Menikmati Keelokan Papua Secara Virtual melalui Wonderful Papua Online Gathering

Secangkir Arabika Wamena menguarkan aroma kopi bercampur rempah. Wangi kopi hitam ini sedikit berbeda dengan aroma kopi pada umumnya, begitu pun dengan cita rasa dan tingkat kepahitannya.

Sore itu saya sengaja meracik Kopi Rempah sebagai teman mengikuti “Wonderful Papua Online Gathering”. Sesendok bubuk Arabica Wamena  saya campurkan dengan jahe, kayu manis, serai dan kapulaga kemudian gula merah sebagai pemanisnya.

Kopi Arabika Papua Wamena merupakan salah satu jenis kopi langka dan memiliki keunikan rasa. Seperti karakter kopi berjenis arabika pada umumnya, Arabika Papua Wamena memiliki rasa asam namun dengan tingkat keasaman yang rendah dibandingkan acidity arabica pada umumnya.

Selain itu, Arabika Wamena juga tidak terlalu pahit. Sedangkan untuk aromanya sendiri bernuansa coklat dan floral. Sangat berbeda dengan kopi hitam yang biasa saya racik di rumah.

Selayang Pandang Kopi Arabika Papua Wamena

kopi-arabica-wamena-memiliki-tingkat-keasaman-rendah

Saya sangat beruntung karena mendapatkan satu kemasan Kopi Papua Wamena yang dikirimkan sebagai goodie bag Online Blogger Gathering bersama EcoNusa Foundation bersama Blogger Perempuan Network.

Sebagai penikmat kopi, kesempatan ini merupakan kali pertama saya menyesap pahit dan asam Arabika Wamena. Menurut salah satu sumber yang pernah saya baca, Arabika Papua Wamena merupakan salah satu kopi terbaik di Indonesia. Asal-muasalnya pun tak kalah menarik karena kopi ini tumbuh di area Lembah Baliem sehingga sering juga disebut Kopi Arabika Baliem.

Sejak dulu kala, Indonesia memang terkenal sebagai salah satu negeri penghasil aneka jenis kopi yang berasal dari berbagai daerah. Selain Nabire, Wamena merupakan salah satu penghasil kopi di Papua. Perkebunan kopi Papua Wamena sendiri terdapat di area Lembah Baliem yang berada di bagian sisi timur Gunung Jayawijaya.

perkebunan-arabika-wamena-papua-baliem

Jenis kopi yang dibudidayakan di Wamena adalah kopi arabika yang memiliki cita rasa khas asam. Kopi Arabika Wamena sendiri ditanam pada ketinggian 1.200 hingga 1.600 mdpl. Daerah dengan ketinggian tersebut merupakan lokasi yang sangat ideal untuk penanaman kopi arabika karena semakin tinggi tanah tempat penanaman kopi maka semakin baik kualitas biji kopi yang dihasilkan.

Arabika Wamena merupakan salah satu kopi organik yang tumbuh secara alami di hutan Papua tanpa menggunakan pupuk kimia. Biji kopi Arabika Wamena juga telah melalui proses panjang hingga akhirnya dapat dinikmati para penggemarnya. selain itu, biji kopi juga dirawat dan diolah secara tradisional oleh para petani kopi Lembah Baliem.

Wonderful Papua Online Gathering

 

video-pendek-ekowisata-malagufuk-sorong-papua-barat

Selain kopi dengan kualitas tinggi, Tanah Papua terkenal kaya dengan pesona alam dan kebudayaannya. Seluruh kekayaan tersebut kemudian dikupas oleh para nara sumber yang sangat mengenal Papua karena lahir dan dibesarkan di Tanah Surga tersebut.

Acara yang dimulai dengan pemutaran video pendek berjudul “Hutan Kami Hidup Kami” ini menyuguhkan kehidupan seorang pemandu ekowisata pengamatan burung di Kampung Malagufuk, Sorong, Papua Barat. Secara garis besar, video imi merepresentasikan kehidupan sebagian besar masyarakat Papua sebelum konsep ekowisata dikembangkan di sana.

Dulu sebelum Malagufuk seperti sekarang, orang-orang harus ke kota untuk mendapatkan uang. Semua itu kemudian berubah ketika Malagufuk menjadi Ecovillage atau menjadi Kampung Ekowisata yang dikelola dan dijaga secata langsung oleh masyarakat adat.

Keberadaan Malagufuk Ecovillage dengan suguhan wisata pengamatan burung tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk menjelajahi hutan Papua. Hal inilah yang membuat Kampung Malagufuk mulai dikenal masyarakat luas. Hutannya pun lestari karena mendapat pengelolaan yang berkelanjutan, dan yang tak kalah penting masyarakat Malagufuk terlibat sebagai pengelola, bukan sekedar “penonton”.

Konsep Ekowisata sebagai Upaya Menyelamatkan Kekayaan Alam Papua

bustar-maitar-ceo-econusa-foundation
Pemaparan dari Bustar Maitar, CEO EcoNusa Foundation

Hal senada juga diungkapkan oleh Bustar Maitar—CEO EcoNusa Foundation. Menurutnya, Papua itu unik dan perlu dirawat secara berkelanjutan karena beberapa alasan. Di antaranya:

  • Papua merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang terletak di ujung paling timur.
  • Hutan Papua merupakan harapan untuk paru-paru dunia mengingat hutan-hutan di wilayah Sumatera, Kalimantan bahkan Sulawesi yang mulai musnah.
  • Keanekaragaman flora fauna endemik Papua yang berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Sekedar informasi saja bahwa fauna endemik hutan Papua tidak ada yang berukuran besar. Kalaupun ada, maka binatang yang terbesar adalah Kasuari.
  • Kebudayaan Papua yang berbeda dengan sebagian besar kebudayaan masyarakat di Indonesia.

Semua keunikan dan keindahan yang ada di Tanah Papua menjadikannya bisa dinikmati masyarakat Indonesia secara luas, bahkan masyarakat dunia. Namun, selalu ada tantangan tersendiri untuk mempertahankan kekayaan alam Papua tersebut, seperti penambangan, pembabatan hutan dan pembukaan lahan kelapa sawit.

Teman-teman mungkin pernah mendengar tentang papua destinasi hijau yang berseliweran di linimasa. Dalam kesempatan online gathering bersama EcoNusa yang lalu, Bustar Maitar juga menjelaskan mengenai konsep Papua Destinasi Hijau dalam artian sebenarnya. Bukan sekedar Papua yang hijau karena masih banyak hutan di sana. Namun “hijau” dalam artian terjaga kelestariannya.

Papua Destinasi Hijau merupakan bahasa kiasan yang diwujudkan dalam konsep ekowisata, yaitu destinasi wisata yang dikelola dengan penuh tanggung jawab oleh masyarakat adat bersama-sama dengan pengunjungnya. Sehingga Papua tidak hanya bisa dinikmati secara terus-menerus, namun juga memberikan keuntungan bagi masyarakat adat.

Penerapan Konsep Ekowisata di Papua

tantangan-usaha-homestay-di-raja-ampat
Kristian Sauyai, Ketua Asosiasi Homestay Raja Ampat

Konsep ekowisata ini bisa diwujudkan dalam beberapa cara. Misalnya sebagai pengunjung sebisa mungkin kita menerapkan ecotraveller saat mengunjungi Papua. Kemudian memilih homestay yang dikelola masyarakat adat ketika berwisata ke Raja Ampat.

Kebetulan pada online gathering yang lalu hadir pula Kristian Sauyai selaku Ketua Asosiasi Pengusaha Homestay di Papua Barat. Kristian menjelaskan bahwa homestay di wilayah Raja Ampat dikelola secara ramah lingkungan sehingga memungkinkan pengunjung bersinggungan langsung dengan alam Papua dan bercengkerama dengan masyarakat lokal.

Sayangnya, pengelolaan homestay ini pun tidak berjalan dengan mulus. Beberapa tantangan harus dihadapi para pengusaha seperti:

Tantangan Pengelolaan Homestay di Wilayah Raja Ampat

  1. Kendala komunikasi yang ditengarai minimnya penguasaan bahasa Inggris dari kalangan pemilik homestay dan masyarakat adat.
  2. Persaingan harga dengan pengusaha resort “nakal” yang mematok harga setara dengan harga sewa homestay yang dikelola masyarakat adat. Tentunya dengan fasilitas yang lebih lengkap dan modern.
  3. Peralatan diving yang masih terbatas di kalangan pengusaha homestay. Sehingga hanya homestay yang memiliki perlengkapan diving saja yang dilirik pendatang.

Konsep Ekowisata di Papua juga bisa diterapkan dengan meminta kesadaran pengunjung untuk ikut menjaga alam Papua. Misalnya saja dengan tidak membuang sampah sembarangan, menghindari pengrusakan terumbu karang, menghindari aktivitas yang dapat mengganggu endemik fauna Papua.

Selain itu, masalah pembukaan lahan sawit menjadi problematika tersendiri yang kini mulai mengancam endemik flora dan fauna Papua. Kita ambil contoh saja lokasi pengamatan burung yang berada di Makbon, Sorong, Papua Barat yang juga mulai menjadi target pembukaan lahan baru.

virtual-traveling-papua
Video traveling Papua oleh Alfa Ahoren, perwakilan Pemuda Papua

Gagasan besar seperti ini memang mustahil rasanya jika hanya dilakukan oleh segelintir masyarakat. Untuk itu, melalui tulisan ini saya ingin mengajak Teman-teman pembaca ikut menyuarakan perlindungan dan pengelolaan hutan Papua secara berkelanjutan, sehingga keindahan alam Papua bisa dinikmati secara terus-menerus dan memberikan keuntungan bagi Orang Papua Asli.

Bagaimanapun juga keberlangsungan alam Papua bukan hanya kepentingan masyarakat Papua, namun kita semua yang masih mengandalkan hutan Papua sebagai penyumbang oksigen terbesar di Indonesia.

Saya pribadi tidak ingin mengetahui keindahan Papua hanya melalui cerita. Saya selalu menyimpan impian untuk mengunjungi Teman-teman di sana. Mengajak anak-anak saya melihat ujung timur Indonesia. Meyakinkan pada mereka bahwa “The Bird of Balerina” itu nyata dan hanya bisa disaksikan di Pegunungan Arfak di Tanah Papua.

 

 

 

 

 

19 thoughts on “Menikmati Keelokan Papua Secara Virtual melalui Wonderful Papua Online Gathering”

  1. Papua sejak dulu selalu jadi tempat impian buat wisata. Lautnya, gunungnya, dan keunikan tradisi budayanya. Baca ginian jadi pengen ke lembah Baliem nggak sih, semoga bisa mencicip kopi Wamena juga

    Reply
  2. Wah selamat kak, bisa menikmati racikan kopi arabica papua wamena ini memang tiada dua rasanya ya. Mupeng berat.

    Keindahan alamnya, wisata serta budayanya papua pasti membuat kita menjejakan kaki kesana

    Reply
  3. Padahal dengan menjaga hutan pun kita dapat memetik hasilnya ya mba, alih-alih membuka lahan untuk perkebunan, menjaga hutan tetap lestari artinya juga menjaga keberadaan berbagai macam satwa yang bisa dimanfaatkan untuk ekowisata dan kebutuhan masyarakat

    Reply
  4. Bapakku cerita waktu dia stay di Papua selama hampir setahun katanya susah cari daging sapi, makannya ikan terus, mancing sendiri juga

    Reply
  5. Saya juga kepingin banget bisa menikmati keindahan alam papua secara langsung…
    Semoga kelestariannya terus terjaga ya…

    Reply
  6. Semoga hutan di Papua tetap terjaga dan menjadi penyumbang oksigen terbesar di Indonesia. Sedih kalo sampai ada pembukaan hutan sawit juga di Papua. Semoga makin banyak yang peduli agar Papua menjadi ekowisata dan menjaga kelestarian alamnya

    Reply
  7. Semoga saja kita semua bisa ikut menjaga kelestarian alam Papua. Hutan Papua yang asri memang menarik banyak pengusaha untuk mengeksploitasinya selama bertahun-tahun. Semoga saja segera ada solusi agar ekonomi terus bergerak tanpa mengorbankan sumber daya alam milik Indonesia.

    Reply
  8. Seru banget ya kalo bisa travelling ke papua menikmati suguhan ekowisata disana. Harus masuk ke traveling bucket list bih kayanya. Makasi sharingnya ya maaaak

    Reply
  9. bener banget nih Aku juga berharap suatu saat nanti memang Papua itu kan sebenarnya bagus juga seperti Bali dan juga Belitung bisa jadi pariwisatanya jadi lebih bagus dan maju apalagi ada kopi ini bagus juga lho kemasannya

    Reply
  10. Papua indah sekali ya..
    Dengan banyaknya potensi kekayaan alam yang dimiliki.
    Semoga suatu saat bisa menginjakkan kaki di Papua nan indah seperti doa kak Damar.

    Reply
  11. Wah asyek minum kopi Papua asli. Dulu aku pernah minum kopi dan makan masakan asli Papua pas diundang event ke salah satu rsto Papua di Jakarta. Gk tau msh ada apa gak tu restonya. Cukup otentik.
    Semoga kelak kita semua bisa beneran menginjak tanah Papua yaa aamiin

    Reply
  12. i hope sometime i will be visit Papua and spend time at there with y family. Enjoy homestay and ordinary view in green destination. Must have full saving

    Reply
  13. kalau ke Papua, ajakin saya ya kak. hehe… memang bener bener wonderful si Papua ini. surganya dunia. pengen ke raja ampat sama danau sentani. katanya ada festival budaya di sana. pegunungan arfak juga keren. pengen liat burung cendrawasih menari.

    Reply
  14. Wah keren nih ngadain gathering untuk wonderful papua. Pasti isinya bagus bener. Jadi pengen traveling ke papua hihi. Makasihmba sharingnya

    Reply
  15. Alhamdulillah udah pernah tinggal di sana walau hanya 1 bulan dan emang indaaaah banget Mba Papua. Apalagi di kota Jayapura, kota modern yang berdampingan dengan keindahan alam.

    Reply

Leave a Comment