Rencana Baru di Tahun Ajaran Baru 2018 – Parenting Anak Usia 7 Tahun

Saat kebiasaan baik anak terbentuk, sebenarnya orangtua sangat terbantu dalam melakukan pengasuhan. Sehingga status anak pada fase 7 tahun kedua ini benar-benar sebagai “Pembantu” dalam artian membantu keberhasilan tugas pengasuhan orangtua pada fase-fase berikutnya.
Parenting Anak 7 Tahun
Tahun ajaran baru biasanya  diwarnai dengan perasaan suka cita. Bagi orangtua dan siswa yang baru saja melalui serangkaian tahap pencarian sekolah baru. Kelegaan yang dirasakan mungkin tak mudah untuk digambarkan dengan kata-kata, ketika nama anak-anak kita tercatat menjadi salah satu siswa di sekolah yang memang diidam-idamkan. Perasaan cemas, khawatir dan gundah selama masa PPDB berlangsung, seketika lenyap begitu saja berganti dengan semangat dan berbagai rencana baru untuk anak-anak kita.
Hal senada juga dialami oleh anak-anak dan orangtua yang pada tahun ajaran ini bergeser kelas ke level yang lebih tinggi. Dengan berada di kelas baru tentunya akan banyak harapan baru juga terkait perkembangan anak-anak kita. Baik secara akademis maupun hal-hal yang berkaitan dengan penguasaan life skill dan perkembangan sosialnya.

Tahun ini Najwa naik ke kelas dua. Seperti orangtua pada umumnya, saya pun menaruh harapan baru dengan tumbuh kembang Najwa. Meskipun tidak dapat saya pungkiri, setiap harapan selalu dibarengi dengan usah, tanggung jawab dan pendampingan serta doa-doa yang tak pernah terputus untuk anak-anak.

Fase 7 Tahun Kedua bagi Anak 

 

Parenting Anak 7 Tahun
Selepas penerimaan raport  kemarin, bolehlah saya sedikit berbangga pada Najwa. Bukan karena hasil akademiknya yang gilang gemilang di berbagai mata pelajaran. Tapi karena konsistensi dan passion Najwa mulai terlihat di beberapa bidang.
Begitu pun halnya dengan perkembangan life skill, kemandirian dan kehidupan sosialnya di sekolah. Layak rasanya Najwa mendapatkan apresiasi lebih dari kami sebagai orangtuanya, karena hampir semuanya mengalami kemajuan seiring dengan pertambahan usia dan kematangan berpikirnya.
Tahun ini Najwa duduk di kelas 2 dan genap berusia 7 tahun pada akhir Maret kemarin. Usia yang menurut riwayat Nabi S.A.W termasuk dalam fase 7 tahun yang kedua, di mana seorang anak sudah tidak lagi bergelar sebagai “Raja kecil”, melainkan menjadi “Pembantu” bagi orangtuanya.
Perubahan status ini bisa jadi terdengar sangat signifikan. Di mana seorang anak dalam fasenya sebagai “Raja Kecil” identik dengan bermain. Namun ketika beralih sebagai seorang “pembantu” tesudah barang tentu akan ada peraturan dan tanggung jawab baru bagi mereka.
Bagi saya dan suami, hal serupa memang telah kami rencanakan untuk diaplikasikan kepada Najwa. Saat genap usianya 7 tahun, kemudian bertepatan dengan kenaikan kelas dan pergantian tahun ajaran baru. maka kami berpikir inilah saat yang tepat untuk merencanakan sesuatu yang baru untuknya. Tapi tentu saja kami melibatkannya dalam proses diskusi sebelum menyepakati beberapa hal yang akan kami mulai di tahun ajaran ini.

Membuat Jadwal Kegiatan Sehari-hari

 

Parenting Anak 7 Tahun
Sebelumnya kami (saya dan suami, meskipun kenyataannya lebih dominan saya) lebih sering memberikan mengatur jadwal kegiatan sehari-hari Najwa. Misalnya kapan dan jam berapa dia harus mandi, makan, bermain, mengaji dan sebagainya.
Tapi mulai sekarang kami mengubahnya dengan meminta bantuan najwa untuk mengatur sendiri jadwal kegiatannya. Sebagai orangtua tugas kami hanyalah memberi masukan atau pertimbangan. mengingatkan jika sewaktu-waktu Najwa lupa. Sekaligus mensupervisi jika ternyata jadwal yang dibuatnya kurang relevan dengan kegiatannya.
Sebelumnya kami pun tidak membuat jadwal tertulis bersama Najwa. Sehingga sifatnya masih sangat longgar dan harus sering kami ingatkan. Tapi mulai saat ini kami sepakati membuat jadwal tertulis. Sehingga Najwa bisa melihat dan mencocokkan sendiri waktu yang tertera dalam jadwal dengan jam dinding di rumah.
Selain melatih tanggung jawab, kami berharap Najwa terbiasa mengatur waktu sekaligus belajar membaca jam.

Memberi Tanggung Jawab Pekerjaan Rumah Tangga

Parenting Anak 7 Tahun
Saya termasuk orangtua yang berpikiran konservatif, bahwa sekecil apapun penguasaan terhadap pekerjaan rumah tangga merupakan modal dasar untuk kehidupan seseorang. Pekerjaan seperti mencuci baju, piring, menyapu atau merapikan rumah merupakan hal yang menurut sebagian orang remeh temeh, tapi bagi saya penting untuk dikuasai.
Hal ini untuk njagani jika kelak anak-anak jauh dari orangtua. Selain dapat mengurus dirinya sendiri, mereka pun akan lebih mudah membawa diri dalam masyarakat. 
Di samping itu, anak akan belajar bertanggung jawab dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Belajar mengatur waktu sehingga pekerjaan rumah tangga tak sampai mengganggu kegiatan pribadinya. 
Untuk Najwa, saya memulainya dengan membagi tugas menyiram tanaman dan menyapu rumah pada pagi hari karena untuk satu tahun ke depan dia akan bersekolah pada siang hingga sore hari. Selain itu, seluruh hal yang berkaitan dengan kebutuhan sekolahnya, seperti menyiapkan seragam, buku, mengisi air minum dan memasukkan bekal ke dalam tas. Semuanya sudah kami sepakati dan akan menjadi tanggung jawabnya.

Mengisi Muhasabah Sheet

Parenting Anak 7 Tahun
Untuk kesepakatn ketiga ini berkaitan dengan pendidikan keagamaan di rumah. Khususnya untuk melatih kedisiplinan anak dalam melaksanakan ibadah wajib yaitu salat lima waktu.
Saya akui bukan hal yang mudah untuk mengubah kebiasaan beribadah menjadi kebutuhan. Jangankan anak-anak, kita yang orangtua saja sering kali masih menganggap salat sebagai kewajiban semata, bukan kebutuhan.
Pernah suatu ketika Najwa menyampaikan pemahamannya tentang kebutuhan akan beribadah. Saat itu Najwa sekolah di TK islam yang nota bene lingkungannya memang sangat mendukung untuk menumbuhkan pemahaman itu secara terus menerus.
Tapi ketika akhirnya Najwa bersekolah di SD umum. Semua itu menjadi tak semudah sebelumnya, karena porsi keagamaan khususnya yang menyangkut pembiasaan beribadah menjadi sangat minim. Otomatis, orangtualah yang menjadi kunci untuk membentuk kembali kebiasaannya.
Menyadari bahwa pemahaman saya pun masih terbatas dalam beragama. Ditambah konsistensi dalam beribadah yang kerap kali masih suka naik turun. Maka saya memilih untuk mendisiplinkan diri bersama dengan Najwa.
Caranya dengan membuat Muhasabah Sheet dalam selembar kertas yang kami tempelkan di kamar. Dalam Muhasabah Sheet tersebut akan tertulis nama saya dan juga Najwa dengan kolom-kolom yang akan diisi tanda checklist setelah kami melaksanakan ibadah wajib.
Cara pengisiannya yang akan sedikit berbeda. Kolom saya akan diisi Najwa, sedangkan saya bertugas mengisi kolom Najwa. Dengan begitu kedudukan kami akan sama, tak ada yang lebih tinggi untuk kemudian menilai yang lainnya. Namun bersama-sama belajar untuk menjadi lebih baik.

Menurunkan Volume Suara

 

Parenting Anak 7 Tahun
Kesepakatan yang terakhir kami lakukan dengan tujuan untuk melatih pengendalian emosi, karena akhir-akhir ini Najwa cenderung suka berteriak saat berbicara. Bahkan membentak-bentak pada adiknya.
Kadang kala Najwa berdalih bahwa sebenarnya dia tidak sedang marah. Tapi bagaimanapun juga Najib merasa dimarahi saat Najwa berbicara dengan cara seperti itu. kemudian melakukan hal serupa saat dia sedang marah.
Saya sadar, sebagai orangtua, tanpa sadar saya telah melakukan hal-hal yang kemudian ditirukan anak-anak. Karena harus saya akui, saya pun agak susah untuk berbicara pelan dengan intonasi lembut dalam volume rendah. Maka dari itu kami sepakat untuk saling menurunkan volume suara.  Semata-mata hanya untuk melatih pengendalian emosi masing-masing. 
Sampai saat ini belum ada satu pun rencana baru yang secara spesifik kami tujukan untuk perkembangan akademis Najwa. Karena sejauh ini, kami melihat cara belajar yang telah kami terapkan sudah menunjukkan hasil yang lumayan menggembirakan, meskipun belum optimal.
Namun untuk satu tahun ke depan, kami ingin mengawal fase 7 tahun kedua Najwa dengan memperdalam pembentukan daily routine-nya. Karena sesungguhnya kami memiliki keyakinan. Bahwa saat kebiasaan baik anak terbentuk, maka kita sebagai orangtua sangatlah terbantu dalam melakukan pengasuhan. Sehingga status anak pada fase 7 tahun kedua ini benar-benar sebagai “Pembantu” dalam artian membantu keberhasilan tugas pengasuhan orangtua.

2 thoughts on “Rencana Baru di Tahun Ajaran Baru 2018 – Parenting Anak Usia 7 Tahun”

  1. Nggak apa2 anak dikasih didikan konservatif, karena parents nggak pernah tau masa depan si anak. Kayak murid saya yang akhirnya jadi santri sekarang. Coba kalau dididik manja serba beres, mungkin bisa minta pulang, haha…

    Reply

Leave a Comment