Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap makhluk hidup terutama manusia. Berbagai cara dilakukan agar kebutuhan dasar tersebut dapat terpenuhi, baik secara langsung maupun tak langsung. Manusia dapat bercocok tanam, memelihara ternak, atau menangkap ikan di laut sebagai cara memenuhi kebutuhan pangan secara langung. Sedangkan, bagi yang tidak dapat melakukannya maka perlu mendapatkan akses terhadap bahan pangan, misalnya melalui jual beli produk.
Ketahanan pangan merupakan hal penting dan menjadi salah satu indikator kedaulatan suatu negara. Ketahanan pangan seperti tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) no 68 tahun 2002 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Masalahnya, kian hari kian sulit untuk mendapatkan bahan pangan bermutu dan sehat dalam jumlah cukup. Kalaupun ada, harganya cenderung mahal sehingga tidak semua lapisan masyarakat dapat mengaksesnya. Padahal, pangan sehat merupakan salah satu penunjang kualitas hidup seseorang, sekaligus menjadi pendorong produktivitas nasional.
Ancaman Ketahanan Pangan Dunia di Depan Mata
Sektor pertanian merupakan salah satu bagian vital yang mendukung ketahanan pangan suatu negara. Sayangnya, ancaman perubahan iklim dan perang antarnegara menyebabkan terjadinya ancaman krisis pangan dunia. Dikutip dari Green Network, menurut laporan Keadaan Ketahanan Pangan dan Nutrisi Dunia 2022 yang dirilis FAO, setidaknya 2,3 miliar orang mengalami krisis pangan sedang atau parah. Sedangkan, 3,1 miliar orang tidak memiliki kemampuan untuk membeli makanan yang sehat dan seimbang.
Masalah lain yang mengancam krisis pangan adalah keterbatasan lahan akibat alih fungsi untuk area perumahan, dan minimnya regenerasi petani di kalangan generasi muda. Di daerah perkotaan, sebagian besar lahan telah disulap menjadi pemukiman penduduk sehingga lahan pertanian terus menyusut. Sedangkan di pedesaan, banyak generasi muda yang memilih untuk tidak melanjutkan profesi orangtuanya sebagai petani karena beranggapan bahwa penghasilan dari bertani tidak pasti dan kurang menjanjikan. Menurunnya produksi pangan dalam negeri juga berpotensi melemahkan ketahanan pangan nasional.
Benarkah Terjadi Krisis Pangan di Lingkungan Perkotaan?
Banyak yang tidak percaya bahwa saat ini krisis pangan telah terjadi khususnya bagi masyarakat perkotaan. Masih berdasarkan kutipan di laman Green Network, Vania Febriyantie sebagai penggagas komunitas Seni Tani sekaligus pelaku pertanian perkotaan mengungkapkan bahwa untuk saat ini krisis pangan di perkotaan sudah terjadi dan lebih pada krisis kualitas pangan.
Saat ini bahan pangan khususnya di perkotaan memang tersedia dalam jumlah banyak. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana dengan kualitasnya?
Menurut penuturan Vania, sekarang ini real food dan artificial food sudah tercampur. Di perkotaan, anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa gemar mengonsumsi makanan dan minuman instan dengan berbagai pemanis dan perasa buatan. Harga makanan artifisial juga jauh lebih murah dibandingkan dengan real food sehingga mudah dijangkau siapa saja. Sebaliknya, makanan organik cenderung mahal dan tidak mudah untuk dijangkau oleh sebagian besar masyarakat lainnya.
Akhirnya, real food bersifat eksklusif dan hanya dapat dijangkau oleh mereka yang mampu secara ekonomi. Sedangkan, masyarakat yang hidup dengan keterbatasan ekonomi terpaksa mengonsumsi apa saja yang dapat dijangkau oleh penghasilan mereka. Vania menambahkan bahwa pada titik inilah sebenarnya telah terjadi krisis kualitas pangan. Hal ini sangat disayangkan karena sebenarnya real food atau makanan organik adalah makanan asli yang sehat dan bisa tumbuh di sekitar kita. Seharusnya, siapapun bisa menikmati makanan organik dengan harga lumrah. Atau bahkan dapat menikmatinya secara gratis dengan memetik dari kebun pribadi.
Urban Farming, Solusi Dekatkan Akses Pangan Sehat Bagi Masyarakat Perkotaan
Pada dasarnya siapapun bisa menghasilkan sumber pangan untuk rumah tangga masing-masing. Tak hanya masyarakat pedesaan yang memiliki keleluasaan lahan sehingga dapat melakukan pertanian konvensional, masyarakat perkotaan pun dapat bercocok tanam dengan metode pertanian urban atau urban farming.
Urban farming adalah konsep memindahkan pertanian konvensional ke pertanian perkotaan. Urban farming merupakan salah satu solusi yang menjawab permasalahan keterbatasan bahan pangan sehat dan murah bagi rumah tangga perkotaan.
Vania Febriyantie bersama Komunitas Seni Tani menaruh perhatian besar terhadap masalah pertanian perkotaan di Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Mengutip keterangan dari sosial media mereka, Seni Tani merupakan gerakan pemberdayaan pemuda kota untuk berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan melalui kegiatan urban farming, komunitas yang berdiri pada tahun 2021 ini berhasil membuat gebrakan dan inovasi baru untuk dunia pertanian dan penyediaan bahan pangan di wilayah Bandung kota. Melalui pendekatan aspek lingkungan, Seni Tani telah mengubah lahan tidur di area Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTET) menjadi kebun pangan organik yang berkelanjutan.
Seni Tani Kenalkan Seninya Menjadi Petani Milenial
Siapa sangka gagasan pemanfaatan lahan terbengkalai untuk dijadikan lahan pertanian urban ini membuahkan hasil yang menggembirakan. Mengutip laman resmi Komunitas Seni Tani, pada tahun pertamanya yaitu pada 2021, kebun Seni Tani telah mengolah lahan terbengkalai seluas 1.000 meter persegi dan menghasilkan tak kurang dari 330.092 kilogram aneka jenis sayuran sehat yang dapat menyuplai 25 kepala keluarga dengan anggota keluarga berjumlah 4 orang.
Sayuran organik ini mendapatkan nutrisi dari lasagna compost yang merupakan hasil pengolahan limbah organik di sekitar kebun seperti rumput liar, ilalang, jerami padi, juga ampas kopi yang diperoleh dari beberapa mitra kedai kopi. Hingga Oktober 2021, Seni Tani juga telah menghasilkan 2.580 kilogram kompos dan memanfaatkan sebanyak 920 kilogram ampas kopi yang diperoleh dari 10 kedai kopi yang bermitra dengan Seni Tani.
Komunitas Seni Tani juga memiliki gagasan progresif terhadap dunia pertanian khususnya bagi petani milenial. Melalui pendekatan aspek sosial, mereka melibatkan anak muda dan komunitas untuk merasakan nature healing melalui Kebun Komunal, memberikan pelatihan pertanian urban, dan tentu saja penyediaan akses pangan sehat. Sedangkan melalui aspek ekonomi, Komunitas Seni Tani menerapkan metode advance payment berupa sistem Community Supported Agriculture (CSA), atau disebut juga “Tani Sauyunan”.
Sistem Tani Sauyunan Menjamin Petani
Berpenghasilan
Tani Sauyunan bermakna bertani dengan kebersamaan, yaitu kebersamaan antara petani muda yang tergabung di Komunitas Seni Tani dan konsumen yang telah menjadi pelanggan. Community Supported Agriculture (CSA) Tani Sauyunan merupakan sistem yang menghubungkan petani dan konsumen agar mendapatkan sumber pangan yang dekat, transparan, terpercaya dan memastikan petani memiliki penghasilan.
Konsumen atau pelanggan di sini adalah anggota CSA yaitu orang-orang dalam anggota komunitas yang ikut berlangganan sayur dari hasil kebun Seni Tani dengan cara berinvestasi di awal.
Pelanggan atau konsumen harus mendaftar sebagai anggota komunitas, kemudian setiap anggota membayar biaya langganan selama satu bulan untuk menutup biaya operasional petani muda. Sedangkan hasil panennya akan dibagikan pada anggota setiap seminggu sekali.
Ubah Paradigma Petani
Vania Febriyantie dan Komunitas Seni Tani ingin mengubah paradigma mengenai hubungan timbal balik antara petani dan konsumen. Jika selama ini kita dan konsumen pada umumnya berpikir telah membantu petani, kini saatnya mengubah pandangan tersebut karena pada dasarnya petani yang telah membantu menyediakan kebutuhan pangan bagi kita. Bayangkan saja, tanpa keberadaan petani kira-kita kita mau makan apa? Dan lagi, tanpa keberadaan petani maka ancaman krisis pangan dunia tak dapat terelakkan lagi.
Paradigma yang salah menimbulkan sikap tidak adil pada petani. Padahal, pekerjaan petani penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Ancaman gagal panen, cuaca yang tidak menentu, juga distribusi hasil yang tidak selalu mudah. Seni Tani melalui sistem Tani Sauyunan atau Community Supported Agriculture membawa semangat perubahan agar petani mendapatkan harga yang kompetitif dan masyarakat mendapatkan bahan pangan yang sehat dan dekat.
Potensi Ketahanan Pangan di Indonesia
Menurut Vania, urban farming berpotensi besar untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia jika diolah dengan tepat dan mendapatkan perhatian. Apabila tersedia lahan yang luas, urban farming dapat diarahkan ke sektor bisnis. Namun, jika lahan terbatas maka dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
Masih berasal dari ide cemerlang seorang Vania Febriyantie, ia membayangkan seandainya saja di Indonesia diterapkan wajib tani—seperti wajib militer di Korea, tentunya hal ini akan memberi dampak positif bagi generasi muda, sekaligus membekali mereka dengan strategi bertahan hidup tatkala menghadapi ancaman krisis pangan.
Semangat Seni Tani Berbuah Kebaikan dan Prestasi
Seni Tani merupakan potret kegiatan pertanian dengan semangat menebar kebaikan untuk alam dan manusia. Seni Tani menerapkan pertanian regeneratif yaitu model pertanian yang mengupayakan rehabilitasi ekosistem pertanian secara menyeluruh dengan mengutamakan kesehatan tanah, pengelolaan air, penggunaan pupuk, dan pengolahan lahan dengan sistem berkelanjutan. Metode yang digunakan Seni Tani tak hanya baii untuk lingkungan namun juga dapat meningkatkan kualitas air tanah dan menjaga kondisi tanah dalam jangka waktu lama sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian.
Banyak pengorbanan dan proses secara bertahap telah dilakukan Vania bersama Komunitas Seni Tani. Dimulai dari trial dan error saat mengajari petani muda, juga rumitnya birokrasi saat mengurus perizinan lahan. Namun, semua itu terbayar lunas dengan banyaknya dukungan dari masyarakat dan dinas-dinas terkait.
Tak perlu menunggu lama bagi Vania dan teman-temannya untuk mendapatkan izin penggunaan lahan tidur di Kelurahan Sukamiskin. Bantuan bibit juga datang dari Badan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Tak ketinggalan juga bantuan dana untuk pembangunan infrastruktur dari Kemenpora yang menajdikan kebun Seni tani layak untuk dikunjungi.
Selain banjir dukungan, semangat Vania dalam menebar kebaikan juga diganjar apresiasi dari Astra sebegai Penerima SATU Indonesia Awards 2021 Kategori Khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19.
Kebaikan di Masa Sulit Berdampak Besar di Masa Depan
Hingga saat ini kebun Seni Tani terbagi menjadi dua area yaitu kebun komunal dan kebun produksi. Kebun komunal terbuka untuk aktivitas edukasi warga dan sukarelawan padaa hari Minggu pagi. Beragam kegiatan di kebun komunal meliputi berkebun bersama, membuat pupuk, membuat eco enzyme, dan berbagai edukasi pertanian lainnya. Sedangkan area kebun produksi merupakan area penanaman sayur-mayur yang didistribusikan melalui CSA.
Berawal dari kepedulian Vania Febriyantie terhadap masalah pasokan pangan di Kota Bandung yang terhambat, tingginya angka import bahan pangan di Kota Bandung, masalah lahan tidur terbengkalai, dan tingginya angka depresi pemuda akibat terbatasnya lapangan kerja, Gadis kelahiran Aceh ini tak pernah menduga bahwa usahanya berkontribusi besar pada dunia pertanian khususnya pertanian kota.
Kehadiran sosok Vania sebagai petani milenial juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk memiliki paradigma baru terhadap dunia pertanian. Hal ini juga memberikan harapan baru akan lahirnya petani-petani muda di masa depan. Dari segi lingkungan, sistem pertanian regeneratif memberikan dampak positif pada lahan pertanian dan lingkungan dalam jangka panjang.
Harapan Bagi Pemerintah untuk Ketahanan Pangan Indonesia
Muda, cerdas, berpikiran terbuka dan berkarakter, Vania juga tak ragu mengkritisi kebijakan pemerintah terkait pemberian subsidi pupuk. Menurut Vania, subsidi pupuk kurang tepat sasaran karena meskipun petani mendapatkan pupuk murah namun yang diuntungkan tetap pabrik pupuk. Selain itu, penggunaan pupuk kimia juga berdampak buruk untuk lingkungan dan tanah pertanian.
Vania mendorong sektor pertanian untuk lebih berdaya dengan membuat pupuk organik dengan bahan yang ada di lingkungan sekitar. Ia juga berpendapat bahwa pemberian Kartu Bahan Pangan Sehat seperti halnya Kartu Indonesia Sehat jauh lebih bermanfaat dibandingkan subsidi pupuk.
Selain itu, Vania menaruh harapan besar pada pemerintah atas pemberian akses dan kemudahan perizinan penggunaan lahan bagi pemuda dan orang-orang di perkotaan untuk bertani. Banyaknya lahan terbengkalai di area perkotaan merupakan kesempatan emas untuk melahirkan petani-petani kota sekaligus menghindari hal-hal yang mubazir.
Pada pundak generasi muda cita-cita bangsa ini diletakkan. Pada para petani muda kita harapan semangat Vania Febriyantie tidak berhenti sampai di masa kini, namun berlanjut hingga di tahun-tahun yang akan terus berganti.
Referensi:
- https://greennetwork.id/wawancara/seni-tani-menyediakan-akses-pangan-sehat-dan-dekat-di-perkotaan
- https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/18/kenali-sosok-vania-febriyantie-petani-millennial-pencetus-seni-tani
- https://1000kebun.org/2021/12/02/seni-tani-lahan-tidur-menjadi-kebun/
- https://babelprov.go.id/artikel_detil/urban-farming-solusi-ketahanan-pangan-rumah-tangga-perkotaan
- Instagram: @kamisenitani
- Podcast Radio Idola Semarang