“Besok hari apa, Buk?” begitu Tanya Najib padaku.
“Hari Ra..?”
“Bu… Berarti aku sekolah lagi kan, Buk? Asyik! Aku senang sekali di sekolah. Aku bisa ketemu Ryu sama siapa itu, Buk, nama temanku?” tanya Najib melanjutkan ucapanku.
Tak terasa sebulan sudah Najib belajar dan bermain di sekolah baru. Iya, sekolah baru, teman-teman tidak salah membacanyA. Sebelumnya Najib memang sempat belajar di PAUD selama kurang lebih tiga bulan. Setelah teman akrabnya—Safa—pulang kampung ke Magetan, Najib pun mogok, dan tak mau lagi belajar di PAUD di dekat rumah.
Sebenarnya usia Najib memang baru 4 tahun jadi tak masalah kalaupun belum bersekolah. Tapi, aku dan suami memiliki pertimbangan lain, sehingga secara sadar kami merasa perlu untuk mendaftarkannya di kelompok bermain.
Kami pun telah mencoba mengajaknya kembali ke PAUD di mana ia pernah belajar bersama Safa. Tapi hasilnya nihil! Najib tetap tak mau kembali ke sana. Selain karena tak ada Safa, ia bilang di sekolah itu setiap hari harus mewarnai. Ia pun merasa bosan karena tak banyak kegiatan atau alat permainan.
Mengapa Najib Perlu Belajar di Sekolah?
Akhirnya, sekolah demi sekolah kami datangi untuk sekedar mencari informasi, atau memantik ketertarikan Najib. Ternyata, pencarian sekolah baru bersamanya tak semudah pengalamanku saat bersama Najwa. Dari empat sekolah yang kami datangi, justru sekolah kelima—yang awalnya tidak masuk dalam daftar—yang kemudian dipilihnya.
Kelompok bermain berkonsep umum dengan model pembelajaran learning based on activity yang dipilihnya. Najib terlihat sangat antusias dengan guru-guru, teman, juga cara berinteraksi di dalam kelas. Tak cukup sampai di situ, proses adaptasinya pun bisa dibilang cepat. Setelah hari pertama aku harus menunggui di dalam kelas. Pada hari kedua dan seterusnya aku hanya menunggu di halaman. Kemudian benar-benar meninggalkannya tepat pada hari ketujuh ia bersekolah.
Perkembangan ini tentu sangat menggembirakan bagi kami semua. Dengan bergabung dalam kelompk bermain, otomatis Najib mendapatkan teman bermain se-usianya. Cara berinteraksi dan pemilihan jenis permainan pun jauh lebih sesuai dibanding bermain dengan anak-anak yang ada di lingkungan rumah kami.
Fyi, di sekitar rumah kami sangat jarang anak kecil se-usia Najib. Setiap hari Najib memang bermain keluar rumah, tapi teman-temannya jauh lebih besar sehingga permainannya sering memicu kekhawatiran. Selain itu, waktu bermainnya lebih banyak dengan Najwa dan saudara sepupunya yang juga perempuan. Kalau KAMI lepas control sedikit saja, pria kecilku ini seringkali dijadikan kelinci percobaan sebagai model makeup a la mereka. Bisa berabe kan, kalau keterusan?
Tanda Si Kecil Siap ke Sekolah
Semua alasan itu membuatku mantap memasukkannya ke sekolah. Selain masalah pergaulan, aku pun telah melihat beberapa tanda yang menunjukkan kesiapannya. Beberapa di antaranya karena:
- Anak sudah lulus toilet training
Ketika anak sudah bisa menyampaikan keinginan untuk BAB dan BAK, atau mampu menahan sampai waktu tertentu, ini merupakan satu indikasi bahwa ia siap untuk bersekolah. Selain tidak merepotkan guru karena urusan ngompol, anak yang telah lulus toilet training berarti bisa merasakan reaksi dalam tubuhnya, kemudian menyampaikan pada orang terdekatnya. Dalam hal ini guru jika di sekolah.
- Tidak nempel terus pada orangtua
Ketika si kecil bia berpisah dengan orangtua, itu tandanya ia mulai mengembangkan kemandirian dan keberaniannya. Sinyal ini pula yang bisa dimanfaatkan orangtua untuk mulai mengajarkannya beradaptasi dalam lingkungan baru.
- Mampu berkomunikasi dengan baik
Ketika anak-anak mampu menyampaikan maksud dan keinginannya, atau merespon instruksi sederhana yang diberikan kepadanya. Itu artinya ia sudah cukup siap untuk pergi ke sekolah.
- Rasa ingin tahunya tinggi
Coba perhatikan reaksi anak saat dibacakan buku cerita atau dikenalkan pada suatu hal baru. Jika ia merespon dengan banyak bertanya, itu artinya rasa ingin tahunya besar. Maka orangtua tak perlu ragu untuk membawanya ke sekolah.
- Meminta atau tertarik ke sekolah
Jika yang terakhir ini sudah terjadi, jadi tunggu apalagi? Segera ajak Si Kecil melihat-lihat calon sekolahnya. Lakukan triall class jika memungkinkan, kemudian mendaftar jika anak dan orangtua sudah cocok dengan sekolahnya.
Najib sendiri memang tak pernah meminta untuk pergi ke sekolah. Tapi ia selalu antusias setiap kami bawa ke sekolah kakaknya. Begitu pun ketika kami ajak untuk survei ke beberapa sekolah. Menurut perkiraan kami, sebenarnya ia memang sudah siap. Hanya saja, ia butuh suasana sekolah yang dapat membuatnya nyaman.
Tanda Si Kecil Nyaman di Sekolah
Sebenarnya untuk urusan kenyamanan sendiri sifatnya sangat subyektif. Karena bisa jadi nyaman untuk kami para orangtua, belum tentu untuk anak-anak. Tapi, setidaknya ada beberapa standart yang kami sepakati bersama. Di antaranya model intekasi guru dengan siswa, suasana dan pengaturan ruang kelas, model pembelajaran dan keterlibatan siswa dalam aktivitas.
Bersyukur beberapa hal tersebut kami dapatkan dari sekolah Najib. Selain guru-guru yang hangat dan antusias dengan anak didiknya, suasana kelasnya pun sangat menarik. Penuh dengan dekorasi dalam berbagai warna yang sekaligus menjadi alat peraga pembelajaran.
Selain itu kondisi kelas sangat lega dengan furniture minimalis khusus anak, sehingga banyak ruang untuk bergerak. Sedangkan untuk aktivitas pembiasaan, rasanya kami harus mengacungkan jempol dengan ketelatenan guru-gurunya. Karena di sekolah, anak-anak tidak hanya belajar tapi guru memberikan aktivitas pembiasaan yang terus diulang. Anak pun selalu didorong untuk terlibat membantu guru dalam proses pembelajaran. Juga saling membantu antar teman.
Di samping itu, ada beberapa hal yang bisa menjadi tanda si kecil nyaman di sekolah. Di antaranya:
- Selalu bercerita tentang guru-gurunya, tentang teman juga apa saja yang anak-anak lakukan di sekolah
- Selalu menantikan hari sekolah tiba.
- Mengulang dengan antusias apa yang dilakukan di sekolah
- Tidak ingin cepat-cepat pulang. Atau tak sabar ingin segera sampai di sekolah.
- Tidak mau ditunggui. Dengan kata lain ia telah menemukan tempat dan orang lain yang bisa membuatnya nyaman, selain orangtua dan rumah.
Lega rasanya, karena akhirnya kami sampai pada fase ini. Setelah drama threenager yang lumayan menguras tenaga—dan tentu saja pikiran—akhirnya Najib sampai pada fase preschooler, yang nantinya akan lebih berwarna.
Sebagai orangtua, kami sadar tugas kami tidak menjadi ringan setelah si kecil bersekolah. Tapi setidaknya kami terus berusaha untuk mengurai tantangan dalam pengasuhan anak-anak kami. Dan menemukan sekolah yang bisa membuatnya nyaman merupakan satu hal yang sangat kami syukuri untuk saat ini.
Memang harus jeli ya melihat apakah anak siap bersekolah atau tidak. Selain itu, ada urgensinya juga seperti cerita Mbak Damar tentang lebih banyak anak yang lebih besar dan perempuan ditemani ananda Najib. Betah terus ya di sekolah baru, Najib
Hai Najib sini main sama Mada
Yeah sebagai ortu kudu peka sama kebutuhan anak. Menurut ortu jaman baheula sebaiknya anak jangan dimasukkin ke sekolah dengan alasan kasian masih kecil. Padahal sekolah itu bukan cuma belajar di dalam kelas, tapi belajar bersosialisasi sama anak2 seumuran. Belajar berbagi, antre dll.
ponakan aku umur 3 tahun berarti tahun depan sudah waktunya PAUD, enggak berasa emang ya bun. duh apalagi anak sendiri, masyaallah. semoga najib semakin betah di sekolah baru. jangan ngambek lagi enggak mau sekolah ya, ilang satu teman, tumbuh seribu teman, yeiy, hihi.
Jadi ingat keponakanku dulu minta sekolah. Jadi mulai 3 tahun udah deh puas-puasin bergaul dan bersosialisasi. Ketika dia letih dan bilang gak mau sekolah, ya udah dibiarin. Daripada cemberut
Saya beberapa kali ikut piknik sama anak PAUD. Macem2 deh alasan mereka masuk. Tapi paling prnting memang membuat mereka nyaman selama ada di sekolah
Dulu sulungku usia 3,5 tahun udah minta sekolah. Kebetulan TK deket rumah menjadi tempat bermain si sulung dan melihat putra putri tetangga yang udah sekolah, dia kepengen. Jadi aku titipkan aja buat latihan, dan ternyata bener sih sampai harus 3 tahun di TK. Karena untuk masuk SD saat itu harus minimal usia 6 tahun lebih. Sementara si sulung baru 5 tahun lebih, untung aja gak bosen.
Nah Najib ini sama kayak sulungku, gak ada teman seusianya juga. Kalo sekolah kan ada banyak teman ya, jadi bisa belajar bergaul
Najib betah ya sekarang di sekolah..
Najib bikin ibuk punya pengalaman beda ya dlm nyari sekolah hehe… anak2 unik lucu.
Iya klo blm lepas diapers rasanya gimana gitu belajar toilet training di sekolah, meski bunda gurunya bersedia membantu
Bener banget, Mbak. Anak ke-4 saya juga begitu, dia yang minta sekolah, usianya masih 3,5 tahun waktu itu. Tapi tidak saya masukkan ke PAUD, saya memilih menundanya hingga tahun ajaran baru dan usianya 4,5 tahun. Alhamdulillah, keinginanannya sekolah makin besar, jadi mudah melepasnya. Bahkan hari pertama ke sekolah, ayahnya yang mengantar dan langsung ditinggal.
Seneng Mbak kalo anak juga udah siap begitu mah. Ada banyak kasus yang anaknya emang minderan kalo ketemu orang-orang baru, susah berinteraksi. Keponakan saya kelas 2 SD sana ibunya masih harus ikut duduk di dalam kelas. Untung sekolahnya ngijinin.
Alhamdulillah Najib betah di sekolah barunya. Semoga sampai nanti dan cepat dapat sahabat baru lagi.
Memang sekolah jadi solusi tempat sosialisasi jika di lingkungan enggak ada teman seumuran. Yang penting dia nyaman dan enggak merasa tertekan karena harus sekolah. Kalau dia happy berarti enggak masalah sekolah dini:)
Anak-anak gk bisa dipksa mmg ya mb…mnding sesuai keinginnnya kita hnya mengarahkan. Smg Najib dilncarkan semuanya ya mb dan bisa berproses dlm sekolahnya dgn baik. Smngattt Najib…
Seneng ya kalau anal betah di sekolahnya, tp kalau saya suka gemes juga sih kalau udah dijemput tp anaknya asyik main sm temen2 & ga mau pulang, hihihi…
Sekolah oh sekolah. Anakku udah masuk 5 tahun. Pernah coba sekolah. Tapi pilihan nyaman hatinya adalah minta sekolah di rumah, sama bundanya. Walaupun aslinya udah gak nempel sama bundanya. Hoho..
Yeee Kk Najib udah sekolah ya. Kalo Shofa belum nih. Haidar apalagi. Hehe
Anakku juga betah banget di sekolanya. Pokoknya kalau hari Ahad, Senin, dan Rabu, dia tidak mau libur, apa pun yang terjadi. Tahu kenapa? Karena pada hari itu kelasnya kebagian baca doa pagi dan doa pulang sekolah dan anakku paling suka kalau ia tampil membaca doa.
Padahal, awalnya dia juga kayak Najib, sering mogok sekolah. Alhamdulillah, anak2 udah terbiasa dan suka dengan sekolahnya ya, mba…
Hampir sama dengan cerita anak saya mbak, baim juga berhenti sekolah setelah tiga bulan ikut kegiatan belajar di tk.
Ia mogok karena ngerasa nggak punyavteman. Mungkin karena usianya saatbitu masih 4 tah7n, jadi suka gak dijak main sama teman temannya
Halo Najib, salam kenal… semoga betah ya sekolah baru, biar tetep semangat setiap hari berangkat ke sekolah, punya banyak teman dan bahagia terus bermain bersama. trus makin pintar dan tumbuh cerdas
Si kecil belajar di sekolah agar memberi ruang padanya untuk bisa berinteraksi dgn teman2nya ya..
anakku dulu usia 3,5 tahun mulai masuk PAUD, mba…dan tiap hari semangat banget berangkat sekolah.
sebenarnya saya dan papanya udah sepakat untuk masukin sekolah kalau udah 5 tahun aja, eh tapi dia minta sekolah melulu 🙂
Huahaha..ops maaf jadi ngakak waktu baca Najib dijadikan kelinci percobaan untuk make-up oleh kakaknya.
Untung sekarang Najib sudah punya lingkungan baru dan teman-teman yang seusia dengannya ya.
Semoga betah di sekolah baru dan tetap semangat ke sekolah.
Diantara beberapa poin tanda tanda anak siap ke sekolah. Anakku belum lulus toilet training nih. Rencananya tahun ini mau masuk ke Paud juga.
Memang sebaiknya sebelum mendaftar coba dulu kelas trialnya. Karena ada beberapa sekolah yang kegiatannya monoton, sehingga membuat anak cepat bosan.
Sekolah, adalah tempat ke dua setelah rumah untuk anak. Tentu tidak boleh salah pilih, ya mbak? Terimakasih artikelnya
Memiliki dan menemani tumbuh kembangnya anak adalah sesuatu yang sangat membanggakan karena begitu banyak cerita indah
waktu pertama pindah ke Qatar, aku juga merhatiin tuh tanda-tanda anak-anak udah bisa menyesuaikan diri dan nyaman di sekolah.
khawatir banget kalo mereka gak betah dan minta pulang ke Indonesia.
alhamdulillah adaptasinya gak lama.
Ah jd kangen sekolah Maxy di Depok. Pas di Cilebut skrg aku sengaja gak masukin TK lagi tapi aku masukin les bimba aja hehe.
Iya kalau anaknya tertarik sekolah mending disekolahin aja supaya gak di rumah aja. Di seklah tu bagus bisa sosialisasi dan mereka belajar hal baru jg ya dr teman dan guru 😀
Mencari sekolah yang cocok untuk anak itu mmg susah2 gampang ya mbak. Apalagi yg suasana dan metode pembelajaran nyaman. Kalau utk paud aku kurang setuju kalau anak2 sudah dibebani pelajaran. Krn mrk masih usia bermain.
Seperti anak-anakku, belum cukup umur masuk TK tapi udah minta sekolah, akhirnya dimasukkan ke play group. Dan ternyata malah betah di sekolah 🙂
Berhubung anak-anakku udah beres sekolah, ya merhatiin Bara aja deh. Sekarang lagi dilatih toilet training nih. Memang sih dia kelihatan seneng kalau ke sekolah, tapi fisiknya kurang kuat. Jadi serumah harus lihat cuaca banget deh. Kalau dirasa mendung, angin, dkk…yawdah di rumah…