Sudah lama nggak bikin postingan tentang tumbuh kembang DuoNaj. Selain karena tumbuh kembangnya yang menurut saya agak susah untuk diceritakan, karena tidak ada suatu hal yang bisa dibahas secara spesifik. Terus terang aja saya lagi suka bereksperimen di dapur sehingga agak selow menulis tentang parenting, halah pengakuan macam apa ini, hehehe.
Sampai akhirnya awal Ramadan kemarin saya menangkap ada yang berubah dari Najib. Anak bungsu saya yang biasanya sweet dan kecupable ini menjadi sangat agresif, gampang marah dan yang lebih parah jadi sangat suka memukul.
Kalau kepada saya atau ayahnya memang tak seberapa, kecuali memang sedang sangat marah atau kecewa karena kemauannya tidak dituruti. Tapi, Najwalah yang kemudian menjadi sasarannya. Kadang-kadang tanpa sebab yang jelas, dengan mudahnya Najib bisa memukul dan membuat Najwa kesakitan.
Beberapa kali kami telah mengingatkan tentang perbuatannya yang tidak benar. Saya juga tak pernah lelah mengatakan, “Adik boleh marah, tapi nggak boleh mukul!” begitu saya terus mengulanginya. Tapi tetap saja, sampai hari ini kurang lebih sudah hampir 2 bulan, Najib masih saja dengan kebiasaan barunya alias suka memukul. Duh, kadang-kadang saya ngenes juga lihatnya. Kebiasaan baru kok ya mukul to, Le, Le.
Penyebab Si Kecil Suka Memukul
Nggak mau hal semacam ini terus terjadi, saya pun segera mengingat-ingat sekaligus introspeksi diri, apa yang sekiranya membuat Najib berubah seperti ini.Apakah karena saya suka memukulnya? Sepertinya nggak juga karena saya cenderung ngomel atau justru diam sama sekali saat marah kepada anak-anak.Apakah dari tontonannya? Sejauh ini tontonan di rumah juga biasa saja. Film-film seperti Mickey Mouse, Vampirina dan Lion Guard yang biasa selalu ditontonnya. At least, minim adegan perkelahian atau kekerasan lain.Apakah Najwa juga memiliki kebiasaan serupa saat se-usia Najib? Nggak juga sih, karena Najwa cenderung lebih dewasa dan mudah diatur sejak kecil.Lalu, apa?
Via GIPHY |
Menurut artikel yang saya baca di salah satu portal berita parenting. Artikel yang menulis tentang penyebab anak suka memukul ini menyebutkan bahwa setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan seorang anak berubah menjadi suka memukul.
Faktor ketidakmampuan untuk berkomunikasi disebut-sebut sebagai penyebab utama seorang anak bertindak dengan tangannya sebagai bentuk komunikasi kepada lingkungannya. Dalam pemahaman anak, penggunaan tangan dan reaksi fisik merupakan cara yang paling mudah untuk mengatasi situasi yang harus dihadapinya.
Misalnya saat ia meminta sesuatu dan tidak mendapatkannya. Maka alih-alih merajuk untuk mendapatkan keinginannya. Atau menyampaikan pendapat mengapa mereka harus mendapatkan apa yang diinginkannya. Anak cenderung memilih memukul atau menarik paksa gar keinginannya dipenuhi.
Di samping itu, fase sedang dalam masa pertumbuhan merupakan salah satu hal yang dipercaya menjadi penyebab seorang anak menjadi suka memukul. Kondisi fisik yang semakin tinggi atau besar memberikan sinyal kepada anak bahwa mereka sudah besar dan mampu melakukan segala hal seperti orang dewasa.
Namun kenyataannya, anak-anak belum cukup mandiri bahkan dengan kondisi fisiknya yang terus mengalami pertumbuhan. Beberapa kemampuan motorik memang terus berkembang tapi tentu saja butuh waktu. Bukan simsalabim dan mereka mampu melakukan segalanya.
Perasaan tidak mampu inilah yang membuat anak menjadi marah dan gelisah. akhirnya kurangnya kontrol impuls (dorongan) anak menyebabkan mereka agresif, kadang tantrum kemudian memukul sebagai bentuk pelampiasannya.
Selain itu kemampuan kontrol emosi anak yang belum matang juga disebut sebagai salah satu penyebabnya. Anak-anak se-usia Najib, yaitu antara threenager hingga 5 tahun memang sedang senang-senangnya berjalan, berlari dan ngoceh alias berbicara. Tapi, hal tersebut tidak menjamin kemampuan emosinya sudah tertata dengan apik. Sekali lagi reaksi fisik adalah cara termudah untuk mendapatkan perhatian atau lari dari frustasi yang sedang dirasakannya.
Alasan terakhir yang seharusnya membuat orangtua senang tapi tetap saja terasa getir, hihihi. Para ahli mengatakan bahwa kebiasaan baru anak yang terkesan negatif yaitu suka memukul, dianggap sebagai bentuk dari usaha anak untuk mengeksplor lingkungannya. Terkadang mereka hanya ingin tahu hasil atau reaksi lingkungan atas apa yang dilakukannya. Entah itu memukul atau melempar sesuatu untuk mengekspresikan kemauannya. Hm… jadi galau saya dengan alasan yang terakhir ini.
Cara Saya Menghadapi Si Kecil yang Suka Memukul
Anyway, apapun penyebabnya. Seperti halnya orangtua yang lain, saya juga nggak pengin ya, si Najib ini keterusan mukul teman atau kakaknya. Maka saya tetap mengambil sejumlah tindakan. Misalnya dengan
- Memegang tangannya saat ia menunjukkan reaksi ingin memukul.
- Selalu mengatakan, “Adik boleh marah, boleh kecewa, boleh sedih, tapi tidak boleh memukul.”
- Menunjukkan bahwa orang yang dipukul merasa kesakitan dan sedih.
- Menuntun anak mengungkapkan perasaan frustasi yang dirasakannya. Biasanya saya akan melakukannya setelah kondisi Najib tenang. Saya akan mengajaknya bercerita, atau menggunakan tokoh-tokoh fantasi untuk menunjukkan bagaimana cara mengungkapkan keinginan.
- Mengajak anak berada pada posisi orang lain yang dipukul. Biasanya saya akan bertanya padanya,” Dipukul itu rasanya bagaimana, Dek?” Biasanya juga Najib akan menjawab sakit. Kemudian saya akan tanya lagi, ” Disakiti itu enak, nggak?” Najib akan menjawab, “Nggak.” Nah pada kesempatan itu saya terus menanamkan kepadanya bahwa disakiti itu tidak enak, maka jangan pernah menyakiti siapapun.
Mungkin jenis obrolan saya dengan Najib, yang September nanti baru 4 tahun terdengar “berat”. Tapi dengan kemampuan berkomunikasi Najib yang sekarang, saya yakin dia mampu merekam informasi yang terus diperdengarkan padanya. Hanya saja masalah kontrol emosi memang masih menjadi PR saya. Tapi insya Allah, dengan penanaman yang terus menerus masalah ini akan segera teratasi.
Huft, kalau dipikir-pikir jadi orangtua itu memang lelahhhh. makanya saya nggak mau mikirin. Jalani aja dan nikmati setiap kejutan di dalamnya.
Mudah²an dengan diajak ngobrol dari hati ke hati (halah) Najib jadi tersalurkan kegundahan hatinya ya… Happy parenting…
Amiin, iya Mnak, butuh ngobrol dan sabar ini.
Memang musti kita kawal terus kalau anak punya kebiasaan buruk. Karena jika tidak khawatirnya dia beranggapan kalau yang dilakukannya benar. Anak tetangga saya, masih tunggal, mukulnya ke Ibunya, tiba-tiba saja plaaak karena satu hal. Eh, si Ibu diam saja.. Bapaknya di situ ada, pun sama diamnya. Hadeh, gemes saya jadinya, karena pernah saya tegur halus, Ibunya kelihatan enggak suka. Jadi si Anak seperti menganggap itu benar adanya..hiks
Nah itu, kadang Najib juga mukul kakaknya di tempat umu. Ta[pi saya dan suami nggak segan untuk mengingatkannya.
Di mana ada proses di situ ada progress. Proses yang membutuhkan kesabaraan. Sampai kapan? Gak tau. Karena ini cuma proses maka jalani saja dan nikmati. Tsyah… Kata-kata yg terinspirasi dr salah seorg pakar pendidikan yg aku lupa siapa namanya, hiks.
Siap, memang hidup itu identik dengan proses dalam segala hal. Yang ini nggak ada quotenya wkwkwkwk
Saya pernah mengalami fase ini. Anak mendadak senang memukul. Ternyata lagi cari perhatian…hehehe. Kakaknya sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
Wah, sama mba. Anak saya yang kecil juga suka mukul. Kalau dia bersiap2 mau mukul (seringnya sih kakaknya) saya langsung peluk dia erat-erat sambil ngelus2 punggungnya. Jadi PR saya juga nih mengendalikan emosi anak2. Wah, emak itu banyak PRnya yah 🙂
Jadi orang tua memang berat yah ujiannya
Biasanya film atau game yang pukul2an ini yang bikin anak jadi suka memukul ya. Terkadang karena diledek juga, refleks dia kesal, nggak bisa membalas dengan ucapan jadinya memukul aja. Memang yang terpenting edukasi orang dewasa didekatnya juga sih ya, nggak cuma ngomelin aja 😀
Anakku yang kedua ini, Kevin, juga kayak Najib. Suka marah kalau kemauannya gak dituruti sedikit aja. Tapi kalok di sekolah, dia diem malah gampang nangis. Apa mungkin memendam sesuatuh yes..