Tips Wisata Candi Borobudur dengan Anak

Lunas sudah hutang kami pada Najwa. Akhirnya, pada Desember 2018 yang lalu kami mengajaknya jalan-jalan ke Candi Borobudur di Magelang. Kebetulan beberapa bulan sebelumnya Najwa memang sudah belajar mengenai keajaiban dunia yang satu ini. Karena harus membuat cerita berlatar candi Budha ini, otomatis  ia bolak-balik bertanya mengenai seperti apa bentuknya dan mengapa Candi Borobudur bisa sangat terkenal di dunia?

Tak sampai di situ, Najwa juga sering bertanya apakah Candi Borobudur juga masih dipakai sebagai tempat ibadah untuk penganut agama tertentu?

Ya… Ya… Ya. Menghadapi anak-anak se-usia Najwa memang harus sabar. Selain rasa ingin tahunya sedang besar, anak-anak sekarang memang dituntut kritis sesuai dengan model pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang diterapkan di sekolahnya.

Sebagai orangtua, tentu kami senang-senang saja dengan segala pertanyaannya. Hanya saja, seringkali kami susah menghindar dari perdebatan jikalau jawaban kami tidak sesuai dengan buku pelajarannya. Beuh, padahal BukNaj jawabnya nggak asal-asalan, loh! Tapi namanya juga anak kecil. Semua harus sesuai textbook and teacher oriented.

Semua hal yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah harus betul-betul sesuai dengan pendapat guru dan buku pelajarannya. Itu sebabnya kami berusaha memberikan pengalaman nyata. Sehingga segala sesuatu yang dipelajarinya tak sebatas teori semata.

Sekilas tentang Candi Borobudur

Keputusan ke Candi Borobudur bisa dibilang dadakan. Waktu itu kami sedang dalam perjalanan pulang menuju Jakarta dari Yogyakarta. Sesampainya di Magelang, Najwa begitu antusias melihat tulisan “Selamat Datang di Kawasan Wisata Candi Borobudur” yang terpampang di sebelah kiri jalan dari arah kami datang.

Kendaraan pun terus melaju karen kami memang tidak merencanakan untuk datang ke sana. Tapi bukan Najwa namanya kalau ia tidak berhasil merayu ayahnya. Akhirnya, setelah hampir 1 kilometer dari gerbang masuk area candi, kendaraan pun putar balik. Kemudian menuju lokasi Candi Borobudur yang ternyata masih berjarak kurang lebih 3 kilometer dari pusat kota.

Baca juga: Kuliner Legendaris, Bakmi Kadin Jogja

Dalam perjalanan menuju candi inilah kami menyiapkan Najwa dengan informasi singkat tentang Candi Borobudur. Tentu saja dari hasil bertanya pada Mbah Gugel, ya. Karena BukNaj kan bukan ahli sejarah.

Secara garis besar kami sampaikan bahwa Candi Borobudur didirikan oleh penganut agama Budha. Sehingga Candi Borobudur merupakan candi sekaligus kuil Budha, yang kalau tidak salah merupakan salah satu kuil dan monumen Budha terbesar di dunia.

Candi ini juga selalu ramai setiap perayaan Waisak karena umat Budha dari berbagai pejuru dunia datang untuk beribadah di sana. Itu sebabnya saat Waisak Candi Borobudur selalu penuh sesak, karena momen peringatan Waisak merupakan obyek yang sangat menarik bagi wisatawan dan fotografer yang berlomba-lomba mengabadikan gambar.

 

Stupa, Relief dan Arca Budha di Candi Borobudur

Tipsa wisata Candi Borobudur dengan Anak
Stupa dan Patung Budha di area Candi Borobudur (Gambar milik Tirto.id)

 

Candi Borobudur terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar yang dibuat bertingkat dan dihubungkan dengan puluhan anak tangga. Itu sebabnya kami sudah me-warning Najwa untuk tidak mengeluh, karena perjalanan ke Candi Borobudur tidak sekedar menonton bangunan candi dari jarak dekat. Tapi harus disertai usaha untuk naik turun puluhan anak tangga untuk bisa sampai pada puncaknya.

Kami sampaikan juga bahwa di Candi Borobudur nanti Najwa akan melihat ukiran pada dinding yang disebut relief. Tentang relief ini Najwa sedikit mempelajarinya pada materi mengenai gambar dua dimensi. Ia pun semakin antusias ketika mengetahui Candi Borobudur dihiasi oleh ribuan relief yang merupakan satu rangkaian cerita.

Selain itu Candi Borobudur juga memiliki 72 stupa kecil yang menerawang yang dibagi dalam 3 tingkatan. Stupa-stupa ini diatur mengelilingi stupa besar yang menjadi induknya, Sedangkan untuk pembagian stupanya sendiri terdiri dari 32 stupa pada tingkatan paling bawah. 24 stupa pada tingkatan berikutnya, dan 16 stupa pada tingkatan paling atas sebelum stupa induk.

Ukuran stupa dibuat menyesuaikan dengan luas teras candi. Di mana pada 2 teras paling bawah stupa dibuat lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat. Sedangkan pada teras teratas atau teras ketiga, stupa dibuat lebih kecil begitu pula dengan lubang-lubangnya yang dibentuk kotak persegi.

Di dalam stupa-stupa berlubang inilah ditempatkan patung Budha dan posisi kaki bersila. Dulu, zaman BukNaj masih kecil, berkembang mitos bahwa siapa yang bisa memegang pusar patung Budha maka hidupnya akan beruntung. Tapi tentu saja itu hanya mitos, karena kenyataannya keberuntungan hanya bisa didapat dengan usaha dan doa. Ya, kan?

Baca juga: Warung Kopi Bergaya Rumah di Utara Jogjakarta

 

Pembangunan Candi Borobudur

Nah, hal yang juga tak kalah menarik adalah bagaimana proses Candi Borobudur dibangun. Dalam imajinasi Najwa, pasti diperlukan banyak alat berat dan canggih untuk mengangkat batu dari bawah hingga ke atas bukit. Tapi kenyataannya tidak. Karena candi yang mulai dibangun sekitar tahun 770 Masehi, dan memakan waktu kurang lebih 75 hingga 100 tahun ini tidak melibatkan peralatan canggih.

Menurut sumber yang kami baca sebelum mencapai area wisata, Candi Borobudur dibangun dari kurang lebih 55.000 meter kubik batu. Batu-batu ini dipotong dengan ukuran tertentu, kemudian diangkut menuju area situs atau monumen dan disatukan tanpa menggunakan semen. Melainkan dengan sistem saling kunci (interlock) seperti halnya susunan balok-balok lego pada masa sekarang. Sedangkan untuk relief dipahat langsung di lokasi ketika susun bangun candi sudah rampung dikerjakan.

Luar biasa memang orang-orang zaman dulu. Kita saja baru mengenal lego. Eee, mereka sudah membangun candi dengan konsep lego sejak berabad-abad yang lalu. Bangga dong, punya warisan sejarah sekeren ini? Itu sebabnya anak-anak juga harus mengetahui kehebatan di balik pembangunannya.

 

Tips Wisata Candi Borobudur dengan Anak

 

Wisata Candi Borobudur dengan anak

 

Mengajak anak-anak ke Candi Borobudur memang tidak mudah. Area wisata yang luas, dan jarak antar tempat parkir dan lokasi candi yang tidak dekat mau tak mau menuntut kesabaran orangtua karena anak-anak sangat rentan rewel akibat lelah.

Itu sebanya setelah membeli tiket masuk masing-masing 40 ribu rupiah untuk pengunjung dewasa. Dan 20 ribu untuk pengunjung berusia di bawah 10 tahun. Kami segera mencari lokasi persewaan kereta mini. Dengan membeli tiket masing-masing 10 ribu (tarif pada akhir Desember 2018), pengunjung akan langsung diantar menuju mulut candi.

Lumayan mengirit waktu dan tenaga khususnya untuk yang membawa anak-anak dan balita. Memang tidak bisa berhenti sembarangan, tapi pemandangan menuju ke lokasi mulut candi juga sangat indah dan cocok dinikmati sembari berkereta.

Nah, berdasarkan pengalaman kami—berwisata ke Candi Borobudur dengan anak dan tanpa rencana. Ada baiknya beberapa tips berikut dicoba dan disiapkan jika berniat melakukan perjalanan serupa.

Membawa payung atau topi dan kacamata hitam

Meskipun sudah menumpang kereta mini, area dari mulut hingga puncak candi masih lumayan jauh. Biasanya cuaca juga selalu panas, dan silau karena perjalanan ke Candi Borobudur memang lebih asyik dilakukan pagi atau siang hingga menjelang sore.

Jasa sewa payung dan penjual topi dan kacamata hitam memang ada, banyak malahan. Tapi aku sarankan membawa sendiri untuk menghindari ribet karena harus tawar-menawar atau mengembalikan pada penyewa. Selain itu juga lebih irit, kan. Lumayan bisa buat jajan es setelah turun dari area candi, hehehe.

Sempatkan ke toilet sebelum naik ke area stupa

Nah, ini penting banget. Daripada nggak nyaman karena nahan pipis, mending ke toilet dulu, deh. Toilet ini ada di lokasi sebelum pembelian tiket masuk. Antreannya memang lumayan panjang terutama jika kita datang saat liburan. Tapi mending antre daripada nahan di atas. Apalagi kalau bawa anak-anak, wajib ke toilet dulu biar aman.

Makan dulu jika sudah merasa lapar

Karena di area candi tidak diperkenankan membawa makanan, maka sebaiknya makan dulu jika memang sudah terasa lapar. Sekedar kue atau biskuit lumayanlah untuk mengganjal perut menghadapi tangga demi tangga yang menjulang.

Membawa air minum dalam botol

Nah, kalau air minum memang diperbolehkan karena memang butuh banget. Pastikan persediaan air cukup untuk perjalanan dari mulut candi hingga puncak kemudian turun lagi. Karena lokasi penjual minuman lumayan jauh dari lokasi candi. Tapi, jangan buang sampah sembarangan ya!

Memakai sunscreen atau sunblock

Yang ini penting untuk ibu-ibunya, daripada kulit wajah terbakar sehabis jalan-jalan, jadi usahakan jangan lupa. Anak-anak dan bapak-bapak juga boleh lho, tapi biasanya mereka malas, hehehe.

Fokus ke lokasi stupa dulu

Di sekitar area candi memang ada museum dan jasa sewa kuda tunggang atau naik gajah. Saranku sih, fokus ke candi dulu, karena kalau mampir-mampir anak keburu capek kemudian rewel. Kalau sudah begitu, tujuan utama wisata Candi Borobudur bisa berantakan. Sayang banget, kan? Apalagi belum tentu next liburan bisa ke sana lagi.

Usahakan datang bukan di musim liburan

Akhir Desember 2018 kemarin kami datang di saat yang kurang tepat. Ruamainya puoll sampai mau foto-foto saja susah. Ya, namanya juga nggak rencana kan. Jadi ya terima saja dengan ikhlas sambil berharap suatu hari bisa ke sana lagi.

Sebaiknya wisata Candi Borobudur dengan anak direncanakan dengan seksama. Mau kapan dan berencana memakai kendaraan pribadi atau angkutan umum?

Jika berencana pergi dengan alat transportasi umu seperti kereta, ada baiknya beli tiket kereta api sejak jauh-jauh hari. Misalnya 90 hari sebelumnya, sehingga bisa menyesuaikan rencana berlibur dengan jadwal kereta api yang tersedia.

Apalagi, sekarang beli tiket kereta sudah nggak kayak dulu yang harus antre di stasiun. Dengan aplikasi seperti Pegipegi kita bisa pesan tiket kereta api secara online. Kapan saja, di mana saja.

Caranya pun mudah. Cukup download dan install aplikasinya di smartphone, kemudian pilih fitur “Train” untuk pemesanan tiket kereta api online. Secara otomatis kita bisa melihat harga tiket kereta, membandingkan, kemudian memilih yang jadwalnya cocok dengan jadwal kita. Gampang dan praktis, ya?

Nah, kalau semua tips di atas sudah dipersiapkan, yakin deh wisata Candi Borobudur dengan anak pasti lebih berkesan. Jangan lupa ambil gambar sebanyak-banyaknya karena kenangan tersebut akan sangat berkesan untuk anak. Jangan seperti kami yang mau ambil gambar stupa saja susahnya minta ampun saking padatnya pengunjung candi. Sampai sekarang nyeselnya masih nggak habis-habis.

Dan yang penting jangan lupa tanamkan kebanggaan terhadap negeri ini pada anak. Wisata ke Candi Borobudur hanyalah salah satu dari sekian cara untuk menunjukkan bahwa Indonesia indah dan kaya pesona. Jadi tak perlu berkecil hati jika belum sempat jalan-jalan ke negeri tetangga. Kita khatamin dulu jalan-jalan ke seluruh pelosok negeri ini, biar puasss dan semakin cinta pada tanah air.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3 thoughts on “Tips Wisata Candi Borobudur dengan Anak”

  1. Wah tau gitu kemarin tak pethukke mba kan deket ke Jogja hehe.. aku tahun kemarin yo ke situ tapi pas lebaran. Duuuh itu ruameneee pol. Tapi asik sih anak2 pada suka meski capek.

    Reply
  2. Wah,,jadi inget dua tahun yang lalu, saat berwisata ke Candi Borobudur. Waktu itu, kami tiba di sana sekitar jam 10 pagi, matahari lagi terik-teriknya. Puanaas deh hehehe…
    Untung bawa payung dan topi, bisa berlindung sekedarnya dari sinar matahari.
    Eh iya, sempat mengunjungi Museum Kapal Borobudur gak? Di sana ada replika kapalnya loh!

    Reply

Leave a Comment