses saja dengan anak. Yakin pasti bisa.
Nah, selain kemampuan baca tulis dan berhitung yang masuk dalam kategori hard skill, penting sekali untuk mengembangkan soft skill anak usia SD. Mengapa saya menegaskan usia SD, karena pada usia ini anak harus berinteraksi dengan lingkungan yang lebih kompleks dibanding saat preschool. Selain itu, usia SD merupakan usia dasar di mana anak bisa “dibentuk” karena masih minim melakukan perdebatan dengan orangtua.
Soft skill sendiri menjadi sangat penting karena anak adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain. Kelak di masa depan mereka harus bekerja dalam team work, harus mampu menyampaikan gagasannya yang berwujud hard skill. Itu sebabnya mengapa soft skill tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Baik soft skill maupun hard skill, akan lebih baik jika keduanya diajarkan pada anak secara seimbang.
Baca juga: 9 Jenis Keterampilan Kecakapan Hidup untuk Anak Usia SD
7 Macam Soft Skill Anak Usia SD
Berikut daftar soft skill anak usia SD yang perlu diperhatikan:
-
Komunikasi
Kemampuan komunikasi merupakan salah satu soft skill yang utama. Komunikasi tidak sekedar mampu berbicara dan berbahasa, namun mampu menuangkan ide dan gagasan hard skill yang dikuasainya. Komunikasi juga sangat penting dalam kehidupan bermasayarakat di mana manusia selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya.
-
Bekerja sama dengan orang lain
Anak-anak kita memasuki zaman di mana kolaborasi merupakan hal penting. Sekarang sudah bukan zamannya saling “sikut”, namun bagaimana caranya berkolaborasi untuk maju dan sukses bersama. Keterampilan untuk bekerja dalam team work sangat penting untuk dibiasakan sejak kecil. Pada usia pra sekolah, pada umumnya guru sudah membiasakan anak untuk bekerja sama dalam tim kecil. Namun pada usia SD, kebutuhan untuk bisa berkolaborasi dan bekerja dalam kelompok semakin penting mengingat banyak proyek kelas yang membutuhkan kerjasama antar siswa.
-
Kepercayaan diri
Kepercayaan diri seseorang memang tidak bisa lahir begitu saja. Kepercayaan diri harus ditumbuhkan dan dipupuk secara terus menerus. Sebagian anak mungkin mudah saja mendapatkan kepercayaan dirinya. Biasanya anak-anak yang menojol dalam satu bidang cenderung lebih percaya diri karena memiliki sesuatu yang ia banggakan dalam dirinya. Namun, tidak semua anak mengalaminya.
Orangtua harus membantu anak mendapatkan kepercayaan dirinya. Pastikan anak mengetahui bahwa setiap anak unik dan memiliki keistimewaan. Dari situ orangtua dapat mengarahkan anak untuk terus memupuk kepercayaan diri anak.
-
Kemandirian
Tidak selamanya anak-anak berada di dekat kita. TIdak selamanya pula orangtua bisa membantu anak. Itu sebabnya orangtua perlu mengasah soft skill anak yang satu ini. Biarkan anak tumbuh mandiri sesuai tahapan usianya. Tak perlu ditunda, tak perlu dicegah hanya karena alasan sayang atau tidak tega.
-
Menyelesaikan masalah
Setiap orang pasti dihadapkan pada masalah. Bagi anak-anak, tidak bisa mengancingkan baju atau mengikat tali sepatu adalah masalah. Biarkan mereka belajar dari masalah-masalah kecil. Biarkan anak menyelesaikan dengan caranya sendiri. Dengan begitu mereka akan terbiasa menyelesaikan masalah yang lebih besar.
-
Berperilaku
Membiasakan anak menghormati yang tua, mengucapkan salam, terima kasih dan maaf. Hal-hal sederhana seperti itu ternyata memiliki efek positif pada kehidupan anak. Selain mudah diterima dalam pergaulan, anak-anak yang dibiasakan berperilaku santun juga lebih disukai di dunia kerja.
-
Pengendalian diri
Membiasakan anak mengendalikan diri merupakan salah cara untuk membentuk kecerdasan emosionalnya. Apalagi di zaman sekarang di mana orang-orang bisa dengan gampangnya ngegas atau komplain di mana saja karena merasa memiliki kebebasan untuk berpendapat. Maka pengendalian diri sangat penting bagi anak agar mereka terbiasa memahami permasalahan dan membaca situasi.
-
Berkata jujur
Meskipun hanya tentang makanan atau minuman yang diambilnya, biasakan anak berkata jujur. Ya, memang sepertinya remeh saja, namun kebiasaan berkata jujur memang harus dimulai dari segala hal yang sepertinya remeh temeh saja.
Baca juga: Manfaat Pendidikan di Luar Sekolah untuk Masa Depan Anak
Mengembangkan Soft Skill Anak Usia SD
1. Ajak anak mengunjungi banyak tempat dan berinteraksi dengan orang lain.
Bepergian memberikan kesempatan pada anak melihat dunia lain di luar tembok rumahnya. Dengan begitu anak dapat melihat banyak perbedaan dalam hidup ini. Mereka dapat mempelajari banyak hal baru, melihat kehidupan dari sudut pandang yang baru. Anak-anak juga mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan orang baru, budaya dan kebiasaan baru sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan berperilaku.
2. Berikan waktu dan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal baru.
Seringkali orangtua tidak sabar melihat perkembangan anak ketika mempelajari hal baru. Baru belajar sedikit kemudian tidak terlihat ada kemajuan, orangtua sudah berpikir anak tidak cocok mempelajari hal tersebut. Padahal, yang mereka butuhkan hanya waktu dan kesabaran karena setiap anak berproses dengan caranya sendiri.
3. Dorong anak mengikuti perlombaan
Tanpa disadari, mendorong anak mengikuti perlombaan pada dasarnya bukan sekedar tentang prestasi yang ingin diraih. Namun dari perlombaan orangtua dapat mengasah soft skill anak. Membiasakan anak bersikap sportif dan dapat menerima kekalahan.
4. Libatkan anak dalam pekerjaan yang membutuhkan kerjasama
Tidak perlu muluk-muluk, pekerjaan rumah tangga merupakan salah satu pekerjaan yang menuntut kerjasama. Dorong anak mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan salah satu pekerjaan. Biarkan ia melakukan hal tersebut secara terus-menerus hingga berkomitmen terhadap tugasnya.
5. Biasakan meminta pendapat anak untuk berbagai hal.
“Menurut Kakak, liburan kali ini sebaiknya kita ngapain, ya?”
“Akhir pekan nanti kita jalan-jalan ke mana ya?”
“Menurut Kakak, bagaimana proses belajar selama school from home? Menarik tidak?”
“Menurut adik, bagaimana perasaan anak kucing yang terpisah dari saudara-saudaranya ya?”
Minta anak berpendapat. Biasakan mereka mengutarakan ide-idenya. Dengan begitu anak terbiasa melatih kemampuan berkomunikasi.
6. Berikan kepercayaan pada anak
Biarkan anak-anak menyelesaikan masalah kecil di sekolah, mungkin dengan teman atau guru-gurunya. Orangtua boleh memberikan saran namun bukan menggantikan peran anak untuk menyelesaikan masalah. Biarkan anak berpikir dan mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan.
7. Biasakan anak membuat perencanaan.
Kebiasaan membuat perencanaan dapat menumbuhkan anak-anak yang well organized. Soft skill ini tak hanya berguna untuk kehidupan pribadi anak, namun sangat mendukung ketika anak terjun sebagai tenaga profesional.
Wah, kayaknya masih lama ya, kok udah ngomongin soal profesionalisme, hehe. Iya memang masih lama, tapi bukankah harus disiapkan dari sekarang?
Nah, pada masa-masa mengembangkan soft skill anak usia SD sebaiknya orangtua tidak tergesa-gesa. Nikmati saja setiap prosesnya, karena pada dasarnya baik hard skill maupun soft skill pada diri seseorang itu harus terus diasah dan dikembangkan. Itu sebabnya ada istilah long life learner, karena sejatinya sudah tugas manusia untuk belajar sepanjang hayat.
Jadi, apa nih yang sudah Teman-teman lakukan untuk mengembangkan soft skill si Kecil?