Ubah Masalah Jadi Berkah, Rubah Kertas Dorong Generasi Muda Peduli Sampah Kertas

Awal tahun ajaran lalu saya sempat pusing memikirkan bertumpuk-tumpuk buku dan kertas bekas yang ada di rumah. Ya, tahun ini saya tidak bisa “mewariskan” buku-buku pelajaran bekas anak-anak kepada adik kelas atau tetangga karena terjadinya pergantian kurikulum. Buku-buku Najwa yang biasanya diminta adik kelas atau tetangga, kini teronggok di gudang karena tak ada lagi yang membutuhkannya.

Begitu pun buku bekas pelajaran Najib, tak ada satu pun yang berminat menggunakannya lagi. Itu semua karena sekolah Najib juga harus berganti kurikulum dari Kurikulum 13 menjadi Kurikulum Merdeka, otomatis buku pelajaran yang digunakan juga ganti total..

Rupanya masalah ini tak hanya terjadi di rumah saya. Beberapa teman orangtua murid mengeluhkan hal serupa. Mereka bingung harus di kemanakan buku-buku bekas yang tak terhitung jumlahnya. Itu pun belum ditambah dengan kertas lembar kerja siswa, kertas bekas makalah, juga tugas-tugas sekolah lainnya yang mengharuskan printing di kertas hvs.

Sebenarnya, semenjak pandemi melanda pada tahun 2020 hingga pertengahan 2022 yang lalu, keluarga kami mulai mengurangi penggunaan kertas dengan membiasakan anak-anak membaca dari buku-buku digital, mengerjakan latihan soal pada lembar kerja digital, dan memaksimalkan penggunaan email juga chat WhatsApp untuk berbagi informasi.

Namun, begitu sekolah aktif belajar luring seperti sedia kala, kami tak bisa menolak untuk kembali menggunakan buku cetak, buku tulis, fotokopi kertas lembar kerja, dan berbagai formulir cetak untuk melengkapi data siswa di sekolah. Akibatnya, buku dan berbagai kertas bekas kembali menjadi masalah di rumah kami.

Benarkah Penggunaan Kertas Mengalami Penurunan?

Orang-orang ramai melakukan go paperless, namun sebagai gantinya penggunaan tisu terus meningkat. Padahal, tisu tidak dapat didaur ulang!

Pada dasarnya, keluarga kami dan sebagian besar masyarakat Indonesia memang belum bisa lepas dari penggunaan kertas. Meskipun gaya hidup paperless sudah cukup lama digaungkan, namun kertas bekas masih menjadi salah satu penyumbang sampah yang paling besar.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHKN) timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2022 mencapai  19,45 juta ton dengan 11,04 persen sampah berasal dari kertas atau karton. Sementara itu, Waste4Change mencatat bahwa sekitar 43 persen limbah kertas masih belum dikelola. Padahal kebutuhan industri akan sampah kertas dan plastik mencapai ,6 ton per tahun.

Permasalahan ini terjadi karena proses pemilahan sampah di Indonesia yang belum optimal. Sebagain besar sampah kertas hanya berakhir menumpuk di TPA tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Menurut United Nation, pada tahun 2018 sampah kertas telah mengambil 40% bagian di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan pembuatan TPA di Indonesia juga belum masif sehingga volume sampah terus menggunung dan dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.

Selain itu, meskipun penggunaan kertas terlihat menurun dengan beralihnya masyarakat pada gaya hidup paperless, namun kenyataannya hanya terjadi perpindahan atau shifting di mana kertas yang sebelumnya banyak digunakan untuk surat-menyurat, buku, juga nota, kini lebih banyak digunakan utuk membuat kemasan produk (packaging) dan tisu. Sebuah lembaga riset telah melakukan penelitian dan diperoleh angka antara 50 hingga70 persen kertas digunakan untuk kemasan produk dan tisu.

Ancaman Kerusakan Lingkungan Akibat Industri Kertas   

Mengutip dari situs World Wild Life, lebih dari 40 persen industri kayu di dunia digunakan untuk industri kertas. Deforestasi telah menjadi masalah utama di berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang. Kenyataannya sekitar 14 persen deforestasi terjadi karena keinginan manusia untuk memuaskan selera besar mereka terhadap barang-barang kertas.

Untuk menghasilkan secarik kertas saja terdapat banyak dampak signifikan terhadap lingkungan. Dimulai dari proses produksi kertas yang diikuti dengan pelepasan nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbondioksida ke udara. Nitrogen dan sulfur dioksida sendiri merupakan zat penyumbang utama terjadinya hujam asam. Sedangkan karbondioksida dapat menyebabkan gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim.

Di samping itu, industri pulp (bubur kertas) dan kertas memerlukan dukungan sumber daya air yang cukup besar. Environment Canada menuliskan bahwa untuk memproduksi 1 kilogram kertas diperlukan setidaknya 324 liter air. Melansir dari Environment Paper Network yang dirilis pada 2018, beberapa Negara di dunia telah menggunakan 10 persen dari persediaan air tawarnya untuk produksi kertas.

Dampak Sampah Kertas pada Perubahan Iklim Global

Industri kertas dan pulp adalah pencemar industri terbesar ketiga untuk air, tanah dan udara. Bagi kita, kertas hanyalah kebutuhan lain, tetapi kita tidak melihat kehancuran besar-besaran yang datang dari produksi potongan serat ini. Menurut sebuah penelitian, pohon membutuhkan sekitar seratus tahun untuk tumbuh dan dapat menghasilkan hingga 17-18 rim kertas seumur hidupnya.

Melihat kenyataan akan besarnya ketergantungan manusia pada kertas, maka tak mengherankan jika 40 persen bagian di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terdiri dari jenis sampah kertas. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan karena berdampak buruk pada lingkungan dan kehidupan manusia. Sebenarnya, sampah kertas dapat terurai dengan tanah, namun memerlukan proses penguraian dan waktu yang tidak sebentar, antara 3 hingga 6 bulan tergantung dengan kondisi tanahnya.Tetapi, proses penguraian kertas harus diawali dengan pemilahan sampah.

Tanpa adanya pemilahan, sampah kertas justru dapat mempercepat terjadinya perubahan iklim. Ini dikarenakan kertas yang merupakan sampah organic dapat bercampur dengan sampah lainnya yang bersifat anorganik. Percampuran ini mengakibatkan terjadinya pembusukan secara anaerob yaitu pembusukan tanpa oksigen. Pembusukan secara anaerob akan menghasilkan gas metana yang dapat mempercepat perubahan iklim karena memiliki kemampuan menangkap panas di atmosfer bumi 25 kali lebih kuat dibandingkan karbondioksida

Rubah Kertas Lahir dari Kegelisahan Akan Tingginya Ketergantungan Manusia pada Kertas

Ancaman kerusakan lingkungan akibat sampah kertas memang bukan isapan jempol semata. Saat ini pun kita telah merasakan fenomena perubahan iklim. Salah satunya yang paling terasa adalah naiknya suhu di permukaan bumi. Kondisi ini sangat meresahkan, dan menggelitik siapa saja untuk melakukan perubahan. Salah satunya adalah Afifah Luthfiya Hanum, alumnus Teknik Lingkungan Universitas Indonesia sekaligus penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2021 Tingkat Provinsi.

Kegelisahan yang saya alami ketika melihat tumpukan buku bekas di rumah ternyata juga dialami Afifah ketika melihat tumpukan kertas bekas di kamarnya. Kala itu, Afifah masih berstatus mahasiswa. Namun, Gadis Minang yang pernah menjadi perwakilan Indonesia di ASEAN Plus Three Youth Environment Forum di Singapura pada 2016 ini telah memiliki ide untuk mengubah tumpukan kertas bekas di kamarnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai secara ekonomi. Afifah pun mengusung ide daur ulang kertas tersebut dalam Pekan Wirausaha Mahasiswa. Tak disangka gagasan Afifah mendapatkan sambutan baik dari pihak kampus yang kemudian memberikan pendanaan awal untuk ide bisnis lingkungan yang diusungnya.

Akhirnya, pada Mei 2018 lahirlah Rubah Kertas, sebuah usaha yang fokus pada daur ulang kertas. Harapan besar dari lahirnya Rubah Kertas adalah untuk mengurangi timbunan sampah kertas khususnya di wilayah Jakarta. Ide nama Rubah Kertas sendiri muncul dari kata ‘merubah’ atau ‘mengubah’. Kemudian Alifah memilih Rubah Kertas dengan logo kepala binatang rubah karena menurutnya lebih mudah diingat.

Bagaimana Rubah Kertas Berkontribusi untuk Mengurangi Sampah Kertas

Komitmen Afifah melalui Rubah Kertas diwujudkan dengan melakukan daur ulang dan  menerima donasi sampah kertas dari institusi juga masyarakat. Rubah Kertas menerima donasi kertas bekas dari kantor-kantor, teman-teman mahasiswa, juga menerima donasi dari masyarakat umum yang ingin berpartisipasi dalam daur ulang kertas bekas.

Proses daur ulang kertas bekas di Rubah Kertas dilakukan secara tradisional. Untuk proses awalnya kertas bekas harus direndam untuk menghilangkan tintanya. Biasanya proses perendaman ini berlangsung selama sehari semalam. Selanjutnya, kertas-kertas bekas tersebut diblender atau dihancurkan hingga menjadi bubur kertas. Setelah menjadi bubur, maka kertas-kertas tersebut akan dicetak menjadi lembaran-lembaran kertas baru menggunakan alat cetak yang berbentuk seperti saringan. Baru setelah itu kertas dipindahkan pada triplek untuk dikeringkan.

Dengan cara ini, Afifah yang mempelajari daur ulang kertas secara otodidak mengaku dapat memproduksi antara 100 hingga 150 lembar kertas daur ulang. Puas dengan kertas daur ulang yang berwujud lembaran art paper dan craft, konsumen Rubah Kertas pun menginginkan produk cetak. Dari situ, Afifah mencoba mencetak dengan kertas daur ulang hasil produksinya. Ternyata hasilnya cukup memuaskan. Kini, Rubah Kertas pun telah merambah udaha produk lanjutan. Mereka telah memproduksi kurang lebih 10 jenis produk, seperti; kartu nama, undangan, label tag, flyer, dan poster.

Rubah Kertas, Gaungkan Semangat Kurangi Sampah Kertas

 

Tak hanya berorientasi pada profit, Rubah Kertas juga menjadi kendaraan bagi Afifah untuk terus menggaungkan edukasi lingkungan. Go Paperless merupakan tagline yang dipilihnya untuk kampanye gerakan mengurangi penggunaan kertas. Afifah terus mendorong masyarakat untuk mengurangi printing kertas, khususnya untuk kegiatan di perkantoran dan kampus.

Selain itu, Afifah tak lelah untuk terus menyuarakan solusi perilaku kecil untuk menghemat kertas, di antaranya:

  1. Teliti sebelum melakukan printing kertas. Cek kembali seluruh naskah sebelum dicetak untuk menghindari kesalahan pada hasil printing. Selain itu, biasakan melakukan printing pada dua sisi kertas.
  2. Beralih ke sistem digital dengan membiasakan diri menggunakan email juga e-book.
  3. Gunakan sapu tangan sebagai pengganti tisu.
  4. Cerdas dan selektif dalam memilih produsen yang menggunakan packaging ramah lingkungan.
  5. Pilah kemudian lakukan daur ulang kertas untuk mengurangi timbunan sampah di TPA.

Harapan Rubah Kertas untuk Mengatasi Masalah Limbah Kertas

Bagi masyarakat yang memiliki kendala untuk melakukan daur ulang kertas seperti saya, maka kita dapat mendonasikan kertas bekas yang ada di rumah kepada Rubah Kertas.

Adapun jenis kertas yang dapat didonasikan adalah semua jenis kertas seperti; kertas koran, buku, hvs, kardus. Namun pastikan kertas-kertas bekas tersebut tidak memiliki lapisan plastik, tidak basah, juga tidak lembab.

Melalui kegiatan edukasi dan donasi kertas yang dilakukan Rubah Kertas, Afifah berharap sampah kertas bekas tidak lagi menjadi beban di TPA, namun dapat tersalurkan pada tangan-tangan terampil yang dapat mengubahnya menjadi lebih bernilai. Selain itu, melalui kegiatan kampanye daur ulang kertas Afifah juga berharap ke depannya masyarakat peduli dan mau melakukan pemilahan sampah.

Masalah kertas bekas dan kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Seorang Afifah tak mungkin melakukan edukasi seorang diri. Namun melalui Rubah Kertas, Afifah telah memberikan pencerahan bagi generasi muda bahwa setiap perilaku kecil yang kita lakukan berkontribusi besar pada harapan hidup yang lebih baik di masa depan. Semoga, semangat Afifah Luthfiya Hanum menular pada generasi-generasi berikutnya. Dimulai dari diri sendiri, mari kita ubah masalah kertas bekas menjadi berkah bagi kehidupan.

Referensi:

Semua gambar koleksi kertas daur ulang diambil dari Instagram @rubahkertas, diedit menggunakan Canva oleh damaraisyah.com

Leave a Comment